!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, April 4, 2014

Kelas Menengah Indonesia Tak Cuma Beli Barang Mewah

Kelas Menengah Indonesia Tak Cuma Beli Barang Mewah

Meledaknya jumlah kelas menengah Asia dalam beberapa tahun belakangan selalu menjadi pusat perhatian. Banyak perusahaan konsumen berlomba-lomba menancapkan cakarnya di negara seperti Cina.

Kelas menengah Asia–mereka yang membelanjakan uangnya sebesar $2 hingga $20 per hari–kini telah mencapai 565 juta orang. Namun, budaya membeli mereka jauh berbeda dari konsumen kelas menengah di Barat. Dengan anggaran belanja $2 per hari, mereka tidak membeli kendaraan dan peralatan dapur.

Kajian terbaru yang dirilis Eden Strategy Institute di Singapura berupaya menyingkap kebutuhan dan kebiasaan berbelanja kelas menengah Asia–yang ditaksir akan mencapai 3,5 miliar orang pada 2030 dengan tingkat pertumbuhan yang 85% di antaranya terjadi di Cina, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Melalui serangkaian pertanyaan yang bersinggungan dengan penghasilan rumah tangga dan belanja harian, kajian itu menemukan sejumlah hal menarik yang didapatkan dari responden dari Indonesia, India, Filipina, dan Vietnam.

Konsumen kelas menengah di negara-negara tersebut, contohnya, menilai persahabatan lebih tinggi dari rumah. Namun, mereka memilih kehilangan tabungan daripada tempat tinggal. Mereka paling cemas jika harus jatuh sakit, meski 70% di antaranya tidak memiliki asuransi. Walau McDonald’s baru saja membuka cabang di Vietnam–negara dengan penetrasi Internet dan perangkat bergerak yang tinggi–lebih banyak responden yang memilih tidak memiliki telepon seluler daripada tidak dapat mengonsumsi makanan cepat saji.

Sementara itu, Filipina tercatat sebagai negara dengan tingkat kepemilikan smartphone dan komputer tertinggi, dan Vietnam memiliki tingkat kepemilikan kartu kredit tertinggi di antara empat negara itu. Saat para responden ditanya mengenai kemungkinan prioritas barang belanjaan jika penghasilan bertambah, India meraih posisi teratas dalam urusan memilih telepon seluler dan barang elektronik. Di Indonesia, sekitar 20% responden menjawab obat, tertinggi di antara empat negara lain.

Saat ditanya mengenai hal tidak mungkin dipinggirkan, Internet hampir menjadi jawaban semua responden. Namun, sebagian besar masih mengungkap ketergantungan pada French fries dan Coca-Cola. Di Indonesia, para responden malah lebih memilih membeli es krim ketimbang sampo.

Diselenggarakan bersama Jana, perusahaan statistik perangkat bergerak, pemasaran dan riset sosial, survei itu dikirim melalui layanan operator telepon seluler ke 1000 pengguna telepon genggam di Indonesia, India, Filipina, dan Vietnam. Hampir 70% responden berjenis kelamin pria dengan usia rata-rata 24 tahun.

Usia yang cukup muda. Dari situ, terlihat bahwa survei memiliki kelemahan–porsi terbesar kelas menengah yang tengah berusaha dipelajari terlewatkan. Menurut Eden Strategy Institute, masih terdapat lebih banyak upaya untuk memperbaiki survei termasuk wawancara tatap muka dengan konsumen serta laboratorium “inovasi” bagi perusahaan yang berusaha mencapai hasil lebih baik di Asia melalui inisiatif kelas menengah.

1 comment: