!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Saturday, April 5, 2014

Pasukan Suriah Tingkatkan Serangan Terhadap Pejuang Sunni

Pasukan Suriah Tingkatkan Serangan Terhadap Pejuang Sunni

Tank-tank dan pesawat-pesawat tempur pemerintah mengepung daerah Mleiha di Damaskus timur Jumat, meningkatkan serangannya untuk menguasai kota yang dikuasai pejuang sunni itu, kata kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

Pesawat-pesawat tempur Suriah , yang di dukung kelompok alawite, dan Hezbollah shiah yang didanai Iran itu juga menggempur satu distrik yang dikuasai para pejuang sunnah yang di dukung para pemuda sunni dari seluruh dunia, dan didanai Arab Saudi itu di kota Aleppo, menewaskan setidaknya 11 orang, dan 22 lainnya cedera ketika peluru-peluru mortir menghantam Damaskus tengah, kata SOHR.

Di Mleiha setidaknya delapan petempur, termasuk seorang komandan pemberontak tewas dalam pertempuran seru dengan pasukan pemerintah, kata SOHR yang berpangkalan di Inggris itu.

Pada hari sebelumnya 22 petempur oposisi tewas, kata SOHR yang mengandalkan laporan-laporannya pada para dokter dan pegiat di lapangan.

Pesawat-pesawat tempur pemerintah Jumat melancarkan setidaknya empat serangan ke Mleiha, yang seperti halnya daerah Gouta timur Damaskus juga dikepung militer selama hampir enam bulan.

Mleiha terletak dekat Jaramana, yang sering digempur para jihadis, dan Kamis enam anak tewas akibat satu serangan mortir, kata kantor berita pemerintah SANA.

Pegiat Abu Saqr, yang berbicara dengan AFP melaui Skype dari daerah Ghouta, mengatakan pasukan pemerintah Suriah telah berusaha menyerbu Mleiha dalam dua hari belakangan ini.

Tetapi pejuang Jihadis Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menghambat serangan mereka, katanya.

Pertempuran itu memaksa sejumlah keluarga melarikan diri ke daerah-daerah tetangga, katanya dan menambahkan "milisi-milisi Irak" mendukung tentara pemerintah. Komentarnya tidak dapat dikonfirmasikan secara independen.

Tentara melakukan satu operasi Maret tahun lalu untuk menghancurkan pangkalan-pangalan pejuang di Ghouta Timur dan memblokade penuh daerah itu Oktober, yang menyebabkan penduduk menderita kekurangan makanan.

Di Damaskus peluru-peluru mortir menghantam dua distrik, Jumat mencederai 22 orang , kata SANA yang menyalahkan tindakan itu pada "teroris-teroris"--sebutan yang diberikan pemerintah bagi para pejuan.

Sementara itu jumlah korban tewas akibat serangan pesawat tempur di disrrik Shaar yang dikuasai pejuang di Aleppo meningkat jadi 11 orang, kata SOHR setelah sebelumnya melaporkan hanya dua orang tewas.

Ratusan orang, sebagian besar warga sipil tewas akibat serangan-serangan udara di daerah-daerah pemberontak di Aleppo sejak pemerintah melancarkan serangan udara besar-besaran d kota utara itu Desember.

Baku tembak Jumat juga terjadi di provinsi pantai Latakia di Suriah barat ketika pemberontak meningkatkan serangan dua pekan di daerah suku Presiden Bashar al-Assad dan sekte Alawinya.

Pertempuran paling seru terjadi di satu puncak bukit strategis yang dikenal dengan nama Observatory 45 yang mengawasi kota-kota dan desa-desa yang dihuni kelompok sekte Alawi.

Pejuang menyerbunya pekan lalu, tetapi jaringan pegiat Komisi Umum Revolusi Suriah mengatakan pasukan pemerintah berhasil menguasai puncak bukit,Kamis dan perteuran masih berlangsung.

Lebih dari 300 petempur di kedua pihak tewas di Latakia dalam dua pekan belakangan ini, kata SOHR.

Di antara mereka adalah pejuang petempur asal Maroko Ibrahi Benchekroun, mantan narapidana Guantanamo yang memerangi pasukan Amerika Serikat di Afghanistan setelah serangan-serangan Al Qaida 11 September 2001 di AS.

Di Suriah barat laut, pejuang menguasai Babuleen dan Salhiyeh di Provinsi Idlib, setahun setelah pasukan pemerintah merebut daerah-daerah itu, kata SOHR dan menambahkan setidaknya 18 tentara tewas dalam pertempuran itu.

Gerak maju pejuang membantu memperkuat pengepungan mereka terhadap pangkalan militer Wadi Deif, salah satu dari posisi-posisi penting terakhir pemerintah di Idlib, demikian AFP.

Sejumlah aktivis oposisi kembali menuduh pasukan Presiden Suriah Bashar al Assad menggunakan senjata gas beracun, Kamis, dengan menunjukkan bukti berupa video petugas medis sedang merawat pria yang tengah tidak sadarkan diri.

Tuduhan serangan di perkampungan Jobar, Damaskus, tersebut muncul beberapa pekan setelah pemerintah Suriah mengirim surat kepada PBB yang berisi klaim bahwa pemerintah mempunyai bukti akan adanya rencana serangan gas beracun oleh kelompok gerilyawan di wilayah yang sama.

Sejumlah aktivis oposisi yang menamakan diri "Jobar Revo" mengunggah video di situs YouTube yang menggambarkan seorang pria dengan tabung oksigen sedang dirawat oleh petugas medis. Video tersebut juga memberi keterangan waktu Kamis dan bahwa ada "serangan gas beracun di Jobar."

Sementara itu kelompok oposisi lain mengatakan mereka yang terdampak oleh gas beracun saat ini "masih berada dalam kondisi sehat."

Dalam surat yang diberi tanggal 25 Maret, Utusan Suriah untuk PBB Bashar Jafari mengatakan pemerintah telah menangkap komunikasi antara "pemberontak" yang menceritakan tindakan pria bernama Abu Nadir menyebarkan masker secara rahasia di wilayah Jobar yang dikuasai oleh gerilyawan.

Bashar Jafari mengatakan surat--yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan--tersebut "membenarkan adanya sekelompok pejuang bersenjata yang berencana menggunakan gas beracun di Jobar dan sejumlah wilayah lain. Setelah melakukan itu, mereka akan menuduh pemerintah Suriah telah melakukan tindakan terorisme."

Sebelumnya pada Desember lalu, penyelidikan PBB menemukan gas sarin telah digunakan di Jobar pada Agustus dan sejumlah wilayah lain, termasuk di Ghouta di mana ratusan orang dilaporkan tewas.

Penelitian tersebut hanya sampai pada bukti adanya penggunaan gas beracun, bukan siapa pihak yang melakukannya. Pemerintah Suriah dan oposisi sejak saat itu terlibat saling tuduh.

Serangan di Ghouta adalah yang terparah dan menyebabkan reaksi keras masyarakat internasional. Amerika Serikat bahkan sempat berencana menyerang Suriah sebelum dibatalkan karena Bashar berjanji akan menghancurkan cadangan senjata kimia yang dimiliki, demikian seperti dilaporkan Reuters.

Sampai sejauh ini, pemerintah Bashar gagal memenuhi tenggat waktu 5 Februari untuk memindahkan ke luar negeri seluruh zat kimia yang dikabarkan mempunyai total berat 1.300 ton.

Perang Kelompok Alawite-Shiah (pemerintah) dan oposisi (para pejuang sunni) yang telah berjalan tiga tahun di Suriah telah menewaskan setidaknya 150.000 orang (sepertiganya penduduk sipil) dan membuat jutaan warga lainnya terpaksa mengungsi.

No comments:

Post a Comment