!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, April 9, 2014

Hitung Cepat: “Efek Jokowi” Tak Terlihat

Hitung Cepat: “Efek Jokowi” Tak Terlihat

Hasil hitung cepat pemilihan umum (Pemilu) legislatif 2014 memperlihatkan pencapaian Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) sedikit di bawah perkiraan. Basis dukungan untuk calon presidennya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, tampaknya tak segempar perkiraan analis.

Hitung cepat oleh sejumlah lembaga menunjukkan suara yang didapat PDI-P pada Pemilu hari Rabu berkisar di angka 19%. Suara untuk Partai Golongan Karya (Golkar), yang dipimpin Aburizal Bakrie, tercatat sedikit di bawah 15%. Angka-angka tersebut berasal dari beberapa lembaga yang mengeluarkan hasil hitung cepat, yakni Center for Strategic and International Studies, Saiful Mujani Research Center, dan Indikator Politik Indonesia.

Di posisi ketiga, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang digerakkan Prabowo Subianto membukukan hasil 12% suara, berdasarkan hitung cepat.
.
Tim Pencari MH370 Kembali Tangkap Denyut Sinyal
Pemberontak Pakistan Ledakkan Gerbong Kereta
Angka-angkanya menunjukkan ekspektasi terhadap Joko Widodo atau Jokowi selama ini “berlebihan”, kata David Sumual, ekonom Bank Central Asia.

Berbagai survei sebelum Pemilu memperkirakan popularitas Jokowi sebagai sosok yang bersih dan sederhana mampu mendatangkan 25% suara atau lebih bagi PDI-P.

Pencapaian suara di Pemilu legislatif berpengaruh langsung terhadap pemilihan Presiden pada Juli nanti. Partai yang mendapat 25% dari total suara nasional, atau 20% dari 560 kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), diperbolehkan mengajukan calon presiden. Partai dengan jumlah di bawah itu harus berkoalisi untuk bisa mencapai ambang batas itu. Hasil resmi Pemilu legislatif sendiri baru akan terbit pada Mei.

“Hasil hitung cepat menyiratkan hanya tiga calon presiden yang berpeluang maju dalam pemilihan Presiden, yakni kandidat dari PDI-P, Golkar, dan Gerindra,” ujar Umar Bakry, direktur eksekutif Lembaga Survei Nasional.

“Partai-partai lain tampaknya harus memilih untuk menyalurkan dukungan kepada satu dari tiga calon itu,” imbuh Bakry. “[Pertimbangannya] adalah apa yang akan didapat partai-partai lain itu.” Biasanya posisi wakil presiden menjadi bahan tawar-menawar.

Hasil ini “menunjukkan ‘efek Jokowi’ gagal,” kata Wijayanto Samarin, wakil rektor Universitas Paramadina. “Kampanye hitam oleh berbagai partai terhadap PDI-P dan Jokowi tampaknya berhasil.”

Dengan hasil ini, analis memperkirakan pilihan untuk wakil presiden Jokowi akan terpengaruh. Ia kemungkinan terpaksa menarik kandidat dari partai besar lain.

Bakry menilai komposisi anggota DPR akan terpecah-pecah, sehingga sulit untuk mengambil keputusan di Senayan. Kemungkinan akan ada gesekan antara mitra-mitra dalam koalisi apapun yang muncul, ucapnya.

Partai Demokrat kehilangan banyak suara dalam Pemilu kali ini. Pemilik kursi terbanyak di DPR saat ini, Demokrat tertinggal di posisi keempat. Popularitasnya memang terhantam oleh skandal korupsi dalam beberapa tahun terakhir.

Sistem hitung cepat digunakan untuk memperkirakan pencapaian suara setiap partai, dengan cara menghitung setiap kertas suara di sejumlah TPS sampel. Pada pemilihan-pemilihan sebelumnya, hasil dari sistem ini terbukti bisa diandalkan untuk menjadi indikator hasil resmi.

Pemilu berjalan lancar dan aman di sekitar 500 ribu TPS di Nusantara. Warga yang berhak memilih hari Rabu tercatat kira-kira 180 juta orang. Belum ada perkiraan resmi mengenai jumlah yang benar-benar memilih.

“Posisi tawar PDI-P kini paling kuat” ketimbang semua partai lain, kata ekonom Eric Sugandi dari Standard Chartered. “Pasar akan menunggu koalisi seperti apa yang akan terbentuk.”WSJ

No comments:

Post a Comment