Perjalanan yang belum selesai (355)
(Bagian ke tiga ratus lima puluh lima), Depok, Jawa
Barat, Indonnesia, 23 Agustus 2015,
20.17 WIB).
Buah zaqqum, dinikmati para penghuni neraka.
Allah dalam firmannya dalam surat As Saffat ayat 62-67
memperingatkan manusia bahwa bila mereka meninggal dalam keadaan kafir dan
berbuat syirik (menyekutukan Tuhan) tidak sempat bertaubat (beriman dan minta
ampun pada Allah) maka mereka diancam akan dimasukkan ke neraka Jahim, dimana
mereka akan diberi buah-buahan yang berasal dari dasar neraka yang buahnya
setelah masuk di perut akan dirasakan seperti air panas sehingga menghanguskan
dan membakar isi perut.
Nabi Muhammad bersabda ada tiga golongan yang nanti pada
hari kiamat (hari perhitungan/akherat) yang akan dijebloskan ke neraka lebih
awal dibandingkan golongan lain.
Golongan pertama adalah mereka yang belajar menghafal Al
Quran hanya ingin di sebut Qory, kedua, mereka yang ke medan perang melakukan
jihad hanya karena ingin disebut pahlawan, dan ketiga golongan orang kaya yang
dermawan (banyak memberikan sumbangan/sedekah) hanya ingin dipuji (riya).
Jadi kalau kita ingin menjadi penghafal Al Quran
betul-betul niat karena Allah dan ingin mempelajari Al Quran agar kita bisa
memahami isi kandungan Al Quran agar kita bisa amalkan dan mempertebal
ketakwaan kita, bukan karena ingin memenangkan lomba baca Al Quran (ingin di
sebut Qory).
Dalam berjihad ke medan tempur harus sesuai dengan kaidah
dan rukun jihad yang diatur Al Quran dan sunnah (bukan karena ingin disebut
pahlawan) , atau memperoleh gaji besar.
Hendaknya dalam bersedekah (beramal/memberi sumbangan)
kita betul-betul ikhlas karena Allah, dan kalau bisa kita memberikan sumbangan
dengan tangan kanan, tangan kiri kita tidak tahu (kita tidak riya/pamer agar
diketahui orang banyak seperti jumpa pers mempublikasikan hasil sumbangan
kita).
Bila sudah telanjur berbuat menyimpang (maksiat) seperti
di atas, maka selagi nyawa kita masih di kerongkongan (tenggorokan), maka
segeralah kita bertaubat (beriman dan minta ampun pada Allah) dan segera
melaksanakan rukun Islam secara konsisten, banyak berdoa, berzikir, membaca
Al-Quran, banyak memperhatikan dan berbakti pada kedua orang tua kandung, dan
banyak menolong saudara-saudaranya yang kini tengah tertimpa musibah (sakit,
kemiskinan, banyak hutang).
Surah As Saffat ayat 62: (Makanan surga) itukah hidangan
yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. 63, Sesungguhnya kami menjadikan pohon
zaqqum itu sebgai siksaan bagi orang-orang yang zalim . 64. Sesungguhnya dia
adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim 65. Mayangnya seperti
kepala syaitan-syaitan (iblis). 66. Maka sesungguhnya mereka benar-benar
memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah
zaqqum itu 67. Kemudian sesudah memakan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat
minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas.
TAUBAT NASHUHA
Oleh
Syaikh Salim bin Id Al Hilali
Manusia tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil,
disadari maupun tanpa disengaja. Apalagi jika hawa nafsu mendominasi jiwanya.
Ia akan menjadi bulan-bulanan berbuat kemaksiatan. Ketaatan, seolah tidak
memiliki nilai berarti.
Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa
menumpuk, bukan berarti tak ada lagi pintu untuk memperbaiki diri. Karena,
betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang hamba, namun pintu rahmat selalu
terbuka. Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Yaitu dengan
bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang neraka.
Taubat yang dilakukan haruslah total, yang dikenal dengan taubat nashuha.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ.
رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ
Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan
sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat. [2]
لَوْ أَنَّ الْعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا لَخَلَقَ اللهُ الْخَلقَ
يُذْنِبُوْنَ ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ رَواه الْحَاكِمُ
Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa,
tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian
mengampuni mereka.[3]
Dengan bertaubat, kita dapat membersihkan hati dari noda
yang mengotorinya. Sebab dosa menodai hati, dan membersihkannya merupakan
kewajiban. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya seorang
mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul) satu titik noda hitam di hatinya.
Jika ia bertaubat, meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon ampunan
(kepada Allah), maka hatinya kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan
dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai memenuhi hatinya. Maka
itulah ar raan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firmanNya
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutup hati mereka. [Al Muthaffifin:14] [4]
Allah juga menganjurkan kita untuk segera bertaubat dan
beristighfar, karena hal demikian jauh lebih baik daripada larut dalam dosa.
Allah berfirman.
ۚ فَإِن يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۖ وَإِن يَتَوَلَّوْا
يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَمَا لَهُمْ
فِي الْأَرْضِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi
mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan
azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. [At Taubah : 74]
Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam
bertaubat ini. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak bertaubat dan
beristighfar, sampai-sampai para sahabat menghitungnya sebanyak lebih dari
seratus kali dalam satu majlis, sebagaimana Nafi’ maula Ibnu Umar telah
menyatakan :
كَانَ انْنُ عُمَرُيُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَقُومَ
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ رَوََاهُ
التِّرْمِذِي
Ibnu Umar pernah menghitung (bacaan istighfar) Rasulullah
n dalam suatu majlis sebelum bangkit darinya seratus kali, (yang berbunyi) : Ya
Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha penerima
taubat lagi Maha pengampun. [5]
PENGERTIAN TAUBAT NASHUHA
Yang dimaksud dengan taubat nashuha, adalah kembalinya
seorang hamba kepada Allah dari dosa yang pernah dilakukannya, baik sengaja
ataupun karena ketidaktahuannya, dengan jujur, ikhlas, kuat dan didukung dengan
ketaatan-ketaatan yang mengangkat seorang hamba mencapai kedudukan para wali
Allah yang muttaqin (bertakwa) dan (ketaatan) yang dapat menjadi pelindung
dirinya dari setan.
HUKUM DAN ANJURAN TAUBAT NASHUHA
Hukum taubat nashuha adalah fardhu ‘ain (menjadi
kewajiban setiap individu) atas setiap muslim. Dalilnya :
1. Firman Allah :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung. [An Nuur : 31].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً
نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang semurni-murninya. [At Tahriim : 8].
2. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ
أَتُوْبُ إِلَى اللهِ فِيْ الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّة.ٍ رَوَاهُ مُسْـلِمٌ
Wahai, kaum mukminin. Bertaubatlah kepada Allah, karena
saya juga bertaubat kepada Allah sehari seratus kali.[6]
Umat Islam juga telah bersepakat tentang kewajiban
bertaubat, sebagaimana dinyatakan Imam Al Qurthubi : “(Para ulama) umat telah
ijma’ (bersepakat) bahwa hukum bertaubat adalah fardhu (wajib) atas seluruh
mukminin” [7]. Ibnu Qudamah juga menyatakan demikian [8].
KELUASAN RAHMAT ALLAH DAN KEUTAMAAN TAUBAT NASHUHA
Manusia hendaklah jangan khawatir jika taubatnya tidak
diterima, karena rahmat Allah sangat luas, sebagaimana do’a para malaikat yang
dijelaskan dalan firmanNya :
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ
لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala.
[Al Mu’min:7].
SYARAT TAUBAT NASHUHA
Agar taubat nashuha bisa diterima Allah Subhanahu wa
Ta'ala, ada beberapa syarat yang harus dipenuhinya :
1. Islam.
Taubat yang diterima hanyalah dari seorang muslim. Adapun
orang kafir, maka taubatnya ialah dengan masuk memeluk Islam. Allah berfirman.
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ
حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ
يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang
yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) ia mengatakan "Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang ". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang
mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih. [An Nisaa’ : 18].
2. Ikhlash.
Taubat yang diterima secara syari’at, hanyalah yang
didasari dengan keikhlasan. Taubat karena riya` atau tujuan duniawi, tidak
dikatakan sebagai taubat syar’i. Allah berfirman.
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ
وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ
اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan
dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan
kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.
[An Nisaa’ : 146].
3. Mengakui dosanya.
Taubat tidak sah, kecuali setelah mengetahui perbuatan
dosa tersebut dan mengakui kesalahannya, serta berharap selamat dari akibat
buruk perbuatan tersebut.
4. Penuh penyesalan.
Taubat hanya bisa diterima dengan menunjukkan
penyesalannya yang mendalam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
:
النَّدَمُ تَوْبَةٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه
Penyesalan adalah taubat.[9]
5. Meninggalkan kemaksiatan dan mengembalikan hak-hak
kepada pemiliknya.
Orang yang bertaubat wajib meninggalkan kemaksiatannya
dan mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, jika berupa harta atau yang
sejenisnya. Kalau berupa tuduhan fitnah atau yang sejenisnya, maka dengan cara
meminta maaf. Apabila berupa ghibah (menggunjing), maka dengan cara memohon
dihalalkan (ditoleransi) selama permohonan tersebut tidak menimbulkan pengaruh
buruk yang lain. Bila ternyata berimplikasi buruk, maka cukuplah dengan
mendoakannya untuk meraih kebaikan.
6. Masa bertaubat sebelum nafas berada di kerongkongan
(sakaratul maut) dan sebelum matahari terbit di arah barat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjelaskan dalam sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.
رَوَاهُ التِرْمِذِي
Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum
nafasnya berada di kerongkongan [10].
الْهِجْرَةُ لاَ تَنْقَطِعُ حَتَّى تَنْقَطِعَ الْتَوْبَةُ وَلاَ
تَنْقَطِعُ الْتَوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا. رَوَاهُ أبو دَاوُد
وَأَحْمَدُ
Hijrah tidak terputus sampai terhentinya (masa untuk)
taubat, dan taubat tidak terputus sampai matahari terbit dari sebelah barat
[11].
7. Istiqamah setelah bertaubat.
Allah berfirman.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. [Huud : 112].
8. Mengadakan perbaikan setelah taubat.
Allah berfirman.
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ
عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ
مِنكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِن بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami
itu datang kepadamu, maka katakanlah "Salaamun-alaikum. Rabb-mu telah
menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang
berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat
setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al An’am : 54].
YANG HARUS DIINGAT KETIKA BERTAUBAT
1. Meyakini bahwa Allah Maha mengetahui dan Maha melihat.
Allah mengetahui segala yang tersembunyi dan yang disembunyikan di dalam hati.
Meskipun kita tidak melihatnya, tetapi Dia pasti melihatnya.
2. Lihat keagungan Dzat yang Anda durhaai, dan jangan
melihat kepada kecilnya obyek maksiat, sebagaimana firmanNya.
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ
عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
Kabarkan kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azabKu adalah
azab yang sangat pedih. [Al Hijr : 49- 50].
3. Ingatlah, bahwa dosa itu semuanya jelek dan buruk,
karena ia menjadi penghalang dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
4. Meninggalkan tempat-tempat kemaksiatan dan teman-teman
yang berperangai buruk, yang biasa membantunya berbuat dosa, serta memutus
hubungan dengan mereka selama mereka belum berubah menjadi baik.
HAL-HAL YANG MENGHALANGI TAUBAT
Di antara hal-hal yang menghalangi dosa ialah :
1. Bid’ah dalam agama. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ حَجَبَ اَلتَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ
Sesungguhnya Allah menutup taubat dari semua ahli bid’ah.
[Ash-Shahihah No. 1620]
2. Kecanduan minuman keras. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ
تَعَالَى أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ نَهَرِ الْخَبَالِ قِيلَ وَمَا نَهَرُ الْخَبَالِ قَالَ
صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ رَوَاهُ أَحْمَد
Barangsiapa yang minum khamr (minuman keras), maka
shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam. Jika ia bertaubat, maka
Allah akan menerimanya. Namun, bila mengulangi lagi, maka pantaslah bila Allah
memberinya minuman dari sungai Khibaal. Ada yang bertanya: “Apa itu sungai
Khibaal?” Beliau menjawab,”Nanah penduduk neraka.[12]
Demikianlah secara ringkas risalah tentang taubat
nashuha. Semoga dapat menjadi pengingat kita untuk senantiasa bertaubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun
IX/1426H/2005M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647,
08157579296]
No comments:
Post a Comment