!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, April 7, 2014

Kado AS untuk Jepang: Sistem Anti-Rudal

Kado AS untuk Jepang: Sistem Anti-Rudal

Amerika Serikat (AS) berencana memperkuat sistem pertahanan rudal di Asia, demi meningkatkan perlawanan terhadap Korea Utara (Korut). Salah satu caranya dengan mengirim dua kapal perusak canggih ke Jepang pada 2017.

Sesudah bertemu dengan petinggi Jepang, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel pada Minggu menyatakan Washington akan menambah jumlah kapal yang mengangkut sistem Aegis di Jepang. Aegis adalah sistem pertahanan terhadap rudal balistik. Nantinya, armada kapal perusak Aegis di Negeri Matahari Terbit akan berjumlah tujuh kapal.

Menurut Hagel, keputusan merupakan respons atas “tindakan destabilisasi dan provokatif Pyongyang,” langkah yang telah membuat geram para tetangganya. Tindakan provokatif itu termasuk uji coba rudal yang sanggup mencapai Jepang.

Pengumuman tersampaikan pada hari pertama kunjungan Hagel ke Asia, lawatan keempat sang menteri ke Asia sejak mengambil alih Pentagon setahun silam. Senin ini Hagel terbang ke Beijing, kunjungan pertama ke Cina sejak menjabat Menteri Pertahanan AS.

Di Cina selama tiga hari, Hagel akan bertemu pemimpin Negeri Tirai Bambu. Ia berencana mengingatkan petinggi Cina bahwa mereka tak bisa secara sepihak menetapkan batas-batas tanpa berisiko konflik.

Belakangan ini, Beijing semakin memperkuat pengaruh di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Langkah Beijing ikut memperdalam potensi konfrontasi. Sekutu-sekutu AS di kawasan kian cemas, mengingat cara Washington yang dipandang terlalu santai dalam merespons pencaplokan Rusia atas Crimea.

Dalam kunjungan ke Tokyo, Hagel berupaya meyakinkan bahwa Washington akan menghormati komitmen perjanjian guna membela Jepang, sekutu lama AS. Dalam perjalanan ke Tokyo, ia menyatakan AS memiliki “komitmen yang lengkap dan mutlak atas keamanan Jepang.”

Jaminan ditegaskan Hagel dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, pada Minggu. “Anda tidak bisa menetapkan batas serta melanggar integritas teritorial dan kedaulatan suatu negara lewat pemaksaan, intimidasi, juga kekerasan. Entah di kepulauan kecil Pasifik atau negara besar di Eropa,” paparnya.

“Negara besar memiliki tanggung jawab yang juga besar,” imbuhnya. “Dan Cina adalah negara yang besar.”

Cina dan sejumlah negara tetangga masih terlilit sengketa atas perairan di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Area tersengketa termasuk kepulauan yang dikenal Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Cina.

Tahun lalu, Cina berupaya memperkuat kontrol dengan mendeklarasikan zona pertahanan udara di atas kepulauan itu. AS menantang dengan menerbangkan dua pesawat pengebom B-52 di atas kepulauan.

No comments:

Post a Comment