!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, April 7, 2014

Pro Kontra Joko Widodo Jadi Presiden Indonesia.


Pro Kontra Joko Widodo Jadi Presiden Indonesia.

Jakarta – Dari sekitar 96 orang yang berkomentar pada blogs (http://newsandfeaturesonindonesia.blogspot.com/) yang masuk tanggal 8 April 2014 pukul 05.WIB setelah mereka membaca: Melacak Jejak Stan Greenberg - James Riady Dibalik Jokowi , Rekayasa Popularitas Elektabilitas Palsu Jokowi Terbongkar

Melacak Jejak Stan Greenberg - James Riady Dibalik Jokowi , Rekayasa Popularitas Elektabilitas Palsu Jokowi Terbongkar (http://newsandfeaturesonindonesia.blogspot.com/2014/03/melacak-jejak-stan-greenberg-james.html) tulisan Pemimpin Redaksi www.Asatunews.com Bapak Raden Nuh, terbelah dua blok, ada yang mendukung tulisan ini, ada yang tetap mendukung Joko Widodo dengan berbagai alasan.
Berikut fakta-faktanya di bawah ini, kami ulang tulisannya, dan isi lengkap komentarnya,


Saturday, March 15, 2014

Melacak Jejak Stan Greenberg - James Riady Dibalik Jokowi , Rekayasa Popularitas Elektabilitas Palsu Jokowi Terbongkar

Melacak Jejak Stan Greenberg - James Riady Dibalik Jokowi , Rekayasa Popularitas Elektabilitas Palsu Jokowi Terbongkar

ASATUNEWS - Fenomena melejitnya popularitas dan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi), ke puncak teratas mayoritas hasil survey, poling, jajak pendapat dan liputan media massa yang luar biasa terhadapnya menimbulkan pertanyaan besar sebagian orang yang melihat banyak keganjilan (anomali) di sekitar Jokowi.

Liputan media bagai tak pernah henti menyiarkan segala aktifitas Jokowi. Berbagai event (kegiatan) terlihat begitu nyata diskenariokan untuk kepentingan peliputan Jokowi dan mendorong popularitasnya hingga ke titik tertinggi. Tidak cukup sampai di situ, 'pasukan khusus' di dunia maya (blog, socmed, artikel - artikel di media online, dan seterusnya) seolah - olah beroperasi 24 jam untuk mengkampanyekan sosok Jokowi. Tugas tambahan 'cyber army' ini adalah membantai/menyerang siapa saja yang memberikan penilaian miring atau mengkritik Jokowi.

Secara umum, popularitas dan eletabilitas Jokowi adalah rangkaian kegiatan Jokowi yang didukung oleh peliputan media yang masif, intensif dan sistematis. Diperkuat dengan komentar -  komentar dari akademisi /pengamat kelompok tertentu yang merupakan bagian dari tim sukses Jokowi. Dalam setiap kegiatan Jokowi tidak lupa dikerahkan tim khusus yang 'memeriahkan dan memberi kontribusi positip' terhadap kegiatan tersebut.

Sebagai gubernur, Jokowi lebih banyak diarahkan untuk membuat program - program yang bersifat populis dengan menyelenggarakan acara - acara pesta, perlombaan, mengundang selebritis kelas dunia, kunjungan - kunjungan langsung ke masyarakat kelas bawah (blusukan),  pemberian sumbangan dalam bentuk uang dan lainnya kepada warga miskin, dan seterusnya.

Semua kegiatan Jokowi tersebut, yang sebagian besar menggunakan uang negara (APBD DKI), lebih banyak ditujukan untuk kepentingan pribadi Jokowi dari pada kepentingan negara, rakyat atau pemerintah DKI Jakarta. Acara seperti Festival Keraton Sedunia, perayaan ulang tahun Kota Jakarta, perayaan tahun baru, dan berbagai festival atau pesta rakyat yang menggunakan anggaran APBD DKI Jakarta tetapi tujuan utamanya adalah memberikan ruang dan kesempatan bagi Jokowi dan timsesnya untuk melambungkan nama Jokowi melalui liputan - liputan semua jenis media yang sudah dipersiapkan timses Jokowi.

Penciptaan atau rekayasa popularitas Jokowi ini dilakukan oleh sebuah tim konsultan politik yang luar biasa, berbiaya sangat mahal dan bekerja untuk waktu yang cukup lama, terhitung sejak awal persiapan Pilkada DKI Jakarta awal tahun 2012 sampai masa pemilihan presiden Juli 2014.

Pola atau bentuk kampanye terselubung yang dilakukan timses Jokowi ini merupakan karya Stanley Greenberg, Konsultan politik paling terkemuka di dunia yang telah berhasil memenangkan 11 kepala pemerintahan (presiden / perdana menteri), ratusan anggota kongres, senator dan gubernur di Amerika Serikat, serta konsultan pencitraan dan politik untuk berbagai perusahaan multinasional raksasa (British Petroleum, Mosanto dan lain - lain).

Keterlibatan Stanley 'Stan' Greenberg dalam tim sukses dan tim politik Jokowi tidak dapat dipisahkan dari sosok James Riady, konglomerat pemilik Lippo Grup dan First Media Grup. James Riady dan Stan Greenberg merupakan dua tokoh yang sama - sama sahabat baik mantan presiden AS, Bill Clinton. James Riady dan Stan Greenberg adalah dua tokoh yang sangat berjasa mengantarkan Bill Clinton terpilih sebagai Presiden AS pada pemilihan presiden 1992 dan 1996. Keduanya juga tercatat sebagai anggota organisasi elit, Arkansas Connection.

Arkansas Connection adalah sebuah organisasi non formal yang merujuk pada sebuah kelompok terbatas, umumnya terkait pada daerah asal dan masa lalu Bill Clinton sebagai Jaksa Agung dan Gubernur Arkansas. Kelompok elit yang dijuluki sebagai Arkansas Connection ini adalah kelompok orang yang sangat berkuasa di Partai Demokrat AS dan memiliki akses luar biasa terhadap pemerintahan AS sekarang ini di mana Barrack Obama menjadi Presiden AS. Arkansas Connection merupakan mentor atau pembimbing Obama sejak awal masa pemilihan presiden tahun 2008 sampai terpilihnya kembali Obama pada pilpres 2012. Arkansas Connection diketahui banyak memberikan saran dan nasihat dalam setiap keputusan dan kebijakan Obama sebagai presiden AS.

Hubungan James Riady dan Obama selain ditautkan oleh Arkansas Connetion dan Clinton, juga hubungan historis Obama dengan Indonesia. Ayah tiri dan saudara - saudara tiri Obama adalah warga negara Indonesia. Obama sendiri masa kecil pernah di Indonesia, bahkan pernah bersekolah di SD Menteng, Jakarta Pusat.

James Riady sebagai otak di balik kemenangan Jokowi Widodo atau kerap dipanggil Jokowi ditenggarai memiliki kepentingan tertentu terhadap Jokowi yang ia dorong agar terpilih menjadi Presiden RI dalam pemilihan 9 Juli 2014 mendatang.

Sebagai konglomerat Indonesia, pemilik Grup Lippo dan Grup First Media, upaya James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI bukan hal yang mustahil, bahkan bukan hal yang sulit. Kiprahnya dalam tim sukses Bill Clinton pada pemilihan Presiden AS tahun 1992 dan 1995 serta hubungan khususnya dengan para elite AS menjadi modal besar sangat berguna bagi rencana besarnya menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI.

Rencana besar (grand scenario) James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI mendapatkan bantuan sepenuhnya dari mentornya, Antony Salim. Meski tidak secara langsung atau terbuka, Antony Salim membantu James Riady melalui tangan Chairul Tanjung, proxy (kuasa bisnis) Antony di Bank Mega dan Trans Corporation. Melalui bantuan Antony Salim, ratusan organisasi relawan Jokowi di seluruh Indonesia dibentuk dan dibiayai Chairul Tanjung dan/atau Trans Corp.

Antony Salim adalah putra Liem Sioe Liong atau Sudono Salim (almarhum), taipan terkaya di Indonesia yang dikenal sangat dekat dengan Presiden Soeharto pada masa Orde Baru. Tidak dapat dimungkiri, keberhasilan Grup Salim menjadi konglomerasi terbesar di Indonesia karena kedekatannya dengan Presiden Soeharto, yang memberikan begitu banyak kemudahan dan konsesi terhadap Sudono Salim/Grup Salim.

Hubungan Presiden Soeharto dan Sudono Salim merenggang ketika Sudono Salim sebagai pemimpin para konglomerat Indonesia yang tergabung dalam Yayasan Prasetya Mulia menolak permintaan Soeharto untuk memberikan sumbangan sekitar 2,5% dari laba bersih perusahaan milik para konglomerat yang rencananya akan digunakan sebagai sumber pembiayaan dan pembinaan usaha mikro, usaha kecil, koperasi, dan usaha menengah kaum pribumi Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kaum nonpribumi yang mendominasi sektor ekonomi Indonesia selama puluhan tahun.

Antony Salim adalah mentor atau pembimbing James Riady. Dalam tradisi Cina, Antony Salim adalah "toako" bagi James Riady, sebagaimana ayahnya, Muchtar Riady, mantan Direktur Utama Bank BCA (milik Grup Salim), yang juga direkrut dan dibina Sudono Salim (ayah Antony Salim).

Antony Salim dan James Riady disinyalir sebagai inisiator yang mengumpulkan seluruh konglomerat Cina Indonesia untuk bersatu-padu menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI mendatang, dengan mengumpulkan dana bagi pemenangan Jokowi, menyiapkan jaringan media, memanfaatkan jaringan Cina internasional, meminta Stanley Greenberg menyusun strategi pencitraan untuk melambungkan popularitas dan elektabilitas Jokowi, dan lain - lain.

Pertemanan akrab James Riady, konglomerat Indonesia, putra Muchtar Riady (mantan Direktur Utama Bank BCA dan pendiri Grup Lippo) dengan William Jefferson Clinton alias Bill Clinton dimulai dari kunjungan Sudono Salim (ayah Antory Salim) dan Muchtar Riady ke Little Rock City, ibu kota negara bagian Arkansas, Amerika Serikat, pada tahun 1984.

Kunjungan kedua taipan Indonesia ke Little Rock City pada tahun 1984 itu disebut-sebut bertujuan mencari sebuah bank yang dapat dibeli sebagai wujud rencana perluasan bisnis Grup Salim/Bank BCA di AS. Menurut laporan penyelidikan gabungan Kongres dan Senat AS, alasan yang dikemukakan kedua taipan Indonesia itu sangat absurd dan tidak dapat diterima logika, karena Little Rock City bukan merupakan salah satu kota keuangan atau kota bisnis di AS.

Laporan penyelidikan Kongres dan Senat AS terkait skandal sumbangan haram Grup Lippo untuk tim sukses Presiden Bill Clinton (Lippogate) lebih lanjut menjelaskan alasan sebenarnya dari kedatangan Liem Sioe Liong dan Muchtar Riady ke Little Rock City adalah untuk menjalankan misi khusus, yakni mendekati Bill Clinton yang saat itu sudah disebut-sebut sebagai calon pemimpin masa depan atau calon Presiden AS di masa mendatang.

Sebagaimana James Riady, Muchtar Riady disebut terkait erat dengan badan intelijen Cina, sesuai berbagai hasil penyelidikan pihak berwewenang AS yang membongkar sumbangan haram dari Grup Lippo kepada tim sukses Bill Clinton.

Pada tahun 1986, James Riady ditugaskan ayahnya untuk mengelola Worthen Bank di Little Rock City, Arkansas, dengan tugas khusus melakukan pendekatan pribadi kepada Keluarga Clinton.

Bill Clinton adalah Presiden Ke-42 Amerika Serikat. Ia menjabat dua kali masa jabatan periode 20 Januari 1993 hingga 20 Januari 2000. Sebelum terpilih menjadi presiden, Clinton selama sekitar 12 tahun adalah Gubernur Arkansas, yang ke-40 dan ke-42. Istrinya, Hillary Rodham Clinton, adalah senator dari daerah pemilihan New York.

Pada 1976, Clinton terpilih sebagai Jaksa Agung Arkansas dan menjadi gubernur pada negara bagian tersebut pada 1978. Setelah gagal dalam usahanya mempertahankan posisi tersebut, ia berhasil mendapatkannya kembali empat tahun kemudian, 1986, dan terpilih kembali menjadi Gubernur Arkansas sampai tahun 1990. Ia kemudian berhasil mengalahkan Presiden George Bush serta kandidat independen, Ross Perot, pada pemilihan presiden 1992.

Selama 1986-1990 James Riady menjalin hubungan erat dengan Bill dan Hillary Clinton sehingga berhasil menyusup ke jantung kekuasaan Amerika Serikat di Gedung Putih ketika Clinton terpilih menjadi Presiden AS pada tahun 1992 dan terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 1996. James Riady terkenal namanya ke seluruh dunia ketika skandal politik sumbangan uang haram ke tim sukses Bill Clinton terbongkar, hanya beberapa saat setelah Bill Clinton dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya (1996). Skandal itu kemudian dikenal dengan nama "Lippogate".

Hasil temuan penyidik pada Lippogate sangat mengejutkan rakyat Amerika Serikat karena terbukti uang haram jutaan dolar AS yang disumbangkan James Riady dan teman-temannya, terutama oleh John Huang (mantan Vice President Bank Lippo di Amerika Serikat), ternyata sebagian besar berasal dari China Resources Corporation (CRC), sebuah perusahaan berbadan hukum Hong Kong yang merupakan perusahaan kedok milik China Military Intelligence (CMI).

Keterlibatan James Riady, Antony Salim, dan para konglomerat Cina Indonesia sebagai otak di balik kemenangan Jokowi Widodo (Jokowi) dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 lalu dimulai saat Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, menyetujui Jokowi diusung PDIP sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menggantikan Mayor Jenderal TNI (Purn) Adang Ruchiatna, yang semula diunggulkan.

Jokowi semula direncanakan maju sebagai calon Gubernur Jawa Tengah bersaing dengan Bibit Waluyo yang kembali diusung Partai Demokrat. Persiapan untuk pencalonan Jokowi sebagai calon Gubernur Jawa Tengah sudah lama dilakukan, terutama melalui pencitraan-pencitraan Jokowi yang dipublikasikan luas dan masif oleh media-media dan akun-akun di sosial media. Pada tahap awal ini, ada peran besar konglomerat Edward Suryajaya (anak pendiri Astra, konglomerat Indonesia, William Suryajaya), Lukminto (pengusaha pemilik PT Sritex Solo), Imelda Tio (pengusaha properti dan pemilik Paragon/Grup Sun Motor).

Hubungan keluarga antara Edward Suryajaya dengan James Riady mengantarkan nasib Jokowi ke tangan kelompok James Riady. Setelah terjadi perubahan terhadap rencana Jokowi tadi, James Riady mempersiapkan sebuah rencana besar: Jokowi akan diplot sebagai calon presiden setelah memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Tim besar untuk pemenangan Jokowi di Pilkada DKI Jakarta sekaligus di pemilihan Presiden Indonesia pada Juli 2014 dibentuk.

Tidak tanggung-tanggung, James Riady mengonsolidasikan kekuatan untuk memenangkan Jokowi di Pilkada DKI Jakarta 2012 dan Pemilihan Presiden 2014. Stanley Benhard Greenberg, teman karibnya di Arkansas Connection, diminta terlibat penuh mendukung Jokowi sebagai Presiden Indonesia.

Pembentukan Jaringan Sosial Media Volunteer (Jasmev) dipimpin Kartika Djoemadi, seorang paktisi "spin doctor" atau pemutar isu di dunia maya. Ribuan tenaga honorer direkrut khusus untuk bertugas menjalankan puluhan ribu akun di sosial media (Facebook, Twitter, dan lain - lain).

Di luar Jasmev yang bekerja 24 jam, dengan tiga sif itu, James Riady dan teman-temannya juga mengonsolidasikan kekuatan jaringan media yang mereka miliki serta menyewa (kontrak) media-media lain untuk membantu pembentukan citra dan elektabilitas Jokowi, mulai dari Pilkada DKI Jakarta sampai Pemilihan Presiden 2014. Semua disusun secara rapi dan canggih sehingga berhasil membentuk opini dan persepsi palsu seolah-olah Jokowi adalah calon pemimpin terbaik yang dimiliki Indonesia.

James Riady dan Antony Salim selaku "mastermind" di balik pencapresan Jokowi ini belum diketahui maksud dan tujuannya. Diduga, mereka ingin menciptakan presiden boneka yang berada di bawah kendali mereka.

Untuk jaringan militer (TNI) dan purnawairawan TNI, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Abdul Mahmud Hendro Priyono, Jenderal Luhut Panjaitan (mantan Menteri Perindustrian dan Dankodiklat TNI AD), Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar (mantan Menteri Perhubungan dan Ketum PSSI), dan sejumlah purnawirawan jenderal lain direkrut untuk membantu kemenangan Jokowi.

Untuk pembiayaan rencana mereka memenangkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia, semua sumber daya mayoritas konglomerat Cina Indonesia, konglomerat-konglomerat buronan kasus korupsi Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI), bantuan dari China Connection dan Arkansas Connection dipadukan untuk menyokong rencana besar itu. Termasuk bantuan dana dari perusahaan besar (konglomerasi) yang sering dikumpulkan, di antaranya melalui pertemuan rahasia sekitar 50 pengusaha besar Cina di Panini Cafe, Setiabudi Building, Jakarta Selatan, pada pertengahan September 2012 lalu.

Sebagai konglomerat Indonesia, pemilik Grup Lippo dan Grup First Media, upaya James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI bukan hal yang mustahil, bahkan bukan hal yang sulit. Kiprahnya dalam tim sukses Bill Clinton pada pemilihan Presiden AS tahun 1992 dan 1995 serta hubungan khususnya dengan para elite AS menjadi modal besar sangat berguna bagi rencana besarnya menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI.

Rencana mayoritas konglomerat Tionghoa Indonesia yang dikoordinasi oleh James Riady untuk mendudukan Jokowi sebagai Presiden Indonesia bukan tanpa halangan. Perhimpunan Masyarakat Tionghoa Indonesia (INTI) menolak bergabung dengan kelompok James Riady karena mempertimbangkan potensi bahaya besar yang akan terjadi jika Jokowi dipaksakan menjadi presiden: dikhawatirkan mayoritas rakyat Indonesia ketika menyadari konspirasi ini akan marah besar dan berbalik memusuhi kelompok minoritas yang dituding sebagai dalang dari penciptaan Jokowi sebagai presiden boneka. INTI menyadari betapa besar bahaya dari konspirasi politik yang dimainkan mayoritas konglomerat Tionghoa jika rakyat Indonesia pada akhirnya tidak dapat menerima perbuatan kelompok James Riady yang dianggap telah menginjak-injak kedaulatan bangsa Indonesia.

Mereka inilah yang dijuluki Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai penumpang gelap di Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2012 lalu. Julukan itu dinilai sangat tepat karena mereka mendompleng figur Jokowi, yang merupakan kader PDIP, untuk menggapai tujuan pribadi dan golongan mereka di Indonesia.

 Nama Lippo dan James Riady pertama sekali mendunia disebabkan terbongkarnya kasus sumbangan haram untuk dana kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton pada tahun 1996, tidak lama setelah Clinton dilantik sebagai Presiden AS untuk periode kedua.

Skandal Lippo atau Lippogate berawal pada tahun 1995, ketika Clinton merasa sangat khawatir dengan pemilihan presiden mendatang. Partai Demokrat telah hancur total sesuai hasil pemilihan DPR dan Senat pada pertengahan tahun 1994. Partai Republik berhasil menguasai DPR dan Senat untuk pertama kalinya sejak 1954. Tidak hanya itu, Partai Demokrat tengah menghadapi masalah serius dalam mengembangkan penggalangan dana publik untuk Partai Demokrat dan tim sukses Bill Clinton.

Para pengamat politik bahkan mempertanyakan secara terbuka, apakah Clinton relevan mengikuti debat capres pada musim kampanye pilpres mendatang. Kekalahan di pilpres tahun 1996 tampaknya tak terelakkan lagi bilamana merujuk pada bencana besar partainya yang dialami pada pemilihan anggota DPR dan Senat tahun 1994.

Kinerja buruk pada tahun 1994 yang ditampilkan partai, telah menjadikan Tim konsultan yang telah membawanya ke kemenangan pada tahun 1992 sebagai sasaran kekecewaan dan kambing hitam.

Clinton memutuskan mengambil strategi radikal dalam kampanye pilpres 1996. Untuk mendukung strategi itu, Clinton membutuhkan banyak uang tunai dan ia akan membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar secepatnya.

Gedung Putih sangat serius membahas tentang penggalangan dana untuk mendukung strategi Clinton tersebut. Semua pihak akan dilibatkan dalam penggalangan dana, termasuk  presiden dan istrinya, Hilary Clinton; wakil presiden, dan; seluruh staf mereka.

Namun, Demokrat menghadapi kebuntuan dari mana sumber untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam waktu sangkat singkat. Partai Demokrat tidak lagi menguasai mayoritas Kongres sehingga tidak akan mudah mengumpulkan dana dari kelompok-kelompok kepentingan yang menginginkan akses dan bantuan dalam proses legislasi.

Akhirnya rencana baru dicanangkan. Partai Demokrat akan mengembangkan rencana kreatif untuk memperluas target donatur. Jenis baru dari konstituen yang sebelumnya tidak diperhatikan akan didekati dan dimaksimalkan. Kelompok-kelompok seperti Asia-Amerika dan perusahaan asing yang punya cabang/perwakilan di AS akan digarap. Sumber daya mereka akan mendanai upaya pemilihan kembali Clinton.

Selama 10 bulan, Clinton menghadiri 237 acara pengumpulan dana dan mengumpulkan total US$ 119.200.000! Jumlah ini lebih dari dua kali jumlah pengumpulan dana Presiden Bush yang diselenggarakan pada tahun 1992. Clinton akan berhasil dalam upaya penggalangan dana dan menang pemilihan ulang atas rivalnya dari Partai Republik Robert "Bob" Dole.

Namun ternyata, dalam proses penggalangan dana yang sukses itu, kemudian terbongkar skandal sangat memalukan, yakni Partai Demokrat dan Presiden Bill Clinton  terbukti telah menerima donasi/sumbangan yang berasal dari sumber ilegal. Skandal ini kemudian terkenal ke seluruh dunia dengan nama Lippogate (skandal Lippo).

Terbukti, untuk melaksanakan rencananya menggalang dana kampanye, Clinton meminta bantuan ke sejumlah teman lama dari negara bagian Arkansas, di antaranya adalah James Riady, pemilik Worthen Bank, sebuah bank kecil di Little Rock City, yang telah menjadi teman lama keluarga Clinton.

Perusahaan Riady adalah bagian dari kerajaan dunia bisnis yang beroperasi di bawah nama Grup Lippo. Bisnis Lippo mengkhususkan diri pada sektor perbankan, realestat, energi, dan sejenisnya itu dikendalikan oleh ayahnya, Mochtar Riady, seorang bankir dan konglomerat terkemuka Indonesia.

Salah satu eksekutif yang bekerja pada James Riady bernama John Huang, 51 tahun. John Huang lahir di Cina pada tahun 1945 dan keluarga Huang telah bermigrasi ke Taiwan pada tahun 1949 ketika komunis mengambil alih Cina Daratan. Ayah John Huang adalah seorang jenderal Cina nasionalis. Huang lulus dari Tatung Institute of Technology pada tahun 1967 dan menjabat sebagai letnan di Angkatan Udara Taiwan. Ia pindah ke Amerika pada tahun 1969 dan memperoleh gelar master dalam bisnis dari University of Connecticut. Huang menjadi warga negara AS melalui naturalisasi tahun 1976.

Karir Huang dimulai sebagai trainee di sebuah bank di Washington, DC. Lalu menjadi asisten wakil presiden. Pada tahun 1985, Huang direkrut James Riady sebagai Wakil Dirut Eksekutif Divisi Lippo  di Hong Kong. Setahun kemudian, ia pdiangkat menjadi Presiden dan Chief Operating Officer Bank Lippo di Los Angeles, AS.

Dalam berbagai kesempatan, Huang selalu ingin meningkatkan pengaruh politik dari warga Asia-Amerika. Huang melihat, Asia-Amerika dapat meningkatkan pengaruh Asia-Amerika di tingkat politik lokal, tapi tidak signifikan pengaruhnya dalam politik nasional.

Sebelumnya, dalam kontes presiden tahun 1992, Huang menyelenggarakan sebuah acara penggalangan dana yang sangat sukses untuk Clinton di California, yang meraih US$ 1,25 juta dari komunitas Asia-Amerika di Los Angeles. Ini adalah pertama kalinya Asia-Amerika sangat aktif dalam politik kontes Presiden AS.

Pada tahun 1994, setelah menerima bonus US$ 879,000, Huang keluar dari Grup Lippo untuk mengisi posisi strategis di Departemen Perdagangan AS. Ia adalah pejabat pemeritah Amerika-Asia yang menduduki posisi tertinggi.

Di Departemen Perdagangan AS, Huang menjabat sebagai deputi menteri untuk kebijakan ekonomi internasional. Dari pekerjaan itu, Huang memiliki akses ke sarana komunikasi kedutaan, laporan intelijen, dan informasi yang digunakan untuk mengembangkan kebijakan perdagangan AS yang bersifat rahasia, termasuk dalam hal mewakili pemerintah AS untuk bernegosiasi, diskusi tentang sanksi perdagangan dan kegiatan dengan pemerintah asing, dan seterusnya.

Pada beberapa kesempatan, Huang dan James Riady sering melakukan pertemuan pribadi dengan Presiden Clinton di Gedung Putih. John Huang diketahui telah mengunjungi Gedung Putih 52 kali.

Kampanye Presiden Tahun 1996
Pada Desember 1995, Huang pindah mengisi posisi eksekutif penggalangan dana pada Komite Nasional Partai Demokrat (DNC). Segera setelah bergabungnya Huang, kontribusi/sumbangan ke DNC meningkat secara luar biasa.

Sebuah perusahaan Korea Selatan yang disebut Cheong Am America, Inc menyumbangkan US$ 250.000. Sebuah acara di sebuah kuil Buddha mengumpulkan US$ 140,000. Sebuah pasangan Indonesia memberikan US$ 425.000 kepada DNC. Pada Juli 1996, dalam acara pengumpulan dana untuk Clinton di Los Angeles, Huang meraih setengah juta dolar AS.

Presiden Clinton berterima kasih secara terbuka dan mengakui kesuksesan John Huang di DNC. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman lama saya, John Huang, untuk menjadi sangat efektif. Terus terang, ia telah menjadi begitu efektif. Saya apresiasi kepada Anda semua agar memberi pujian untuk Huang malam ini," kata Clinton memuji Huang.

Dalam waktu singkat dan tanpa pengalaman substansial di daerah penggalangan dana politik, Huang telah meraih beberapa juta dolar AS.

Demi mendorong popularitas Gubernur DKI Jakarta sampai ke titik tertinggi, segala cara dilakukan oleh Stanley Bernard 'Stan' Greenberg, konsultan politik, pollster, ahli strategi pemenangan pemilu - pilpres nomor wahid di dunia, yang ternyata terbukti selama ini bertindak sebagai 'sutradara atau otak' di balik rekayasa pencitraan dan melambungnya popularitas Jokowi selama dua tahun terakhir.

Dengan berdalih menampilkan hasil penelitiannya, Stan Greenberg, Ketua Korps Demokrat Amerika Serikat (AS), sahabat karib konglomerat Indonesia James Riady yang keduanya juga adalah anggota elit Arkansas Connection, sebuah organisasi yang sangat berpengaruh di AS, berusaha menipu menipu publik Indonesia dengan mempromosikan Jokowi berkedok hasil penelitian lembaga penelitiannya.

Stan Greenberg mengatakan elektabilitas Jokowi medio September 2013 adalah sebesar 68 %, sedangkan PDIP meraih elektabilitas 28 %. Greenberg seolah - olah mendapatkan kesimpulan penelitian, bahwa alasan responden memilih Jokowi adalah karena Jokowi tokoh yang jujur dan dapat dipercaya.

Menurut lembaga survei dan konsultan politik yang dikendalikan Partai Demokrat AS itu, posisi elektabilitas kedua tertinggi setelah Jokowi adalah Prabowo Subianto (PS) 15 % dan Aburizal Bakrie (ARB) 11 %.

Sedang elektablilitas parpol, setelah PDIP, disusul Golkar 18 %, Gerindra dan Demokrat yang sama - sama raih 10%.

Prof Dr Iberamsyah, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) yang mengikuti presentasi tersebut beberapa bulan lalu, mengatakan hasil survei tidak terlalu mengagetkan, karena sudah tercermin dari hasil sejumlah lembaga survei selama ini. Ketika itu, posisi Stan Greenberg belum diketahui publik sebagai konsultan politik dan otak rekayasa popularitas dan elektabilitas palsu untuk Jokowi.

“Presentasi pekan lalu, tidak dilaksanakan secara terbuka, karena survey ini merupakan pesanan sebuah lembaga, bukan inisiatif Stan Greenberg,” ujar Iberamsyah pada akhir September 2013 lalu.

Persoalan yang mencuat saat ini adalah keraguan masyarakat luas terhadap seluruh hasil survey, polling atau jajak pendapat bilamana terkait dengan Jokowi. Runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga survey yang menilai Jokowi disebabkan oleh fakta bahwa Stan Greenberg sudah diketahui masyarakat luas sebagai dalang dari seluruh rekayasa popularitas dan elektabilitas Jokowi.

Semua hasil survey, polling, jajak pendapat dan penilaian terhadap Jokowi adalah palsu belaka (hasil rekayasa) dan diragukan keabsahannya. Masyarakat menilai, pengumuman hasil survey, polling, jajak pendapat dan lain lain terhadap Jokowi hanyalah merupakan hasil rekayasa (dibuat - buat) untuk menggiring opini dan membentuk persepsi publik seputar kehebatan Jokowi.

Di samping itu, fakta mengenai kinerja Jokowi yang buruk, tercermin dari kegagalan Jokowi menyerap anggaran APBD secara maksimal (hanya 55%, terendah dari seluruh propinsi di Indonesia), mandeknya program - program pembangunan daerah, serta ketidakmampuan Jokowi memenuhi janji - janji kampaye yang diucapkannya pada saat Pilkada tahun 2012 lalu.

Bencana banjir besar di Jakarta dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah, menyebabkan penilaian rakyat Jakarta semakin negatip terhadap kinerja Jokowi. Hasilnya, popularitas Jokowi di tengah - tengah masyarakat semakin tenggelam.

Sementara itu Ketua Umum PDIP, melalui tayangan 'Mata Najwa' di Metro TV Rabu (22/1), menegaskan PDIP tidak akan mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden dan memintanya untuk fokus menyelesaikan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun penuh.

Sebuah blog Intelijen yang ditulis oleh Senopati Wirang mencoba memberikan bantahan terhadap keterlibatan tokoh Yahudi Kiri Liberal Stanley Bernhad Greenberg dalam merekayasa pembentukan citra palsu, peningkatan popularitas dan elektabilitas Jokowi. Berikut ini tanggapan terhadap argumentasi Senopati Wirang.

Tanggapan pertama mengenai konfirmasi keterlibatan Kantor Greenberg Quinlan Rosner Research yang menurut Senopati Wirang tidak ada catatan atau konfirmasi bahwa kantor konsultan Greenberg itu terlibat, digunakan atau disewa oleh Jokowi atau pun tim Jokowi. Wirang bahkan sampai mencantumkan nomor telpon kantor Greenberg jika ada pihak tertentu ingin menanyakan perihal hal tersebut.

Bagi siapa pun yang membaca penjelasan Wirang itu tentu ada rasa geli di dalam hati. Bagaimana mungkin keterlibatan kantor Greenberg Quinlan Rosner Research dalam merekayasa citra palsu Jokowi akan diumumkan secara terbuka. Sebaliknya, keterlibatan Greenberg sedapat mungkin dirahasiakan. Kenapa ? Pertama, karena Greenberg dikenal luas sebagai sosok Yahudi kiri liberal. Frase / kata 'Yahudi' saja sudah menimbulkan alergi antipati mayoritas rakyat Indonesia, apalagi paham kiri liberal yang dianut Greenberg, pasti menimbulkan reaksi negatif yang luar biasa dari rakyat Indonesia dan berdampak antipati rakyat terhadap Jokowi, figur yang dibantu Greenberg pencitraan dan kemenangannya.

Sosok Greenberg sebagai konsultan politik yang berhasil mengubah persepsi rakyat Amerika Serikat (AS) dan militer AS, dari yang semula menentang Lesbian, Gay, Transgender dan Biseksual (LGBT) menjadi berbalik mendukung LGBT merupakan tokoh yang dianggap sebagai perusak nilai - nilai agama dan budaya luhur yang menjunjung tinggi kodrat kemanusiaan. Greenberg adalah pahlawan bagi kelompok lesbian, gay, transgender daj biseksual, yang kini mendapat tempat seluas - luasnya di AS dan militer AS.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mengetahui sepak terjang Greenberg dalam mengubah persepsi dan perilaku manusia melalui pembentukan opini publik, Greenberg tak ubahnya seperti bahaya laten komunis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tokoh kiri liberal yahudi ini merusak nilai - nilai agamis pancasilais yang menjadi dasar hidup rakyat dan bangsa Indonesia.

Keterlibatan Stanley Greenberg dalam pencitraan palsu Jokowi adalah bersifat sangat rahasia dan pasti tidak akan diakui secara resmi. Namun, jejak Greenberg dalam setiap pencitraan Jokowi (termasuk Ahok) dapat dibuktikan dengan ketelitian dan kecermatan kita menganalisa metode dan strategi pencitraan yang ditampilkan Jokowi (dan ahok).

Jejak pertama keterlibatan Stanley Greenberg pada rekayasa citra Jokowi adalah keikutsertaan / nominasi Jokowi di seleksi walikota terbaik dunia melalui The Mayors Foundation. Lembaga ini dipilih sebagai salah satu cara mengorbitkan nama Jokowi karena tidak memerlukan persyaratan atau kriteria yang rumit. Siapa saja bisa diajukan sebagai nomine dan siapa saja bisa memberikan suara dukungan (vote) secara online. Lebih mudah Jokowi menang di The Mayors Foundation daripada peserta Indonesian Idol atau acara idol - idolan lain. Cukup dengan mengerahkan ratusan sampai ribuan orang yang dibayar murah untuk berikan suara dukungan / pilihan untuk Jokowi melalui online.

Keikutsertaan Jokowi diseleksi di Mayors Faoundation itu kemudian dieksploitasi habis - habisan oleh media - media nasional dan lokal yang sudah merupakan bagian dari tim pencitraan Jokowi. Tidak ketinggalan media luar negeri yang merupakan jaringan Stan Greenberg atau James Riady cs untuk memberikan apreasiasi, liputan luas dan testimoni - testimoni yang sangat kental kebohongannya.

Jejak kedua dapat dilihat dari aktifitas Jokowi sehari - hari yang lebih banyak ditujukan atau untuk kepentingan pencitraan diri Jokowi dengan liputan media secara masif dan kontiniu. Semua gerak langkah, tingkah laku, perbuatan, dan seterusnya dimuat tanpa henti oleh media. Kegiatan - kegiatan Jokowi ini dikombinasi dengan program - program populis yang dibiayai APBD tapi lebih merupakan program untuk kepentingan pencitraan Jokowi daripada kepentingan umum / rakyat. Mulai dari acara pesta sambut tahun baru, ulang tahun Jakarta, konser Metalica, festival keraton sedunia dan seterusnya hingga kedatangan - kedatangan selebriti dunia yang khusus diundang untuk memberikan bobot pencitraan Jokowi. Persis konsepnya dengan konsep Stan Greenberg ketika mengorbitkan Clinton sebagai capres AS pada tahun 1991 - 1992.

Jejak ketiga adalah pola pembagian tugas antara Jokowi dan Ahok. Jokowi sibuk pencitraan sesuai arahan Stan Greenberg, Ahok diarahkan untuk mengubah nilai - nilai agamis dan Pancasilais menjadi kiri liberal sekuler sesuai dengan tujuan mereka untuk memberikan ruang yang lebih besar di kalangan rakyat Indonesia bagi kelompok non muslim dan sekuler menjadi pemimpin negara. Pernyataan - pernyataan dan kebijakan - kebijakan Ahok yang memancing konflik sosial dan polemik sosial itu dilakukan secara sistematis : mempertentangkan agama dengan konstitusi, menghina Muhammadiyah, melecehkan betawi dan FPI, menempatkan Susan yang murtad sebagai Lurah di Lenteng Agung yang dikenal sebagai basis muslim tradisional dan seterusnya. Tugas khusus Ahok sesuai arahan Greenberg adalah agent of change utk nilai - nilai islam dan pancasila menjadi nilai -nilai sekuler. Ahok tidak perlu pencitraan diri dan mengejar kekuasaan karena jika Jokowi menjadi Presiden RI secara otomatis Ahok akan menjadi Gubernur DKI. Kemenangan bagi kubu James Riady cs yang dibantu penuh Greenberg. Dan kehancuran total untuk rakyat Indonesia.

Jejak keempat Stan Greenberg terlihat dari kunjungan - kunjungan para tokoh menemui Jokowi yang masih merupakan jaringan Greenberg seperti Evan Greenberg yang berkunjung ke Jakarta Juli 2013 lalu mengatasnamakan Ketua Perdagangan AS - Indonesia, lembaga yang sebelumnya tak pernah terdengar. Atau kedatangan Menlu Inggris ke Balaikota DKI temui Jokowi sambil menyelundupkan Duta Besar Israel untuk Singapura dalam rombongannya.

Jejak kelima Stan Greenberg adalah keanggotaannya di Arkansas Connection yang terkait erat dengan James Riady yang juga anggota Arkansas Connection. Paguyuban Arkansas Connection dikenal di AS sebagai sebuah kelompok yang memiliki pengaruh besar terhadap pemerintahaan Obama, dimana Bill dan Hilary Clinton sebagai tokoh utama Arkansas Connection sekaligus penasihat bagi presiden Obama.

Jejak keenam Stan Greenberg terlihat dari keterlibatannya dalam mengkoordinasi dan sinkronisasi jaringan media dalam dan luar negeri untuk pembentukan opini dan citra positif Jokowi dengan menampilkan kehebatan - kehebatan palsu Jokowi dan menutupi semua kelemahan - kelemahan dan kegagalan - kegagalan Jokowi. Penguasaan lebih 80% media massa nasional dan pembentukan kanal - kanal berita khusus Jokowi di Kompas, Detik dan seterusnya itu adalah bagian dari rencana besar Greenberg.

Jejak ketujuh Greenberg dapat dilihat pada atensinya secara pribadi yang besar terhadap sosok Jokowi. Greenberg konsultan politik dan ahli poling nomor satu dunia ini tanpa sungkan mempromosikan Jokowi yang 'hanya' seorang Gubernur Jakarta, ditengah - tengah kesibukannya yang luar biasa menangani ratusan politisi kelas dunia yang menjadi kliennya.

Peran Greenberg itu terlihat jelas ketika tanpa diketahui alasannya, Greenberg tiba - tiba menampilkan 'hasil survey dan penelitiannya' yang dimuat pertama sekali oleh media - media milik James Riady (First Media Grup). Greenberg tercatat sedikitnya tiga kali turun langsung mempromosikan Jokowi sebagai capres terkuat, capres terjujur, dan capres yang paling dapat diterima. Semua publikasi survey dan pendapat Greenberg itu bukanlah sesuatu kebetulan belaka melainkan erat hubungannya dengan posisinya sebagai otak dari tim pencitraan dan konsultan politik Jokowi bersama - sama rekannya sesama anggota kelompok elit Arkansas Connection, James Riady. (Raden Nuh)
Posted by needsjobslowongankerja at 9:24 PM
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest

96 comments:

Prabu SidiqMarch 23, 2014 at 11:24 PM
terlalu bertele-tele....banyak kalimat yang diulang-ulang

ReplyDelete

eddy noegrohoMarch 25, 2014 at 2:14 AM
Capai membacanya.... tetapi semakin tahu duduk persoalan yang sebenarnya..

ReplyDelete

ahmad zusar fauziMarch 25, 2014 at 2:24 AM
pengulangan merupakan penguatan

ReplyDelete

Rose KenzMarch 26, 2014 at 8:14 AM
Ouw ternyata begitu ...

ReplyDelete

TatieMarch 26, 2014 at 4:56 PM
Bila Anda seorang yang "Cerdas", pasti bisa menyimak tulisan yg panjang ini dan menyimpulkan, bahwa ada Campur Tangan dari "Konglomerat" Keturunan China dgn sengaja ikut "Andil" dalam Perpolitikan di Indonesia, sebut saja PENGACAU terselubung!!!

ReplyDelete

wani riedelMarch 26, 2014 at 7:45 PM
Ya elah... Rakyat skrg lebih cerdas & punya hati nurani menilai dan memilih pemimpin yg layak utk masa dpn bangsa.
Jokowi RI1

ReplyDelete
Replies

sApril 4, 2014 at 12:28 AM
ke PD an lo ! ! !.....korban media.,.,.,liat aja nanti

Delete

Mumunis Al-GhazelApril 6, 2014 at 6:31 PM
S: Gak usah nyolot gitu doong..? hehe

Delete
Reply

Erwin FarrelMarch 27, 2014 at 1:20 AM
aku Yes utk Jokowi

ReplyDelete

Bedawang KaringMarch 27, 2014 at 5:07 AM
trus masalah buat loe........wkakaka. banyak yg kebakaran jegot ama jokowi, sama persis waktu jokowi mau jadi gub DKI. banyak yg sewot....rakyat sudah pintar. anak pelosok desa dbagian timur indonesia lebih mengenal jokowi dari pada SBY atau yg lain "siapa presiden indonesia? serentak anak sd menjawab tanpa dkomando "jokowi"

ReplyDelete
Replies

AUFA-BUSINESSApril 5, 2014 at 12:48 AM
aku juga bangga ma jokowi. CAPRES yang jujur. seperti yang dikatakan beliau, '' Saya tidak akan mencalonkan diri jadi PRESIDEN sebelum masa jabatannya habis''...................

Delete
Reply

junkiesMarch 27, 2014 at 7:03 AM
aneh orang ini

ReplyDelete

Arnold GaghanaMarch 28, 2014 at 1:13 AM
Cape bacanya n gak ada guna dimasukin ke otak gw... yg jelas kalo gak jokowi pasti prabowo yg menang n rakyat sdh pintar2 utk menilai tanpa perlu baca ulasan anda...

ReplyDelete

Iwan the kidMarch 28, 2014 at 1:57 AM
biarpun mulut kalian sampai berbusa busa....kita lihat hasilnya...Jokowi Ora po po..

ReplyDelete

svd shopMarch 28, 2014 at 9:09 AM
apaan seh ne males bgt bacanya,
dari awal aja da berbelit2.

bacaan ga mutu, kaya novel aja.

ReplyDelete

Putu Eka SuryawanMarch 29, 2014 at 2:22 AM
Jokowi yes

ReplyDelete

Hasnur RamadhanMarch 29, 2014 at 4:36 AM
Tulisan ini jangan2 dibayar juga, ada mastermind dibalik tulisan ini. :)

ReplyDelete

Indra RespathiaMarch 29, 2014 at 6:34 AM
Bull Shit......

ReplyDelete

Peter AndrianMarch 29, 2014 at 6:51 PM
sengaja di bikin panjang biar kalian semua bingung dan percaya dengan hal ini.

ReplyDelete

rieru rueMarch 30, 2014 at 12:56 AM
Panjang x lebar x tinggi
Saran buat Pak Jokowi: jangan melarang takbir keliling dgn alasan bikin rusuh donk Pak. Giliran konser metallica malah didatengin, musik kan ciptaan kaum yahudi

ReplyDelete

STANLEY HARRIS NOVIANTOMarch 30, 2014 at 5:23 AM
mau bagaimanapun juga jokowi lebih unggul

ReplyDelete

AFMFAMarch 30, 2014 at 8:46 AM
Ekspresi & dukungan boleh kepada siapa saja, itu memang hak, yang penting mengerti dan bukan ikut2an saja (mengekor) .. Ingat kepentingan masa depan bangsa ada di tangan rakyat Indonesia ... jadilah kita rakyat yang cerdas

ReplyDelete

hery ajaMarch 30, 2014 at 9:22 AM
emang gue pikirin
sekali jokowi tetap jokowi
siapapun pemimpinnya...indonesia sulit untuk maju

ReplyDelete

Raditya PratamaMarch 30, 2014 at 10:04 AM
Memang betul. Negara luar khususnya AS tidak ingin Prabowo maju karena diprediksi bisa menghancurkan perekonomian mereka. Prabowo dengan ekonomi kerakyatannya sangat mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Kekayaan negara kita 1000 Triliun tiap tahunnya bocor ke luar negeri karena tanah kita diduduki asing. Jangan lagi mau dikibuli oleh popularitas seseorang yang ternyata ada dalang di belakangnya. Sudah saatnya Indonesia bangkit! Jangan ada lagi saudara2 kita setanah air masih merasakan penderitaan.

ReplyDelete
Replies

nico suryaApril 2, 2014 at 5:50 AM
ekonomi kerakyatan dari Hongkong! itu buruh pabrik kertasnya aja berbulan2 ga digaji. dia lbh suka ngasih makan kuda2nya yg mahal drpd ngasih gaji buruh2nya. bullshit!

Delete

sApril 4, 2014 at 12:31 AM
buktinya mana ??

Delete

''Fadil Therummers Blog''April 4, 2014 at 9:05 AM
gw stuju komen lo bro, jokowi tu ga becus jd presiden!!! nyesel deh klu lo udh mlih dia.....

Delete
Reply

10ce574c-b86c-11e3-a3bb-000f20980440March 30, 2014 at 5:34 PM
Disuap berapa dan dari partai apa untuk menjelekan Pak Jokowi? Mungkin situ yang pake cara Stan Greenberg. Koq difotonya ngga ada Pak Jokowi.
Pak Jokowi sebagai President RI1 2014.

ReplyDelete

UnknownMarch 30, 2014 at 11:18 PM
Hahaha..... lumayan untuk pekerjaan mengarang bebas. Sayangnya tidak ada data otentik yang bisa dijadikan acuan. Semuanya hanya asumsi dan perkiraan penulis sajam sehingga artikel aeperti ini masuk kategori ARTIKEL SAMPAH. Cuma orang goblok yang percaya artikel aemacam ini.....

ReplyDelete

adeMarch 30, 2014 at 11:42 PM
Semakin baca ARTIKEL SAMPAH INI, semakin kuat saya mendukung Jokowi.....

ReplyDelete
Replies

dw.kristiantoApril 2, 2014 at 10:29 AM
Sepakat bro....

Delete
Reply

dejavumackMarch 31, 2014 at 1:07 PM
Kalau iya juga tidak masalah, Jokowi tetap pilihan terbaik untuk RI 01!!!

ReplyDelete

Johnny PardedeMarch 31, 2014 at 4:44 PM
Hhaha trus lu surug gw pilih Prabowo?? Terdakwa pelanggarab HAM?? Wiranto? Jendral ambiius antek orba...ARB? Kasus lumpur...Surya paloh? Liat jenggotnya aja org udab takut?? Sapa lagi??? Ga sadar tuh semua yg disebut bekas org Golkar??? Masyarakat dah pintar bung.....

ReplyDelete

sajen76March 31, 2014 at 7:27 PM
intinya hanya menaikkan popularitas... :) saya rasa gag masalah... bukti kerja nyatanya terasa... Hanya Dki jakarta yang menggunakan e-catalog dalam perbelanjaan daerah... pasar lebih rapi... waduk lebih terurus... :) banjir sudah berkurang... :) kalo memang pak jokowi itu typical orang yang ada di tulisan tersebut,saya rasa beliau akan lebih senang duduk manis di meja kantornya daripada harus mendengarkan keluhan warganya,yang mungkin saja beliau di caci maki karena kebijakannya??? so??? tak perlu banyak menjelekkan... BUKTIKAN!!! " jangan kalo mau pemilu aja,salaman sama rakyatnya" :)

ReplyDelete

halakhitaMarch 31, 2014 at 8:52 PM
Diliat dr jejakny penulis seperti simpatisan sebuah partai lawanny jokowi :)

ReplyDelete

Florentinus SalassagaApril 1, 2014 at 1:13 AM
artikel panjang yang kalau dikembangkan bisa menjadi novel bagusnya dibuat film aja ajukan proposal ke Holywood pasti filmnya no 1 di box office hihihihihhi..., thnk u ya yg udah nulis artikelnya panjang banget sampai sakit mata mandang monitor laptop nih bacanya :D

ReplyDelete

ben orizaApril 1, 2014 at 2:47 AM
Stan Greenberg dibelakang Clinton...? Terbukti Clinton adalah Presiden AS yg tersukses sepanjang masa dan dicintai rakyat AS. Siapa yg membenci Clinton? Logika yang digunakan hanyalah asumsi dan khayalan sampah penulis. Tak ada bukti yg konkrit..jadi mau percaya? terlalu bodoh mempercayai hal ini...bullshit besar...

ReplyDelete

Dickson AritonangApril 1, 2014 at 7:24 AM
Sampah menulis sampah...bau busuknya kemana-mana.

ReplyDelete

50n1April 1, 2014 at 11:30 AM
ini tolong bisa diperhalus lagi Bro .. biar gak menimbulkan kesan tendensius :

"Semua kegiatan Jokowi tersebut, yang sebagian besar menggunakan uang negara (APBD DKI), lebih banyak ditujukan untuk kepentingan pribadi Jokowi dari pada kepentingan negara, rakyat atau pemerintah DKI Jakarta."

jika mencari simpatik, coba kata" positif, biar biasnya positif

ReplyDelete

linda yusufApril 1, 2014 at 2:00 PM
Ach sebodo teuing,.. Tmpa pnjang lebar hati rakyat tau sprti apa pemimpin yg jujur tmpa ngebaca berita koran kya gini,,, pak dhe aja itu pilihan hati

ReplyDelete

Joko SustiyonoApril 1, 2014 at 4:46 PM
Buat p Raden Nuh Darmowongso ,ternyata masih ada ya boneka si Unyil . dibayar berapa sih loh jelek lelek in Jokowi ?

ReplyDelete

Eka BramastantoApril 1, 2014 at 6:41 PM
yaa Jokowi telah menjadi fenomenal… Jokowi For NKRI dan Satu… Vote Jokowi...

ReplyDelete

Haryo WirantoApril 1, 2014 at 7:08 PM
Saya ga bilang Jokowi bagus atau tidak, tapi ada baiknya tanya beberapa penduduk Solo langsung, bagaimana kualitas dan kontribusi Jokowi selama menjabat full/lebih lama dan dgn issue2nya yg tidak lebih kompleks dibandingkan Jakarta ...

Apa saja kontribusi terhadap rakyat dan juga perkembangan Islam ...

Insya Allah ada pencerahan ...

ReplyDelete

Deddy SugiantoApril 1, 2014 at 10:04 PM
kenapa sih sibuk cari kejelekan orang, coba instropeksi diri, kuman diseberang lautan kelihatan, tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan

ReplyDelete

Ber CerdasApril 1, 2014 at 11:55 PM
heran, kok susah ya bersaing dengan sehat. pake fitnah2 terus ini artikel. sampe bawa2 nama Prof Iberamsyah yg sdh meninggal pula. Pdhal kalau mau googling, Prof Iberamsyah, ngomong nya dalam konteks, itu survey sebuah lembaga ya kebetulan pemenangnya jokowi. dan kalau mau pemenangnya beda, silahkan bikin survey tandingan.
Yg bikin artikel kasihan, iri hati dengki.

ReplyDelete

Aslam SaadApril 2, 2014 at 1:25 AM
Tulisan kayak gini biasanya ditulis para pro partai koruptor sapi dan yang anti jokowi.

ReplyDelete

KEBAYA GAYA.TEXApril 2, 2014 at 7:37 AM
panjang kali lebar cerita nya inti nya di tunggangi konglomerat, udah rahasia umum kale, semua presiden di backing konglomerat klo ga di backing ya jadi konglomerat, karena mereka berkepentingan dengan bisnis di sebuah negara, dan otomatis kebijakan negara berbenturan dengan kepentingan bisnis nya, banyak sekarang para saudagar kaya mencalonkan diri jadi presiden, motivasi nya jadi presiden jg kerena kepentingan bisnis nya di permudah yg berlindung di balik undang2 dan kepentingan rakyat indonesia tp semua pada ngotot, menyiratkan ada sesuatu kepentingan pribadi di balik kengototan nya mengatas namakan rakyat indonesia.

setiap kali kunjungan resmi kepala negara yg dulu sampai sekarang dalam rombongan itu sering di temani james riady.

kalau ada caleg dan capres yg menjanjikan calon bla bla.. dan kesejahtraan yg cepat sekarang ini semua bulshit belaka.. karena sistem dan stuktur negara nya gajebo mulai dari tingkat rt sampai ke top pemimpin nya.
mana ada kesejatraan yg bisa di buat dalam waktu semalam, sama dengan menjual mimpi2 bunga tidur belaka.
sementara dari sikap dan prilaku mereka lebih mementingkan golongan dan partai masing2, sampai berjibaku membela dan jadi bumper berjamaah bila menyangkut salah seorang kader bermaslah walau nyata2 bersalah rakyat hanya memelas dada dan selalu di suguhi tontonan dagelan koyol yg memperbodohi rakyat nya.
ReplyDelete

Andi FeriandiApril 2, 2014 at 8:32 AM
Kasian bgt nih org...kepengen bgt jd presiden ngejelekin org sampai segitunya...istigfar Pak..energi negatif yg anda tabur akan anda tuai kembali...

ReplyDelete

Rizal LaluApril 2, 2014 at 8:57 AM
bagus tulisannya, tapi lebih bagus lagi sumbernya ditulis mas, takutnya jadi fitnah dan menulis tanpa bukti yang jelas. syukron sebelumnya.

ReplyDelete

Ibar BrahmantyoApril 2, 2014 at 9:40 AM
BERIKAN KESEMPATAN JOKOWI UNTUK CALON PRESIDEN, TAPI PLEASE JANGAN PILIH JOKOWI JADI PRESIDEN, URUS DKI JAKARTA AJA BELUM BERES MASA MAU NGURUS INDONESIA, GILA KALEEEE, " ORANG BODOH PILIH JOKOWI ", CARI KERJA AJA MESTI BISA BAHASA INGGRIS, BGMN DGN JOKOWI, MALU AH AMA DUNIA.

ReplyDelete

dw.kristiantoApril 2, 2014 at 10:36 AM
Dari komentar -komentar yg ada sudah menunjukkan JOKOWI didukung sebagian besar rakyat Indonesia. Kecuali mereka yg kehilangan kesempatan untuk menipu rakyat

ReplyDelete
Replies

fendi rozApril 3, 2014 at 12:53 AM
Siapa bilang semua dukung jokowi..kami orang minang tolak jokowi..urus jakarta aja nggak beresss..

Delete

''Fadil Therummers Blog''April 4, 2014 at 9:18 AM
hahaha bner tu bro, rakyat trlalu instan utk mnerima sperti it dn tdk mncri asal usulnya sperti ap...

Delete
Reply

Risydiansyah SulthoniApril 2, 2014 at 9:47 PM
Weee... admin bayarannya jokowow keluar semua hehe... janji jokowow blm terbukti semua, biarlah rakyat yg menilai...

ReplyDelete

Petrus SianiparApril 2, 2014 at 10:03 PM
Yang komentar dukung jokowi akun2 palsu semua ini .. cem mana pasukan jasmev, dibayar berapa sama cukong cina kau tu .. betul kelian bilang rakyat sudah pintar, mangkanya jangan coba tipu2 lagi.. hahaha

ReplyDelete

fendi rozApril 3, 2014 at 12:51 AM
Siapa bilang jokowi didukung oleh semua rakyat indonesi!!!!..itukan pandai media yang dibayar...oleh antek2 jokowi...,jokowi..no!!..urus jakarta aja nggak beress...,urus solo juga nggak bereesss.....,hanya orang bodoh dan stupid yg milih jokowi..katakan tidak pada jokowiii...

ReplyDelete

MPApril 3, 2014 at 12:53 AM
Penulisnya gelap, apalagi sumber semua fakta yg dibeberkan tak jelas hayalan atau karangan. Riady, Salim, dst aku kira hebat dong bisa punya akses sampai dunia internasional, lha masalahnya capresmu kan ga sanggup lobby segitunya, paling2 seperti yg loe lakukan. Menjelekk-jelekkan. Kaya ga punya kerjaan, kotoran burung aja kau urusi. Hehehe

ReplyDelete

andi karyaApril 3, 2014 at 3:20 AM
ya tepat pantas ada symbol illuminati pada jokowi ahok waktu berkampanye..ternyata mereka

ReplyDelete

Syauqi Ahmad ZulfauziApril 3, 2014 at 4:45 AM
Menurut saya, bagaimanapun jika memilih Jokowi sebagai presiden, secara tidak langsung mengajarkan hal yang tidak baik bagi rakyat Indonesia, yakni meninggalkan tanggung jawab dan ingkar janji...

ReplyDelete
Replies

''Fadil Therummers Blog''April 4, 2014 at 9:20 AM
nah stuju!!!!!

Delete
Reply

Deden fatahuddin DjauzakApril 3, 2014 at 5:10 AM
aku pilih Jokowi. Makin sering di disebut, nama Jokowi, baik itu memuja atau menghujat, makin merasuk jiwa rakyat keinginan punya pemimpin model Jokowi. So makin diomongin yg jelek atau bagus tentang Jokowi, maka makin tinggi kemungkinan dia jadi presiden. Betul2 pekerjaan sia sia, jika tujuan tulisan2 tersebut untuk menjatuhkannya.

ReplyDelete

Deden fatahuddin DjauzakApril 3, 2014 at 5:11 AM
This comment has been removed by the author.

ReplyDelete

Doly AbdillaApril 3, 2014 at 7:26 AM
tak tahan mata mau baca sepanjang itu,,,,

ReplyDelete

Elvyda RamliApril 3, 2014 at 8:08 PM
Apapun minumannya prabowo presidennya.

ReplyDelete

Barang LangkaApril 3, 2014 at 8:12 PM
SAY NO FOR JOKOWI!!!

Khasiat Bambu Bercabang|Jual bambu bercabang dua|Bambu Langka Bercabang dua |Software Kasir Toko|Software Laundry Kiloan|Dijual Murah Bambu Bercabang Untuk Keberuntungan|Pengrajin Rotan|Kumpulan berita terkini|Furnitur dan kerajinan rotan termurah|Jual Aplikasi Laundry Cuci Kiloan|Jual Bambu bercabang dua Sangat Berkhasiat


ReplyDelete

IwanfuadApril 4, 2014 at 5:13 AM
Setuju dg tulisan ini, maknanya hati2 bila benar demikian, jangan fanatik buta.menyesal nanti tdk berguna.jakarta blm terasa, makin macet, makin semerawut...

ReplyDelete

chevy alfarisApril 4, 2014 at 7:09 AM
Prestasimya apa yah Jokowi ini sehingga layak jadi Presiden..??

ReplyDelete
Replies

''Fadil Therummers Blog''April 4, 2014 at 9:21 AM
ngebully rakyat bg wkwkwk

Delete
Reply

Cowidster WidApril 4, 2014 at 6:34 PM
Wah, baca 3 paragraf saja, bosan. Translate atau sadur dari mana nih artikel? Dari republika atau voa-islam, atau malah arrahmah. Selalu ada teori konspirasi yang bisa dibuat untuk apapun. Tidak menarik!

ReplyDelete

Muhamad Ali RamadhanApril 4, 2014 at 7:49 PM
Iya intinya yg dukung jokowi korban media....latah media....pro kapitalis. Diberi fakta malah masih percaya kulit/ pencitraan

ReplyDelete

Muhamad Ali RamadhanApril 4, 2014 at 7:52 PM
Ingat dong yg dulu dukung n puji puji sby...korban iklan....sekarang mau diulang sm jokowi....hancur loe....jakarta aja br banjir gede yg blm pernah se gede jaman jokowi....bukannya diberesin malah nyapres

ReplyDelete

chandra belitiApril 4, 2014 at 10:42 PM
: Gue bukan orang PDI Perjuangan maupun Jokowi, namun setelahh saya mebaca artikel tersebut memang banyak tersirat kepentingan si penulis. " we ngak tau kalau penulis di bayar atau punya aliansi dengan parpol selain PDI Perjuangan", dan mungkin ini juga bisa dikategorikan sebagai "Black Campain" lawan politik Jokowi yang coba menyesatkan Rakyat Indonesia. Saya kira, Penulis dapat membuktikan dengan data-data bukan assumsi sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan yang tidak tendensius.

ReplyDelete

DacotahApril 5, 2014 at 2:46 AM
Ini mah sutradara Sinetron picisan. Fiksi seperti ini sudah beredar disaat Jokowi mau calon Gubernur, sekarang dikaitkan dengan pencapresan. ha ha gak gatuk.

ReplyDelete

maz udaApril 5, 2014 at 2:52 AM
mencoba cerdas untuk tidak mendukung JOKOWI, mencoba paling benar untuk menyudutkan JOKOWI, merasa paling benar atau paling cerdas tanpa memperhatikan realita peta kekuasaaan dan peta permasalahan yang ada. Awalnya walikota SOLO dalam menjalankan tugas dan mewujudkan idealismenya sering mendapat tekanan dari sang gubernur Jawa Tengah. Kemudian jalan terbuka menjadi gubernur walau jah di Jakarta, bisakah terbuka peluang mewujudkan idealismenya?? ternyata TIDAK. contoh kecil dalam setiap urusan dengan Dinas Pekerjaan Umum, MEnteri Pekerjaan Umum selalu menyertai dan membela Kepala Dinas DKI. Ternyata jadi gubernur pun tak banyak bisa berbuat di republik ini. Sekarang terbuka pintu menjadi Presiden, apakah mungkin bisa mewujudkan semua idealismenya, tentu bisa jika mendapat dukungan seluruh elemen bangsa. Tapi rupanya bangsa ini sudah sekian lama terzolimi dan dikelabui sehingga terlalu sensitif dan agresif , tak bisa melihat mana pemimpin sejati dan pemimpin penipu. Jokowi adalah pemimpin sejati, semua dilakukan demi idealisme dan cita citanya, jika hanya perut sendiri yang dipikirkan sebagaimana banyak komentator disini yang menentangnya, tak perlu sejauh ini perjalanannya, hingga di hujat, difitnah dan dilemahkan. Pengusaha Mebel saja sudah cukup, atau dengan gelar sarjananya dari universitas Gajah Mada, tentu banyak tempat untuk dia berkarir

ReplyDelete

Romeo HattaApril 5, 2014 at 12:54 PM
Jokowi rakus jabatan begaya kalem :P

ReplyDelete

Hadiyanto SaidApril 5, 2014 at 4:24 PM
BAGI ORANG YANG HATINYA BERSIH AKAN DAPAT MENILAI JOKOWI. MENURUT SAYA SATU-SATUNYA CALON PEMIMPIN YANG PALING DEKAT DENGAN KARAKTER NABI MUMAMMAD ADALAH JOKOWI, JUJUR, BERSIH, TIDAK BANYAK OMONG, BERBUAT, TULUS, TIDAK MARAH DICACI MAKI DAN LOW PROFILE. DIA POPULER DENGAN SENDIRINYA, TOH KALAU ADA PIHAK YANG MENDUKUNG DARI BERBAGI CARA, ITU ADALAH KARNA MEREKA MELIHAT KETULUSAN DARI JOKOWI. MAJU TERUS JOKOWI SAYA.MENDUKUNG.

ReplyDelete

needsjobslowongankerjaApril 5, 2014 at 5:11 PM
Jakarta Belum Beres Jokowi udah Mau Jadi Presiden

ASATUNEWS – Jakarta belum beres, jalan Jakarta setiap hari macet, banjir selalu menenggelamkan Jakarta bila musim hujan, proyek MRT dan Monorel yang berbiaya besar tapi dinilai proyek basa-basi dan sebagai proyek pencitraan.

‘’Jadi beresin dulu Jakarta dengan benar, raputasinya belum kelihatan udah mau dicalonkan jadi Presiden Indonesia,’’ kata Siti Masfufah, yang tengah ‘’ngrumpi’ dengan Ibu-ibu lainnya di RT 011 Komplek Villa Pertiwi Depok, Bogor, Jawa Barat, Sabtu petang (5/4) ketika sama-sama menghadiri acara resepsi pernikahan putri pertama Pak Zakky, yang sehari-hari bertugas sebegai satpam di perumahan ini.

“Iya betul, Urusin dulu Jakarta, kalau udah beres dan betul dan punya raputasi baik ngurus Jakarta, baru bisa jadi Presiden,’’ timpal Ibu Endid, disebelahnya.

‘’Katanya sih proyek-proyek besar di Jakarta hanya proyek pencitraan saja, proyek ini hanya sebatas seremonial saja, dan ngak bakalan kelar-kelar, karena biaya nya sangat besar, kalau Jokowi kepilih Jadi Presiden, malah proyek ini akan dilupakan,’’ timpal Ibu Nanang, sesepuh Ibu-ibu yang sukses jadi pengusaha agen kue.

Jadi apakah sikap Ibu-Ibu Villa Pertiwi ini sama dengan sikap para suami mereka, tapi biasanya sikap ibu-ibu ini sama dengan sikap para suami mereka yang hampir seluruhnya bekerja dan berkantor di Jakarta, yang berprofesi sebagai wartawan, Polisi, anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Pegawai Negeri dan Guru.http://newsandfeaturesonindonesia.blogspot.com/2014/04/jakarta-belum-beres-jokowi-udah-mau.html

ReplyDelete

aura lionelApril 6, 2014 at 3:27 AM
NIH COMMENT DIATS YG MEMBECI JOKOWI PETANDA KAUM PARA KORUPTOR, TAKUT TERBONGKAR TUH, KAMI RELAWAN JOKOWI, GAK KEMAKAN ISU-ISU SEPERTI INI, DASAR CACAD MENTAL.
\

ReplyDelete

Fedrik KurniawanApril 6, 2014 at 5:00 AM
Hahahaha .....tidak berdasarkan kenyataan dilapangan.....yg nulis.....mulai sewott.....kok mesti yakin dgn skenario mu....udah legowo aja.....serahi hak masing2x yg punya suara.....yg beginian udah bisa dibaca arah nya kemana.....makanya saat punya kekuasaan kerja yg benar....jgn suka menjelekan org lain

ReplyDelete

Yoga Setyaka WicaksonoApril 6, 2014 at 7:21 AM
Sengaja dibuat panjang supaya yang baca bingung & ikut ikutan. . .
Ngahahahahah. . .
Yang intinya supaya terfokus dengan judul artikel. . .

Jokowi pemimping yang punya karakter. . .
Nggak heran kalo semua menjatuhkan. . .
Semakin dimusuhi semakin banyak yang membela dia. . .


ReplyDelete

TopanioApril 6, 2014 at 11:43 AM
Mbulet ... Penulis nya Asal Ketik... Tata Bahasa berulang2 ...
Titik berat nya selalu James Riyadi yang menjadikan Jokowi ..
Menulisnya sedikit emosi, terburu buru, dan bernafsu agar Jokowi Gagal Nyapres ..
Ya Begitu lah,
Jangan Minta Jabatan, hukumnya haram.

ReplyDelete

hoekman abdulhaiApril 6, 2014 at 5:42 PM
waduh ini sih tulisan orang stroke yang mau minta dana aja ini mah, pak bapa nulis punya dasar bukti bukti tidak? kalo punya keluarkan, kalo tidak, ini hanya gambaran bapa semata atau jangan jangan bapa dibayar untuk nulis ini,

ReplyDelete

Herrukama PattiradjawaneApril 6, 2014 at 7:29 PM
Kita ga pernah tau mana yg benar,karena cerita itu mudah direkayasa, Ikuti saja kata hati mu dan berdoalah yg terbaik unt Bangsa ini,tidak perlu berbicara jelek akan lawan Mu..
Karena bahkan Penulis ini pasti nya juga cuma berdasarkan cerita "Katanya". Hanya menurut saya semakin dibaca,tulisan ini semakin menyiratkan opini penulis yg picik, anti kaum Minoritas dan sudah pasti pula jauh dari nilai Nasionalis Pancasila..(Hal ini tersirat dari kutipan "Susan Murtad" dsb).
Jadi buat saya tulisan ini ga lebih dari karangan anak SD yg meng ekspresikan emosi labil terpendamnya.. :)
Saat ini menurut saya 2 yg terbaik yaitu Jokowi atau Prabowo dan akan lebih baik lagi bila keduanya bersinergi sbg Presiden dan Wakil presiden Indonesia.
Tapi Hal tersebut hampir Mustahil mengingat rusak nya koalisi antara PDIP dan Gerindra..
Doakan saja yg terbaik bagi Bangsa ini..Indonesia

ReplyDelete

albertus ariApril 6, 2014 at 9:08 PM
penulis Raden Nuh...alias trio macam 2000....akun twitter ga jelas.....yang kenal dia dan tahu 'perang' tanding pemilihan gubernur dki pasti cuma ketawa aja baca tulisannya ini...

ReplyDelete

alfian saputraApril 6, 2014 at 11:01 PM
males gua baca banyak kali
up...........?

ReplyDelete

Temmy IskwardaniApril 6, 2014 at 11:16 PM
Kecerdasan dan Popularitas di Indonesia mudah dibikin broo... Jokowi memang karakter orang sederhana, tapi bukan jokowinya yg kita hujat karena semua itu adalah sistem, dan sistem adalah penguasa dimana saja, ada sistem semua lancar & ok, JOKOWI hebat dan cerdas jika dia bisa menjalankan sistem, tapi kalo sistem yg menjalankan JOKOWI, maka kita tidak bisa berbuat apa2, kasihan JOKOWI. sebab kalo tunduk dengan sistem maka pribadi JOKOWI akan berubah drastis. hal tersebut berlaku untuk semua bukan jokowi saja. JOKOWIi adalah KORBAN !!!
DAN YG PERLU DIGARIS BAWAHI SAAT INI ADALAH: SISTEM, DIMANA SAAT INI SISTEM MASIH DIPEGANG KONGLOMERAT DAN ANTEK YAHUDI YG SUDAH DIBUKTIKAN DENGAN BERBAGAI MACAM KEBURUKAN DIKAMUFLASEKAN MENJADI LEBIH BAIK" anda bisa baca dan tulis maka anda bisa menyimpulkan sendiri... mana yg baik buat anak cucu kita. Kalo JOKOWI bisa mengusir FREPORT, saya akan mendukungnya itu salah satu program INDONESIA BERSEDIH bukan INDONESIA HEBAT...

ReplyDelete

Drew pokeApril 7, 2014 at 12:45 AM
This comment has been removed by the author.

ReplyDelete

Drew pokeApril 7, 2014 at 12:49 AM
Capek banget bacanya, terlalu bertele-tele....
Langsung aja to the point: Awas Ada Indikasi Konglomerat Cina Di Indonesia berkonspirasi dengan Yahudi.
Kalau benar-benar terbukti, libas habis...!!!
End of story, beres khan?

ReplyDelete
Replies

Temmy IskwardaniApril 7, 2014 at 1:41 AM
Masalahnya terlalu menggurita & mengakar... jadi susah bro melibasnya... harus diawali dari diri kita... Ingat kita udah pernah dijajah 350 tahun.. jadi sistem pemerintahannya pun masih belum sepenuhnya bisa dilibas banyak aturan yg masih milik kolonialis dipakai sampai sekarang... masalah pajak, peraturan buruh, kebijakan kalah dengan misi politik dll.
Menghapus korupsi sangat susah lawong yg nyoblos masih mau uang suap... hehehe yang bisa mengalahkan SISTEM adalah UANG

Delete
Reply

andang khristianaApril 7, 2014 at 1:05 AM
Memang secara kepribadian Jokowi baik ,dan ini memang didambakan masyrakat Indonesia pada umumnya tapi bimana nanti menjadi presiden ...siapakah dibelakang Jokowi dan merekalah sebenarnya yang mengendalikan Jokowi...tentu buat kepentingan 2 mereka terus apa gunanya seorang Jokowi ....,lebih baik Gerindra yang dimotori si macan asia Prabowo Subianto..nah ini yang pantas menduduki kursi Presiden pada pemilu tahun ini 2014

ReplyDelete

boby doomApril 7, 2014 at 1:31 AM
berseberangan ya?

ReplyDelete

Olfizar FizarApril 7, 2014 at 3:26 AM
udeee, gak usah pade bingung, pakee logikaa ajeee....Pak De Jokowi sampe sekarang belom jelas atas program / visi jika jadi RI 1....? besok2 masaa kita cumaa di hibur sama 'oraa pooopoo' jika ada rakyat punya masalah,.....hehehehe

ReplyDelete

jasMiah sangerApril 7, 2014 at 5:47 AM
Hhadeh Politik Politik,...Giliran mnjelang Pilpres br nongol thread kyk gini-an dah Basi,metode gagal untuk jaman skg...mas brow bin bang admin binti founder ato apalah Tetep aja JOKOWI is The Best
.....Regards :-)

ReplyDelete

wenni astApril 7, 2014 at 7:45 AM
semoga menyejukkan, tanpa suudzon pada siapa2,, https://soundcloud.com/ardianasyhari/panduan-aa-gym-dalam-memilih

ReplyDelete

ifanApril 7, 2014 at 10:00 AM
Nggak ada prestasinya buat JAKARTA...ngapain milih president karbitan media???

ReplyDelete

Ridwan AcepApril 7, 2014 at 1:21 PM
Oh iya..saya ngerti sekarang...Tapi saya tetep pilih JOKOWI !!
Ini mah propaganda murahan...gkgkgk

10 comments:

  1. serem kali pak..
    jika benar ada campur asing yg sengaja ikut campur dan mempunyai kepentingan pribadi itu sangat berbahaya, jgn sampai terjadi.
    naudzu billah, semoga bangsa kita baik2 saja..
    tegaslah diri anda pak, tunjukan jika anda ini serius ingin jadi presiden utk bangsa kita.
    karena saat ini yg ada pencapresan anda seperti tak serius,.

    ReplyDelete
  2. masih minim akan prestasi dan pengalaman, harusnya anda belajar lbh dalam lagi pak..
    karena menjadi pemimpin bangsa tak semudah seperti menjadi kepala desa, jadi gubernur saja anda gk bisa kerja sesuai, apalagi jd presiden?
    diragukan pak..

    ReplyDelete
  3. penuh kontroversi, apakah benar calon seperti ini yg akan menjadi pemimpin bangsa kita nantinya?
    harisnya anda berbenah terlebih dahulu pak, selesaikan jakarta, kalau itu dah beres baru anda maju utk mengurus negara.

    ReplyDelete
  4. Jokowi memang orang yang benar2 Polos dan tidak tahu apa2..
    Saking gak tau apa2, dia mau dijadikan Robot oleh JR dan Kroni2 nya...
    tujuannya untuk Mengacak2 Indonesia dan Merampok Indonesia...

    ReplyDelete
  5. ngeri ah,, jokowi,, masih penuh kontroversi ... sangat berbahaya jika di jadikan pemimpin bangsa,,,,

    ReplyDelete
  6. jokowi selalu setengah setengah ketika menalankan tugasnya, dari mulai kota solo, sampai sekarang yang di kota jakarta. yang kami butuhkan tentunya pemimpin yang tidak setengah setengah ketika menjalankan tugasnya.

    ReplyDelete
  7. WAW amazing ternyata ooh ternyata... dibalik semua ini ada desas desus pemakaian Uang Negara,,,

    ReplyDelete
  8. ow tidak!!! dibalik semua kewibawaan, kejujuran dan dedikasinya sudah ada yang menciptakan dengan kebaikanya di blow up dengan berbagai media yang punya tekhnik pencitraan yang dimotori oleh mereka semua dan dikemudianya mereka akan menyetir dengan mudah akan mau dibawa negara kita sesuai kepentingan pengusaha yang mambawa jokowi sampai diposisi saat ini bukan lagi kepentingan rakyat.
    yang kayak gini harus diketahui oleh masyarakat luas indonesia....

    ReplyDelete
  9. Yup... pertanyaan besar sebenarnya, mengapa Jokowi yang sebelumnya adalah Walikota Solo dengan prestasi yang biasa2 saja, popularitasnya bisa melesat dan dijagokan untuk posisi DKI-1! Seperti halnya dengan Pilpres saat ini, mencalonan Jokowi ketika PILKADA dulu pun terkesan mendadak, karena tiba2 namanya bisa muncul dan dijagokan.Setelah kemenangan Jokowi di PILKADA DKI dan menjabat sebagai Gubernur, namanya semakin melejit, terlebih kebijakan2 populis yang ia ambil.. tapi ini belum setengah jalan dari masa jabatannya! yang saya maksud disini adalah bisa saja kebijakan populis itu memang jalan Jokowi untuk menarik perhatian masyarakat dan membuat namanya semakin melejit, karena kita juga tidak bisa menilai kinerjanya yang sebenarnya belum tuntas, selma lima tahun. Meninggalkan Jakarta kala popularitas sedang melejit dan sebelum namanya jatuh setelah lima tahun menjabat!

    ReplyDelete
  10. saat ini indonesia membutuhkan Presiden yg berani.. Renegosiasi kontrak Freeport sampai 2041 ditunda sampai presiden yg baru menjabat.. kalau presiden yg baru ini tidak berani melawan pihak asing... dan mentri ekonomi menandatangani perjanjian baru Freeport.. masa depan Indonesia mau dibawa kemana? kekayaan indonesia itu bukan berasal dari jakarta.. Jakarta itu tidak ada apa-apanya dibanding daerah-daerah yg lain.. Lihat Sumatera,Kalimantan,Sulawesi, Papua Barat, Papua.. semuanya habis di kuras oleh pihak asing.. Masyarakat kita itu terlalu terpaku pada Jakarta... padahal mereka tidak tahu, kalau pemimpin kita terdahulu itu "Menjual" Tanah Indonesia ke pihak asing.. Jikalau Indonesia itu tinggal Pulau Jawa.. kita pasti lebih miskin dari pada ini.. cobalah dipikirkan itu.. jangan hanya freeport deh... berapa banyak kilang Texas Oil dan Petronas disini.. Indonesia itu bukan Jakarta... inget bung... saya hanya mau bicara itu.. Terima Kasih..

    ReplyDelete