!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, December 31, 2014

Suriah Siap Berunding dengan Oposisi di Rusia



Suriah Siap Berunding dengan Oposisi di Rusia

Pemerintah Suriah mengatakan siap bertemu pihak oposisi dalam perundingan di Moskow untuk mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung hampir empat tahun di sana.

Kementerian Luar Negeri Suriah hari Sabtu (27/12) mengatakan siap turut serta dalam “pertemuan awal dan konsultatif” guna mencari solusi terhadap konflik tersebut.

Namun masih ada banyak hambatan. Militan ISIS yang menguasai sepertiga wilayah Suriah belum terlibat dalam proses apapun untuk mengakhiri konflik. Banyak kelompok oposisi lainnya tidak memiliki respons yang terpadu mengenai pertemuan dengan pemerintah itu.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pertemuan itu diperkirakan berlangsung akhir Januari dan bersifat “informal.”

Berbagai upaya tahun ini untuk mencari solusi diplomatik, termasuk dua babak perundingan yang ditengahi PBB, tidak mencapai kemajuan berarti.

Konflik di Suriah berawal dari demonstrasi damai menentang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad bulan Maret 2011, tetapi dengan cepat berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan sekitar 200.000 orang.

Bulan ini PBB mengatakan 12,2 juta orang Suriah kini mengungsi baik di dalam maupun luar negeri dan membutuhkan bantuan kemanusiaan.



Pemerintah Antisipasi Ancaman ISIS yang Dirilis di Youtube
Sehubungan dengan ancaman ISIS kepada panglima TNI, Polri dan Banser melalui video di Youtube, pemerintah waspada dan mengantisipasi ancaman tersebut.
Seorang perempuan Muslim melepaskan merpati sebagai simbul perdamaian dalam sebuah demonstrasi anti ISIS di Jakarta (5/9/2014).

JAKARTA —
Seorang anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bernama Abu Jandal Al Indonesi merilis video yang menantang panglima TNI Jenderal Moeldoko. Dalam video yang berdurasi 4 menit itu, Abu Jandal menanti kedatangan TNI yang akan bergabung dengan pasukan koalisi anti ISIS di Irak dan Suriah.

Dalam tayangan tersebut, Abu Jandal juga mengancam akan kembali ke Indonesia untuk melakukan sejumlah aksi perlawanan kepada TNI, Polri, Densus dan Banser.

Sementara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pemerintah akan melakukan antisipasi terkait ancaman ISIS kepada panglima TNI, Polri dan Banser melalui video di Youtube.

Ryamizard tidak mau menjelaskan langkah antisipasi seperti apa yang telah disiapkan oleh pemerintah itu.

“Adalah jelas, pastilah kita juga antisipasi. Islam tidak mengajarkan untuk bunuh-membunuh orang. Itu yang merusak agama Islam di mata agama lain,” kata Menhan Ryamizard Ryacudu.

“Adalah jelas, pastilah kita juga antisipasi. Islam tidak mengajarkan untuk bunuh-membunuh orang. Itu yang merusak agama Islam di mata agama lain.”
- Menhan Ryamizard Ryacudu-
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan kepolisian sudah melakukan langkah internal dalam meningkatkan kewaspaan tersebut. Langkah internal tersebut misalnya menginstruksikan anggota Polri yang bertugas di lapangan untuk meningkatkan kewaspadaan dan lebih aktif dalam mengawasi lingkungan.

Dia juga mengatakan, kepolisian akan menelusuri siapa pembuat video tersebut. Dia meminta peran serta masyarakat untuk melaporkan kepada Polri apabila menemukan hal-hal yang bisa mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sementara  itu, Tim Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto Jumat menilai ancaman anggota Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kepada panglima TNI, Polri dan Banser NU di youtube merupakan  reaksi emosi sesaat atas sikap tegas pemerintah Indonesia memberantas ISIS.

Selain itu, kelompok ISIS, kata Wawan juga kesal terhadap upaya-upaya penangkapan yang terus dilakukan aparat keamanan Indonesia terhadap anggota kelompok radikal.

Meskipun adanya ancaman aksi perlawanan kepada TNI, Polri, Densus dan Banser NU dari anggota ISIS, dia tidak yakin penyerangan-penyerangan secara terbuka dan meluas oleh kelompok ISIS terjadi di Indonesia .

Kemungkinan tambah Wawan anggota ISIS itu akan bergabung dengan pelaku atau jaringan teror yang memang sudah ada di Indonesia seperti jaringan Santoso, jaringan Sonny di Bima (Nusa Tenggara Barat)  dan kelompok yang terlibat di Aceh, Palembang dan Sumatera Utara.

“Itu berat karena berhadapan dengan aparat keamanan yang jumlahnya besar.  Untuk saat ini menurut saya menyerang Indonesia rasa-rasanya tidak tetapi kalau sifatnya bergabung dengan pelaku teror sudah ada mungkin tetapi kalau berdiri-sendiri masih sulit,” kata Wawan.

Lebih lanjut Wawan Purwanto mengatakan aparat keamanan akan mengembangkan  data-data awal yang dimilikinya terkait adanya warga negara Indonesia yang bergabung ke kelompok ISIS dan menutup pergerakannya di Indonesia.

Aparat keamanan menurut Wawan juga akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka yang pernah bergabung dengan kelompok radikal.


“Ini bisa kita ajak bicara satu sama lain supaya menjajaki apa-apa yang direncanakan atau informasi-informasi apa yang muncul,” lanjut Wawan. (VOA)

No comments:

Post a Comment