!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, April 9, 2014

Etiskah kopi gratis dan diskon untuk pemilih?

Etiskah kopi gratis dan diskon untuk pemilih?

Selain bisa mendapat hari libur tambahan, para pemilih pada pemilu legislatif tahun ini meraih beragam insentif, mulai dari kopi gratis di waralaba asing hingga diskon masuk ke tempat wisata.

Hanya dengan menunjukkan jari bertinta biru, tanda sudah mencoblos di tempat pemungutan suara, warga bisa menikmati berbagai fasilitas dan diskon yang ditawarkan belasan toko dan restoran.

Masyarakat pun menyambut insentif ini dengan antusias. Pengamat komunikasi budaya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Devie Rachmawati mengatakan hal ini memang upaya bisnis yang memanfaatkan momentum.

"Hal ini menangkap perilaku konsumen masyarakat kita yang lekat dengan insentif baik dalam politik maupun sosial," kata Devie.

Salah satu 'bonus' pemilih yang mendapat banyak perhatian di media sosial ialah diskon sebesar 30% dari produk kecantikan asal Inggris dan tawaran promosi beli 1 dapat 1 dari sebuah gerai kopi waralaba asal Amerika Serikat.

Tidak dipungkiri sifat konsumtif masyarakat Indonesia menjadi faktor yang membuat sistem insentif ini populer, kata Devie.

"Secara budaya memang masyarakat Indonesia masuk dalam masyarakat short-term society. Masyarakat jangka pendek itu yang menyebabkan angka tabungan rakyat Indonesia terendah di Asia dan itu ditandai dengan sifat konsumtif," tandasnya.

Masyarakat jangka pendek juga dapat ditandai dari kecenderungan menggunakan sisi emosional.


Insentif pemilih diharapkan bisa mengundang masyarakat untuk berpartisipasi

Meski pun demikian, Devie melihat tidak ada yang salah secara etika.
"Ini adalah konsep tanggung jawab sosial entitas bisnis untuk menyumbangkan apa yang bisa mereka sumbangkan agar membangun budaya politik Indonesia. Secara etika hal ini baik. Justru saya mendukung karena masyarakat kita baru sampai pada taraf itu," kata Devie.

"Ini bantuan yang diberikan pebisnis untuk membantu negara agar masyarakat serius menentukan masa depannya dengan datang ke bilik suara dan bisa menikmati bonus bonus ekonomi.

"Dalam konteks membangun budaya politik bagi Indonesia yang sejarah politiknya sangat muda dibanding negara lain, ada baiknya dilakukan.

Mudah mudahan ini bisa mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu," tutupnya.BBC

No comments:

Post a Comment