!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, April 10, 2014

.Pemilu 2014: Pasar Justru Cemas

.Pemilu 2014: Pasar Justru Cemas

Saham di Bursa Efek Indonesia turun 3%, Kamis pagi. Kurs rupiah dan obligasi juga anjlok, menyusul hasil sementara pemilihan umum (Pemilu). Berdasarkan penghitungan cepat, dukungan terhadap unggulan kandidat presiden, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi, lebih rendah dibanding perkiraan.

Investor tampaknya cemas pemilihan presiden yang dijadwalkan Juli mendatang akan berlangsung hingga dua putaran. Mereka juga mulai khawatir potensi ketidakpastian politik akan berlanjut lebih lama.

Sesuai hitung cepat kemarin, Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) hanya memperoleh 19% suara. Proporsinya masih lebih rendah dibanding 25% yang dibutuhkan untuk menominasikan Jokowi sebagai presiden, tanpa membentuk koalisi.

“Kami menilai [hasil Pemilu] ini sebagai suatu kekecewaan. Padahal sebelum Pemilu, bursa menguat dan menunjukkan orang-orang memperkirakan ketidakpastian politik bakal mereda,” kata analis CIMB Securities Erwan Teguh dalam nota yang terbit hari Kamis. Investor mesti “berubah lebih defensif,” ujarnya..

Indeks Harga Saham Gabungan, yang tahun ini menanjak, akhirnya turun 3%. Nilai tukar rupiah, yang tahun ini menampilkan kinerja terbaik di Asia Tenggara, turun 0,5% menjadi Rp11.340 terhadap dolar Amerika Serikat. Pasar obligasi melemah. Imbal hasil untuk tenor 10 tahun 0,02 poin menjadi 7,86%.

Pengamat dari MNC Securities, Edwin Sibayang, menyatakan investor mungkin masih akan menjual hingga Mei. Saat itu, mereka fokus menanti hasil Pemilu menuju pemilihan presiden.

Analis HD Capital, Yuganur Wijanarko, mengatakan pelemahan Kamis merupakan peluang untuk membeli. Ia sendiri memprediksi koreksi ini tak akan berlangsung lama. “Pelaku pasar semestinya berpikir melampaui ekspektasi liar” bahwa sebuah partai mampu memenangi suara mayoritas.

Ratusan juta rakyat Indonesia memberikan suara pada Rabu, Pemilu keempat sejak Suharto lengser pada 1998. Hasil sementara mengindikasikan Dewan Perwakilan Rakyat akan tetap terpecah-pecah. Kondisi ini bakal memperdalam peluang terbentuknya koalisi dan politik dagang sapi, yang secara historis melemahkan reformasi ekonomi dan infrastruktur. Jalan bagi investor asing menjadi tak terlalu lancar.

“Secara historis, pemerintahan hasil bentukan koalisi tidak efektif, karena terkekang oleh proses pembuatan kebijakan yang transaksional,” papar Edwin.WSJ

No comments:

Post a Comment