!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, July 27, 2015

Solatkan (sembahyang) jenazah kerabat atau teman anda yang meninggal.

Perjalanan yang belum selesai (323)

(Bahagian ke tiga ratus dua puluh tiga), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 27 juli 2015, 14.13 WIB)

Solatkan (sembahyang) jenazah kerabat atau teman anda yang meninggal.

Pagi ini isteri saya mendapat telefon dari saudaranya, bahawa saudara sepupunya baru saja meninggal, segera saja dia bergegas untuk datang melawat, saya hanya berpesan agar kalau sempat ikut menyolatkan (sembahyang) jenezahnya.
Nabi Muhammad bersabda, barang siapa menyolatkan jenazah, maka pahala baginya satu qirod dan bila mengantarkannya sampai ke tanah perkuburan (tanah perkuburan) ditambah lagi dua qirod, sedangkan satu qirod pahalanya adalah bersamaan emas murni satu gunung uhud, bermakna kalau Allah memberikan pahala itu di dunia maka kita mempunyai tiga gunung uhud emas murni, pahala ini akan diberikan Allah di akhirat (di Syurga).
Jadi sangat disayangkan kalau kita melawat rakan atau saudara-mara kita hanya menonton saja dari kejauhan, namun malas mensholatkan jenazahnya, sehingga kita akan kehilangan kesempatan memperoleh pahala tiga gunung uhud emas murni.



KITAB JENAZAH [1]

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi


Siapa saja dari kaum muslimin yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka disunnahkan bagi keluarganya untuk mentalqinkan (mengajarkan) kepadanya dengan kalimat syahadat.

Dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لقنوا موتاكم: لا إله إلا الله.

"Talqinkanlah orang yang akan meninggal dunia di antara kalian dengan: Laa Ilaaha illallaah." [2]

Maksud dari perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menalqinkannya adalah agar diharapkan nantinya akhir dari perkataan orang yang meninggal dunia tersebut adalah laa Ilaaha illallaah.

Telah diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة.

"Barangsiapa yang akhir ucapannya (ketika akan wafat): Laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk syurga." [3]

Manakala seseorang telah menghembuskan nafas terakhirnya, maka ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh keluarganya, di antaranya:

1, 2. Segera Memejamkan Mata Mayit dan Mendo'akan
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi Abu Salamah yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan kedua mata terbelalak, kemudian beliau memejamkan kedua mata Abu Salamah dan berkata,' Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka ia diikuti oleh pandangan mata. 'Tiba-tiba terdengar bunyi bising dari sebahagian keluarga Abu Salamah, maka beliau pun bersabda,' Janganlah kalian berdo'a atas diri kalian kecuali dengan kebaikan, karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan. 'Kemudian beliau mendo'akan Abu Salamah seraya berkata:

اللهم اغفر لأبي سلمة, وارفع درجته في المهديين, واخلف في عقبه في الغابرين, واغفرلنا وله يارب العالمين, وافسح له في قبره, ونور له فيه.

'Ya Allah, ampunilah dosa dan kesalahan Abu Salamah, tinggikanlah darjatnya di kalangan orang-orang yang diberi petunjuk, dan jagalah keturunan sesudahnya [4] agar termasuk dalam orang-orang yang selamat [5]. Ampunilah kami dan ia, lapangkanlah kuburnya serta berilah cahaya di dalamnya. '"[6]

3. Menutup Seluruh Badan Mayit dengan Pakaian (Kain)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam wafat, seluruh jasadnya ditutupi dengan kain lurik (sejenis kain buatan Yaman)." [7]

4. Menyegerakan Persiapan Pemakamannya dan Membawanya Keluar
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

أسرعوا بالجنازة, فإن تكن صالحة فخير تقدمونها عليه, وإن تكن غيرذلك فشر تضعونه عن رقابكم.

"Segerakanlah pemakaman jenazah. Jika ia termasuk orang-orang yang berbuat kebaikan, maka kalian telah menyerahkan kebaikan itu kepadanya. Dan jika ia bukan termasuk orang yang berbuat kebaikan, maka kalian telah melepaskan kejelekan dari pundak-pundak kalian. "[8]

5. Hendaklah Sebahagian di Antara Mereka Menyegerakan Untuk Melunasi Hutang-Hutang Mayit dari Harta yang Dimilikinya, walaupun Hartanya Habis untuk Melunasi Hutang Tersebut
Dari Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Seseorang telah meninggal, lalu kami segera memandikannya, mengkafaninya, dan memberinya wewangian, kemudian kami meletakkannya di tempat yang biasa digunakan untuk meletakkan jenazah, yaitu di makam Jibril. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan kami untuk menshalatinya, lalu beliau bersama kami mendekati jenazah tersebut beberapa langkah dan bersabda,' Barangkali Sahabat kalian ini masih mempunyai hutang? 'Orang-orang yang hadir menjawab,' Ya ada, sebanyak dua dinar. 'Maka beliau pun mundur (enggan mensolatinya). Seseorang di antara kami yang bernama Abu Qatadah berkata, 'Ya Rasulullah, hutangnya menjadi tanggunganku.' Maka beliau bersabda, 'Dua dinar hutangnya menjadi tanggunganmu dan murni dibayar dari hartamu, sedangkan mayat ini terbebas dari hutang itu?' Orang itu berkata, 'Ya , benar. 'Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam pun kemudian mensolatinya, dan setiap beliau bertemu dengan Abu Qatadah beliau selalu bertanya, 'Apa yang telah engkau perbuat dengan dua dinar hutangnya?' Akhirnya ia menjawab, 'Aku telah melunasinya, wahai Rasulullah.' kemudian beliau bersabda, 'Sekarang barulah kulitnya merasa sejuk kerana bebas dari siksaan.' "[9]

Hal-Hal Yang Boleh Dilakukan Oleh Para Pelayat
Dibenarkan bagi mereka untuk membuka tutup wajah si mayit dan menciumnya, juga menangis atasnya selama tiga hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam datang melayati 'Utsman bin Mazh'un yang telah meninggal dunia , beliau membuka penutup wajahnya dan menciumnya, kemudian beliau menangis, hingga aku melihat air matanya membasahi kedua pipinya. "[10]

Juga diriwayatkan daripada 'Abdullah bin Ja'far, bahawa sesungguhnya Rasulullah telah menunda melayat keluarga Ja'far selama tiga hari, kemudian beliau mendatangi mereka dan bersabda:

لا تبكوا على أخي بعد اليوم.

"Janganlah kalian menangisi saudaraku ini setelah hari ini." [11]

Hal-Hal Yang Wajib Dilakukan Oleh Kerabat Si Mayit
Ada dua hal yang diwajibkan atas kerabat si mayit, ketika mendengar khabar kematian:

Pertama: Bersabar dan redha dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya:

ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعونأولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.' Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. "[Al-Baqarah: 155-157]

Juga berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata:

مر رسول الله صلى الله عليه وسلم بامرأة عند قبر وهي تبكي فقال لها: اتقي الله واصبري. فقالت: إليك عني, فإنك لم تصب بمصيبتي, قال: ولم تعرفه. فقيل لها: هو رسول الله, فأخذها مثل الموت. فأتت باب رسول الله صلى الله عليه وسلم فلم تجد عنده بوابين. فقالت: يارسول الله, إني لم أعرفك, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الصبر عند أول الصدمة.

"Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati seorang wanita yang tengah berada di kuburan sambil menangis, lalu beliau berkata kepadanya,' Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah engkau. 'Wanita itu menjawab,' Diamlah dan biarkanlah aku begini, kerana engkau belum tertimpa musibah seperti musibah yang menimpa saya. 'Anas berkata,' Wanita tersebut tidak mengetahui siapa yang menegurnya. Lalu diberitakan kepadanya bahawa yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, maka ia sangat terkejut. Kemudian ia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ketika itu tidak termasuk penjaga pintunya, lalu ia berkata,' Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mengetahui yang menegurku tadi adalah engkau. 'Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, 'Sesungguhnya sabar itu pada saat benturan yang pertama. '"[12]

Dan barangsiapa bersabar ketika mendapat ujian kerana kematian anaknya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana hadis yang diriwayatkan daripada Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu bahwasanya para wanita meminta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dikhususkan bagi mereka satu hari, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menasihati mereka dengan sabdanya:

أيما امرأة مات لها ثلاثة من الولد كانوا لها حجابا من النار, قالت امرأة: واثنان? قال: واثنان.

"Wanita mana saja yang ditimpa musibah dengan kematian tiga anaknya, nescaya hal tersebut akan menjadi tabir penghalang baginya masuk ke dalam neraka." Seorang wanita bertanya, "Bagaimana dengan dua orang anak?" Rasulullah menjawab, "Juga dua orang anak." [13 ]

Kedua: Diharuskan bagi mereka (kerabat mayit) adalah istirja ', yaitu mengucapkan (kalimat): "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji'un," sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah di atas, dan menambahnya dengan do'a:

اللهم أجرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها.

"Ya Allah, anugerahkanlah pahala atas kesabaranku menghadapi musibah dan berikanlah aku pengganti yang lebih baik darinya."

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, ia berkata bahawa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما من مسلم تصيبه مصيبة فيقول ما أمر الله: إنا لله وإنا إليه راجعون, اللهم أجرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها. إلا أخلف الله له خيرا منها. فقالت: فلما مات أبو سلمة, قلت: أي المسلمين خير من أبي سلمة, أول بيت هاجر إلى رسول الله? ثم إني قلتها, فأخلف الله لي رسول الله صلى الله عليه وسلم.

"Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, kemudian ia mengucapkan seperti yang diperintahkan Allah: 'Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun. (Ya Allah, anugerahkanlah pahala atas kesabaranku menghadapi musibah dan berikanlah aku pengganti yang lebih baik darinya, kecuali Allah akan menggantikan baginya yang lebih baik). '"Ummu Salamah berkata," Ketika Abu Salamah meninggal aku berkata,' Siapakah dari kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah? Dia adalah keluarga yang pertama hijrah kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku pun telah mengucapkannya, kemudian Allah memberiku ganti (seorang suami), yaitu Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam. '"[14]

Hal-Hal Yang Haram Dilakukan Oleh Kerabat Mayit
1. Meratapi mayat
Diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy'ari bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أربع في أمتي من أمور الجاهلية لا يتركونهن: الفخر في الأحساب والطعن في الأنساب والإستسقاء بالنجوم والنياحة.

"Empat hal dari kebiasaan Jahiliyyah yang masih dilakukan umatku dan tidak juga ditinggalkannya, iaitu berbangga-bangga dengan keturunan, mengingkari keturunan, meminta hujan dengan ramalan bintang, dan meratapi mayat."

Juga dalam hadits yang lain beliau bersabda:

النائحة إذا لم تتب قبل موتها تقام يوم القيامة وعليها سربال من قطران ودرع من جرب.

"Wanita yang meratapi mayit, jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia, maka di hari Kiamat kelak dia akan memakai gamis dari ter (pelangkin) dan baju besi ..." [15]

2, 3. Memukul-mukul pipi dan merobek-robek baju
Diriwayatkan daripada 'Abdullah, dia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda:

ليس منا من لطم الحدود وشق الجيوب ودعا بدعوى الجاهلية.

"Bukanlah dari golongan kami orang yang memukul-mukul pipi (ketika ditimpa musibah) dan yang merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan Jahiliyyah." [16]

4. Mencukur (menggunduli) rambut
Diriwayatkan dari Abu Burdah bin Abi Musa, dia berkata, "Abu Musa pernah jatuh sakit hingga tak sedarkan diri sementara kepalanya berada di atas pangkuan isterinya, lalu berteriaklah isterinya dan dia (Abu Musa) tidak mampu untuk melarangnya, manakala dia siuman, ia berkata:

أنا بريء مما بريء رسول الله صلى الله عليه وسلم, فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم بريء من الصالقة والحالقة والشاقة.

"Aku berlepas diri dari orang yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri darinya, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam berlepas diri dari wanita yang berteriak-teriak ketika tertimpa musibah, wanita yang mencukur rambutnya dan merobek-robek baju." [17]

5. Menguraikan rambut
Hal ini berdasarkan hadits dari seorang wanita yang pernah ikut berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata:

كان فيما أخذ علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم في المعروف الذى أخذ علينا أن لا نعصيه فيه وأن لا فخمش وجها ولا ندعو بويل ولا نشق جيبا وأن لا ننشر شعرا.

"Termasuk dari hal-hal yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ambil perjanjian dengan kami dari perbuatan kebaikan dan kami berjanji tidak akan melanggarnya adalah agar kami tidak mencakar wajah, tidak menjerit-jerit dengan berucap celaka, tidak merobek-robek baju, dan tidak mengurai -urai rambut. "[18]

HAK-HAK MAYIT YANG WAJIB DITUNAIKAN

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi


Ada empat perkara yang merupakan hak mayit yang wajib ditunaikan oleh siapa saja yang menghadirinya, baik dari keluarga mayit atau bukan, yaitu memandikannya, mengkafaninya, mensolatinya dan menanamnya.

Hak Ketiga: menshalatkannya
Solat Jenazah
Solat jenazah hukumnya fardhu kifayah, berdasarkan perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beberapa hadits, di antaranya hadits Zaid bin Khalid al-Juhani, bahwasanya ada seorang laki-laki dari Sahabat Rasulullah meninggal pada perang Khaibar, kemudian Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam dikhabarkan tentang hal itu, lalu beliau bersabda:

صلوا على صاحبكم. فتغيرت وجوه الناس لذلك, فقال: إن صاحبكم غل في سبيل الله. ففتشنا متاعه فوجدنا خرزا من خرز اليهود لا يساوى درهمين.

"Shalatilah sahabat kalian." Maka berubahlah raut muka para Sahabat mendengar ucapan beliau, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya teman kalian telah melakukan kecurangan dalam jihad fii sabilillah." Kemudian kami memeriksa bekalnya dan kami dapati kain sulaman milik Yahudi yang harganya tidak sampai dua dirham . [1]

Dikecualikan Hukum Wajibnya Shalat Jenazah Atas Dua golongan
Pertama: Anak kecil yang belum baligh
'Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata, "Telah meninggal Ibrahim putera Rasulullah, umurnya ketika itu lapan belas bulan, dan Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam tidak mensolatinya." [2]

Kedua: Orang yang mati syahid
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Para syuhada 'Uhud tidak dimandikan, dan mereka dikuburkan bersama darah-darah mereka, juga mereka tidak dishalati." [3]

Akan tetapi tidak wajibnya shalat bukan berarti menafikan disyari'atkannya shalat atas dua golongan tersebut.

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Dihadapkan kepada Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam mayit seorang anak kecil dari kaum Anshar, maka beliau menshalatinya ..." [4]

Dan diriwayatkan juga dari 'Abdullah bin Zubair Radhiyallahu anhuma, ia berkata, "Bahwasanya pada perang Uhud Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam memerintahkan untuk membawa jenazah Hamzah, kemudian jasadnya ditutupi dengan selembar kain, lalu beliau menshalatinya dan bertakbir sembilan kali takbir, selanjutnya dishaffkan di hadapannya jenazah yang lain (korban perang Uhud), kemudian beliau menshalati mereka dan jenazah Hamzah juga. "[5]

Semakin banyak orang yang solat jenazah, maka itu lebih utama dan bermanfaat bagi jenazah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

ما من ميت تصلى عليه أمة من المسلمين يبلغون مائة كلهم ​​يشفعون له إلا شفعوا فيه.

"Tidaklah seorang mayit dishalatkan oleh kaum muslimin yang mencapai seratus orang yang semuanya berhak memberi syafa'at kecuali mereka akan memberi syafa'at baginya." [6]

Juga dalam riwayat yang lain beliau bersabda:

ما من رجل مسلم يموت, فيقوم على جنازته أربعون رجلا لا يشركون بالله شيئا إلا شفعهم الله فيه.

"Tidaklah seorang muslim meninggal, kemudian dia dishalatkan oleh empat puluh laki-laki yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka Allah akan memberinya syafa'at." [7]

Disunnahkan untuk membuat tiga saf di belakang imam walaupun jumlah jama'ahnya sedikit, sebagaimana yang diriwayatkan dari Martsad al-Yazani, dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما من ميت يموت فيصلى عليه ثلاثة صفوف من المسلمين إلا أوجب.

"Tidaklah seseorang meninggal, kemudian dishalatkan oleh tiga shaff dari kaum muslimin kecuali wajiblah atasnya (mendapat syafa'at)."

Berkata Martsad, "Malik selalu membagi shaff orang yang menshalati jenazah menjadi tiga shaff, berdasarkan hadits ini." [8]

Jika terdapat banyak jenazah laki-laki dan perempuan, boleh menshalatkan jenazah tersebut satu-persatu masing-masing dengan satu shalat dan ini adalah hukum asalnya. Boleh juga menshalati semua jenazah tersebut hanya dengan satu shalat dan meletakkan jenazah laki-laki -walaupun anak kecil- di dekat imam dan jenazah perempuan mendekati arah Kiblat, sebagaimana yang diriwayat-kan dari Nafi ', ​​dari Ibnu' Umar bahwasanya ia menshalati sembilan jenazah sekaligus , seraya mengaturnya dengan posisi jenazah laki-laki mendekati imam, jenazah perempuan mendekati arah Kiblat dan menjadikan mereka dalam satu shaff sambil meletakkan jenazah Ummu Kultsum binti 'Ali, isteri' Umar bin al-Khaththab, juga putranya yang bernama Zaid bersama mereka. Dan yang menjadi imam saat itu Sa'id bin al-'Ash, sedang di antara makmum terdapat Ibnu 'Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa'id dan Abu Qatadah, kemudian diletakkan anak kecil tersebut di dekat imam. Seorang laki-laki mengingkari perkara tersebut sambil melihat ke arah Ibnu 'Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa'id dan Abu Qatadah, ia berkata, "Apa-apaan ini!' Maka mereka semua berkata," Inilah Sunnah. "[9]

Dimana Tempat Shalat Jenazah?
Solat jenazah boleh dilakukan di masjid, berdasarkan riwayat dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, "Ketika Sa'ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu wafat, isteri-isteri Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam meminta supaya jenazahnya dibawa ke dalam masjid agar mereka bisa menshalatkannya , maka para pembawa jenazah memenuhi permintaan mereka dan meletakkannya di dekat bilik mereka, lalu mereka menshalatkannya. Selanjutnya jenazah Sa'ad dibawa keluar melalui pintu jenazah yang mengarah ke tempat biasanya orang-orang duduk. Lalu isteri-isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar khabar bahawa orang-orang mencela hal itu sambil berkata, "Belum pernah selama ini jenazah dibawa ke dalam masjid (ini adalah hal yang baru)." Ketika' Aisyah Radhiyallahu anhuma mendengar hal itu, ia berkata, "Sungguh sangat cepat orang mencela sesuatu yang mereka tidak ada ilmu tentangnya, mereka mengecam kami kerana membawa jenazah ke dalam masjid, padahal tidaklah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menshalati Suhail bin Ba-idha' melainkan di tengah-tengah masjid." [10]

Tetapi lebih utama jika solat jenazah dilaksanakan di luar masjid, di suatu tempat yang memang khusus dipersiapkan untuk solat jenazah, sebagaimana yang diperaktekkan pada zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan hal ini merupakan yang lebih sering beliau lakukan.

Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Orang-orang Yahudi datang menemui Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam dengan membawa seorang laki-laki dan perempuan dari kaum mereka yang telah melakukan zina, lalu beliau memerintahkan agar mereka direjam, maka mereka pun direjam di dekat tempat yang biasa digunakan untuk solat jenazah yang terletak di samping masjid. "[11]

Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu kami atas wafatnya raja Najasyi pada hari di mana ia meninggal, kemudian beliau keluar ke tempat solat (jenazah), lalu beliau membuat saf dan bertakbir empat kali." [12]

Dilarang solat jenazah di antara kuburan, berdasarkan hadits Anas Radhiyallahu Anhua bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menshalatkan jenazah di antara kuburan. [13]

Dimana Tempat Berdirinya Imam?
Diriwayatkan dari Abu Ghalib al-Khayyath, dia berkata, "Aku pernah menyaksikan Anas bin Malik menshalati jenazah laki-laki, maka dia berdiri di samping kepala mayit, manakala jenazah laki-laki itu telah dibawa, dihadapkan kepadanya jenazah perempuan dari Quraisy atau Anshar, lalu dikatakan kepadanya, 'Wahai Abu Hamzah (Anas) ini adalah jenazah Fulanah binti Fulan, shalatilah ia.' Maka dia pun menshalatkannya dan dia berdiri di tengah-tengah jenazah itu. Saat itu ikut hadir bersama kami al-'Ala-i bin Ziyad al-'Adawi, ketika dia melihat perbezaan tempat berdirinya Anas saat menshalati jenazah laki-laki dan perempuan, dia pun bertanya, 'Wahai Abu Hamzah, apakah memang demikian kedudukan berdirinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menshalati mayat sebagaimana yang engkau lakukan?' Dia pun menjawab, 'Ya, memang demikian.' Kemudian al-'Ala-i menoleh ke arah kami sambil berkata, 'Peliharalah oleh kalian (Sunnah ini).' " [14]

Tata Cara Shalat Jenazah
Boleh bertakbir saat shalat jenazah sebanyak empat, lima hingga sembilan kali, maka hendaklah ini dilakukan sesekali dan pada kesempatan yang lain menggunakan yang lain.

Adapun bertakbir empat kali, maka hal ini berdasarkan pada hadis Abu Hurairah Radhiyallahu Anhua, ia berkata, "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu kami atas wafatnya raja Najasyi pada hari di mana ia meninggal, kemudian beliau keluar ke tempat solat (jenazah), lalu beliau membuat saf dan bertakbir empat kali. "[15]

Sedangkan dalil tentang bertakbir lima kali adalah hadits dari 'Abdurrahman bin Abi Laila, dia berkata, "Zaid bin Arqam bertakbir pada saat solat jenazah empat kali dan pada kesempatan yang lain lima kali, maka aku pun bertanya kepadanya tentang hal itu, maka dia menjawab, "Beginilah dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir." [16]

Adapun bertakbir enam atau tujuh kali, terdapat beberapa hadis mauquf yang menerangkan akan hal ini, namun hukumnya termasuk dalam hadis-hadis yang marfu 'kerana diriwayatkan bahawa sebahagian Sahabat utama melakukan hal ini di hadapan Sahabat yang lain dan tidak ada seorang pun dari mereka yang menentangnya , di antaranya:

Pertama:
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Ma'qil, bahwasanya' Ali bin Abi Talib menshalatkan jenazah Sahal bin Hanif, dan dia bertakbir enam kali, kemudian dia menoleh kepada kami sambil berkata, "Dia termasuk ahli Badar." [17]

Kedua:
Dan dari Musa bin 'Abdillah bin Yazid, dia berkata, "Bahwasanya' Ali menshalatkan jenazah Abu Qatadah, kemudian ia bertakbir tujuh kali dan sesungguhnya Abu Qatadah adalah ahli Badar." [18]

Ketiga:
Juga dari 'Abdu Khair, dia berkata, "Bahwasanya' Ali bertakbir enam kali semasa menshalatkan ahli Badar, ketika menshalati Sahabat yang lain dia bertakbir lima kali, dan jika menshalatkan orang selain mereka dia bertakbir empat kali." [19]

Adapun bertakbir sembilan kali, maka dalilnya adalah apa yang diriwayatkan dari 'Abdullah bin Zubair Radhiyallahu anhu bahawasanya Nabi Shallallahu' alaihi wa sallam menshalati jenazah Hamzah dan beliau bertakbir sembilan kali. [20]

Disyari'atkan Mengangkat Kedua Tangan Pada masa Takbir Yang Pertama
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin' Abbas bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya pada takbir yang pertama ketika solat Jenazah, kemudian beliau tidak mengulanginya lagi. "[21]

Kemudian meletakkan tangan kanan di atas telapak tangan, pergelangan dan lengan tangan sebelah kiri, lalu meletakkan keduanya di atas dada, sebagaimana yang diriwayatkan dari Suhail bin Sa'ad, dia berkata, "Bahwasanya orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di saat solat. "[22]

Selanjutnya membaca surat al-Fatihah dan surat yang lain selepas melakukan takbir yang pertama, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thalhah bin 'Abdillah bin' Auf, dia berkata, "Aku pernah solat Jenazah di belakang Ibnu 'Abbas dan saat itu ia membaca surat al-Fatihah dan sebuah surat lain. Ia sengaja mengeraskan bacaannya agar aku mendengarnya, setelah selesai solat aku memegang tangannya dan menanyakan hal itu, ia pun menjawab, 'Aku sengaja mengeraskan suaraku agar engkau mengetahui bahawa ini adalah Sunnah dan haq.' "[23]

Dan dibaca secara sirri (pelan tidak terdengar), sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl, ia berkata: "Termasuk Sunnah dalam solat Jenazah untuk membaca surat al-Faatihah secara pelan tidak terdengar (sirr) setelah takbir yang pertama, kemudian bertakbir tiga kali, lalu salam ketika takbir yang terakhir. "[24]

Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan takbir yang kedua dan membaca shalawat kepada Nabi Shallallau 'alaihi wa sallam. Ini semua berdasarkan hadis Abu Umamah yang telah disebutkan tadi, bahawasanya ada seorang Sahabat yang mengabarinya, "Sesungguhnya termasuk Sunnah dalam solat Jenazah agar imam bertakbir, kemudian membaca surat al-Fatihah selepas takbir yang pertama secara sirr, lalu dilanjutkan dengan membaca shalawat atas Nabi dan berdo'a dengan ikhlas untuk si mayit pada tiga takbir yang seterusnya, dan dia tidak membaca padanya satu surat pun, kemudian setelah itu dia salam dengan sirr pula. "[25]

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan takbir yang seterusnya, dan mengikhlaskan do'a untuk si mayit pada sisa takbir tersebut, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إذا صليتم على الميت فأخلصوا له الدعاء.

"Jika kalian menshalatkan jenazah, maka do'akanlah ia dengan penuh keikhlasan." [26]


Hendaklah berdo'a dengan do'a-do'a yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya do'a yang diriwayatkan daripada' Auf bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menshalatkan jenazah , maka aku hapalkan do'a yang beliau baca, iaitu:

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه, وأكرم نزله, ووسع مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد, ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس وأبدله دارا خيرا من داره وأهلا خيرا من أهله, وزوجا خيرا من زوجه وأدخله الجنة, وأعذه من عذاب القبر وعذاب النار .

'Ya Allah ampunilah dan rahmatilah dia, bebaskanlah ia dan maafkanlah, dan tempatkanlah ia di tempat yang mulia (Syurga), lapangkanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salji dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahannya sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan isteri yang lebih baik dari isterinya, dan masukkanlah ia ke dalam Syurga serta jauhkanlah ia dari adzab kubur dan adzab neraka. '"

Berkata 'Auf bin Malik, "Aku berharap seandainya aku yang menjadi mayit itu." [27]

Disyari'atkan untuk berdo'a di antara takbir yang terakhir dan salam. Hal ini berdasarkan hadits Abu Ya'fur, dari 'Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata, "Aku menyaksikannya (yaitu Ibnu Abi Aufa) melakukan takbir dalam solat Jenazah empat kali, kemudian dia berdiri sejenak -berdo'a- kemudian berkata,' Apakah kalian menyangka aku bertakbir lima kali? 'Yang hadir menjawab,' Tidak. 'Beliau pun berkata,' Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir empat kali.' "[28]

Selepas itu, melakukan salam dua kali seperti salam dalam solat fardhu, ke sebelah kanan dan kiri, berdasarkan hadits 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Tiga perkara yang Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam selalu berbuat demikian tetapi ditinggalkan oleh manusia, salah satunya adalah mengucapkan salam ketika solat jenazah, sebagaimana salam dalam solat. "[29]

Dibenarkan hanya dengan satu salam yang pertama saja, berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam solat jenazah, kemudian beliau bertakbir empat kali serta salam satu kali. [30]

Tidak Dibolehkan Menshalatkan Jenazah Pada Waktu-Waktu Yang Dilarang Padanya Mengerjakan Shalat Kecuali Karena Darurat
Berdasarkan hadits 'Uqbah bin' Amir, dia berkata, "Ada tiga waktu di mana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kami untuk shalat dan menguburkan mayit padanya, yaitu ketika matahari terbit hingga meninggi, ketika tengah hari hingga matahari condong ke barat, dan ketika matahari hampir terbenam hingga terbenam. "[31]

Keutamaan Shalat Jenazah dan menghantarnya (Ke Kubur)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

من صلى على جنازة ولم يتبعها فله قيراط, فإن تبعها فله قيراطان, قيل وما قيراطان? قال: أصغرهما مثل أحد.

"Barangsiapa yang menshalati jenazah, kemudian dia tidak mengantarnya (ke kubur), maka dia mendapatkan satu qirath. Jika dia mengantarnya, maka baginya dua qirath. "Para Sahabat bertanya," Berapa ukuran dua qirath itu? "Beliau menjawab," Saiz terkecilnya seperti gunung Uhud. "[32]

Dan keutamaan dalam mengantar jenazah ini hanya khusus untuk laki-laki, berdasarkan pada larangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para wanita untuk mengikuti jenazah, dan ini merupakan larangan yang maknanya penyucian. Telah diriwayatkan dari Ummu 'Athiyah, dia berkata, "Kami (wanita) dilarang ikut mengantar jenazah tetapi larangan itu tidak dikeraskan atas kami." [33]

Diharamkan mengiringi jenazah dengan hal-hal yang bertentangan dengan syari'at dan telah diterangkan dalam beberapa dalil tidak boleh mengiringinya dengan dua perkara, iaitu menangis dengan suara keras dan mengiringinya dengan dupa / kemenyan, sebagaimana sabda beliau:

لاتتبع الجنازة بصوت ولا نار.

"Janganlah kalian iringi jenazah dengan rintihan suara dan api." [34]

Dan termasuk dalam hal-hal yang dilarang adalah mengeraskan suara dzikir di depan jenazah, karena hal itu adalah bid'ah, berdasarkan riwayat Qais bin 'Ibad, ia berkata, "Para Sahabat Rasulullah membenci mengeraskan suara di dekat jenazah." [35]

Disebabkan juga kerana hal ini merupakan bentuk penyerupaan dengan adat umat Nasrani, sesungguhnya mereka (Nasrani) mengeraskan suara mereka ketika membaca Injil dan dzikir dengan suara sendu bertalu-talu yang melambangkan rasa belasungkawa. Dan lebih buruk dari itu, ia mengiringinya dengan alat-alat muzik yang dimainkan dengan irama penuh haru, sebagaimana yang banyak dilakukan di negara-negara Islam kerana meniru orang-orang kafir. Hanya kepada Allah-lah kita mohon pertolongan.

Diwajibkan Untuk Mempercepatkan Langkah Saat Mengusung Mayat Tetapi Bukan Dengan Lari-Lari Kecil
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

أسرعوا بالجنازة, فإن تكن صالحة فخير تقدمونها عليه, وإن تكن غير ذلك فشر تضعونه عن رقابكم.

"Segerakanlah pemakaman jenazah, jika ia termasuk orang-orang yang berbuat kebaikan, maka kalian telah menyerahkan kebaikan itu kepadanya, dan jika dia bukan termasuk orang yang berbuat kebaikan, maka kalian telah melepaskan kejelekan dari pundak-pundak kalian." [36]

Boleh berjalan di depan dan di belakang jenazah. Juga di sebelah kiri dan kanannya, tapi dengan jarak yang tidak terlalu jauh dengan mayit, kecuali orang yang memandu kenderaan, maka ia harus berjalan di belakang jenazah, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits al-Mughirah bin Syu'bah bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الراكب خلف الجنائز, والماشى حيث شاء منها.

"Orang yang memandu kenderaan hendaknya berjalan di belakang jenazah, sedangkan yang berjalan kaki boleh sebelah mana saja yang dia suka." [37]

Tetapi berjalan di belakang jenazah lebih utama, karena hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

واتبعوا الجنائز.

"Dan ikutilah jenazah."

Dan hal ini diperkuatkan lagi dengan perkataan 'Ali Radhiyallahu anhu, "Berjalan di belakang jenazah lebih utama dari pada berjalan di depannya, sebagaimana keutamaan orang yang solat berjemaah dari orang yang solat sendiri." [38]

Apa Yang Harus Diucapkan Oleh Orang Yang Masuk Atau Melewati Kuburan
Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan untuk mereka (mayit)?" Beliau Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda, "Ucapkanlah:

السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين, ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين, وإنا إن شاء الله بكم للاحقون.

'Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada penghuni perkampungan ini dari kaum muslimin dan mukminin, dan semoga Allah merahmati orang-orang yang telah terdahulu dari kita dan juga mereka yang datang belakangan, dan insya Allah kami akan menyusul kalian semua. "[39]

Juga dari Sulaiman bin Buraidah Radhiyallahu anhuma, dari ayahnya, dia berkata, "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami jika kami keluar menuju kuburan agar mengucapkan:

السلام عليكم أهل الديار من المؤ منين والمسلمين, وإنا إن شاء الله بكم للاحقون, أسئل الله لنا ولكم العافية.

"Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada penghuni perkampungan ini dari kaum muslimin dan mukminin, dan insya Allah kami akan menyusul kalian semua, dan aku memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kita semua. '" [40]


No comments:

Post a Comment