!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Tuesday, April 8, 2014

.Pencarian MH370: Ahli Kelautan Kerahkan Jurus Mutakhir

.Pencarian MH370: Ahli Kelautan Kerahkan Jurus Mutakhir

Pencarian berpekan-pekan atas pesawat Malaysia Airlines MH370 belum  membuahkan hasil. Australia, sebagai koordinator pencarian MH370, lalu beralih ke kelompok yang memahami seluk-beluk samudra: ahli kelautan Negeri Kanguru.

Para ahli tersebut berasal dari Lembaga Penelitian Atmosfer dan Kelautan Australia, yang bernaung di bawah badan ilmu pengetahuan nasional. Pengarahan yang didapat tim yang berkantor di Hobart, Tasmania, sudah jelas: identifikasi area yang berpeluang memunculkan jejak MH370.

Upaya memecahkan misteri pesawat Boeing 777-200 itu, bagaimanapun, menyingkap batasan dalam pengetahuan dan teknologi kelautan yang paling mutakhir.

“Jika kita tak mampu mengetahui apa yang sedang terjadi di laut, tugas ini akan sia-sia,” kata David Griffin, peneliti utama senior di Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) yang membantu pencarian. Namun, “Kita tahu, dalam batasan tertentu, akan apa yang sebenarnya terjadi di laut,” ujarnya..

Selama bertahun-tahun, Griffin dan timnya mengembangkan model komputer terunggul sedunia. Mereka berharap model itu dapat menemukan jawaban atas beragam skenario di laut, seperti yang menimpa MH370.

Ketika muncul pada layar, model mereka menampakkan peta dengan warna-warni menyilaukan. Peta merupakan gambaran situasi di laut, berupa pusaran arus serta variasi iklimnya.

Kala menjalankan program komputernya, Griffin menunjuk pada area persegi bertitik-titik hitam. Apa yang ia tunjuk mencontohkan area sebaran puing pada permukaan laut. Tak lama, titik-titik tiba-tiba menyembur terpisah seperti sekawanan burung yang panik. Tingkah angin dan arus membawa sebarannya ke segala arah.

Namun, inilah bagian yang cerdik dari program itu: Dengan memutar balik prosesnya, jika kita mengetahui lokasi objek yang kini mengambang, maka kita dapat memperkirakan posisi objek itu pada masa lalu. Atau lebih spesifik, pada 8 Maret pukul 08.30 pagi waktu setempat, perkiraan waktu jatuhnya pesawat ke laut.

Teknik tersebut merupakan harapan terbaik bagi CSIRO guna memandu skuadron No. 10 Angkatan Laut Australia serta tim pencari ke lokasi terakhir MH370.

Di lain sisi, bagian data terpenting dalam model matematika ini justru belum ditemukan: sepotong puing yang bisa dipastikan berasal dari pesawat. Jika titik awal ini tidak ada, Griffin dan timnya mesti menerapkan model ke objek yang tertangkap satelit. Padahal, objek-objek tersebut tak pernah bisa benar-benar dikaitkan dengan MH370.

Kalaupun ada sepotong puing, ilmuwan CSIRO terus menekankan bahwa kondisi perairan sanggup berubah secara acak. Perubahan alamiah itu mampu menaklukkan model komputer yang paling canggih sekalipun.

Keakuratan model, kata Griffin, juga terus berkurang dari waktu ke waktu. Teknologi CSIRO menghasilkan representasi dari pola arus laut di masa lalu. Semakin lama jangka waktunya, kian banyak pula “tebakan” yang mesti diambil oleh komputer—sehingga keandalan model itu pun menipis.WSJ

No comments:

Post a Comment