!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, April 7, 2014

Pemilu: Kesempatan Menentukan Arah

Pemilu: Kesempatan Menentukan Arah

Penduduk Indonesia akan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara, Rabu. Bukan hanya untuk memilih wakil rakyat, mereka juga akan menentukan partai mana yang berhak mencalonkan kandidat Presiden.

Sesudah 10 tahun dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sejumlah besar rakyat mendesak perubahan kepemimpinan nasional. Pemilihan umum (Pemilu) legislatif akan menjadi penanda awal pilihan rakyat: Apakah Indonesia lebih menyukai sosok lama yang tangguh, atau wajah baru dengan pendekatan populis?

Kandidat populis utama tahun ini jatuh pada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Pemilu Rabu nanti akan menjadi ujian pertama Jokowi menjelang kontes Presiden Juli mendatang. Sebagai kandidat Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jokowi memuncaki survei opini pada waktu belakangan.

Dari kubu konvensional, muncul nama Prabowo Subianto. Mantan komandan Kopassus itu maju sebagai kandidat dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sejumlah calon pemilih menilai Prabowo cukup tegas dan layak membenahi kepemimpinan, sesudah bertahun-tahun dikuasai SBY.

Pemilu legislatif juga akan ditandai dengan politik tawar menawar partai-partai guna menyusun koalisi. Dari sembilan partai dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini, enam di antaranya membentuk koalisi dan tiga adalah oposisi. Pemilu tanggal 9 April berpotensi mengurangi jumlah partai di DPR.


Hasil beberapa survei memperkirakan hanya ada tiga partai yang bisa dengan mudah mengajukan kandidat Presiden. Klik untuk melihat grafik lebih besar.
“Mungkin akan ada beberapa partai [tersisih], sehingga proses pembentukan koalisi tidak akan terlalu rumit,” kata Doug Ramage, pengamat politik dari Bower Group Asia.

Dua partai yang diperkirakan memuncaki hasil Pemilu pekan ini adalah PDI-P dan Golkar. Instrumen politik mantan Presiden Suharto itu memilih Aburizal Bakrie sebagai kandidat Presiden. Beberapa survei menunjukkan kedua partai mungkin akan memenangi 40% dari keseluruhan 560 kursi DPR.

Jika itu terjadi, kata Ramage, “Anda mendapat dua partai utama yang mengantungi nyaris separuh kursi [DPR]. Proporsinya lebih stabil dari pengalaman [Indonesia] sebelumnya.”

Sebanyak 12 partai berkompetisi dalam Pemilu Rabu. Selama sebulan terakhir, mereka menggalang dukungan di jalanan. Beberapa bahkan menggunakan embel-embel ala militer, bernostalgia akan masa lalu kepemimpinan Indonesia.

PDI-P, yang unggul dalam berbagai survei, mengadopsi slogan “Indonesia Hebat.” Slogan itu mengacu masa kepemimpinan presiden pertama Sukarno, selama 20 tahun di Indonesia.

Sementara itu Partai Gerindra dan Prabowo mendekati jutaan pemilih muda melalui kampanye media sosial yang gencar. Selain itu, dalam salah satu kampanyenya, ia muncul ke tengah massa dengan mengendarai kuda dan memanfaatkan latar belakang militernya demi menciptakan citra pemimpin kuat.

Setiap partai setidaknya harus mendapat 20% suara atau 25% kursi DPR guna dapat meloloskan wakilnya dalam pemilihan umum Presiden, Juli. Partai-partai dapat berkoalisi untuk meraih ambang tersebut. Hanya Golkar, PDI-P, dan Gerindra yang memiliki kemungkinan meraup cukup suara untuk meloloskan calon presiden sendiri.

Partai Demokrat, yang pada Pemilu legislatif 2009 mengamankan lebih dari 20% suara, diramalkan takkan sanggup meloloskan calonnya setelah wajah partai dinodai sejumlah skandal korupsi..

Kapal Australia Tangkap Sinyal di Area Pencarian MH370
Narendra Modi dan Generasi Pemimpi India
Ketua Umum PDI-P, Megawati Sukarnoputri, putri Sukarno dan presiden Indonesia pada 2001-2004, telah memutuskan takkan maju sebagai calon presiden dalam pilpres kali ini demi memberi ruang bagi Jokowi.

Namun, Sabtu lalu, hari terakhir kampanye, ia melontarkan kalimat yang biasa muncul ketika kampanye. “Kami ingin semua petani memiliki tanah sendiri,” ujarnya. “Kesehatan harus menjadi lebih baik, anak-anak harus bisa bersekolah.”

Sebagian besar partai menjanjikan pendidikan lebih baik dan layanan kesehatan lebih terjangkau. Partai-partai itu pun mendengungkan seruan untuk tidak lagi terlalu bersandar pada impor.

Gerindra menguarkan sentimen nasionalis dengan memajukan enam rencana aksi. Fokus mereka adalah peningkatan kedaulatan pangan, perlindungan atas pasar tradisional, dan penyediaan lahan bagi petani.

Effendi Gazali, profesor komunikasi politik dari Universitas Indonesia, mengatakan tekanan untuk mengambil tindakan proteksionis kemungkinan akan menguat pada pemerintahan yang baru nanti. Namun, menurutnya, kebijakan itu takkan menukik tajam ke arah nasionalisasi. “Semua partai menyadari pentingnya modal asing,” ujarnya.

Dalam beberapa pekan belakangan, sejumlah lembaga survei telah merilis laporan jajak pendapat yang menunjukkan peningkatan tajam dukungan terhadap PDI-P sejak Jokowi diproklamirkan sebagai calon presiden pada pertengahan Maret.

“Saya suka PDI-P. Tetapi, saya memilihnya karena ada Jokowi,” ujar Setiawan Harianto, pemilih pemula berusia 17 tahun. “Saya suka [Jokowi] karena dia selalu mau mendengar aspirasi rakyat. Saya ingin Indonesia menjadi negara hebat.”WSJ

No comments:

Post a Comment