!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, August 19, 2015

Pesawat Trigana Air jatuh di Papua, 54 penumpang tewas


Pesawat Trigana Air jatuh di Papua, 54 penumpang tewas

Indonesia – (BBC) - Empat jenazah korban pesawat Trigana Air ATR 42-300 twin-turboprop yang jatuh di Pegunungan Bintang Papua telah tiba di Bandara Sentani Jayapura dan sedang diidentifikasi oleh tim Disaster Victims Identification (DVI) di RS Bhayangkara, Jayapura, Rabu (19/08) sore.
Menurut wartawan di Papua, Angel Bertha Sinaga, empat jenazah itu telah tiba di Bandar udara Sentani, Jayapura, sekitar pukul 17.15 Waktu Indonesia Timur (WIT) setelah diterbangkan dari Bandar udara Oksibil.
"Empat jenazah itu telah diserahkan secara resmi oleh tim Basarnas kepada tim DVI Polda Papua," kata Bertha kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui sambungan telepon, Rabu (19/08) sore.
Mengutip keterangan Kapolda Papua Brigjen Paulus Waterpauw, keempat jenazah ini dievakuasi terlebih dahulu karena kondisinya "masih bagus", kata Bertha.
Empat jenazah ini merupakan bagian dari 16 jenazah yang berhasil dievakuasi oleh tim Basarna dari lokasi jatuhnya pesawat di pegunungan Bintang Papua dengan melalui jalur darat.
"Jadi di RS Oksibil masih ada 12 jenazah tersisa yang diharapkan dapat segera diterbangkan ke Jayapura. Tapi ini sangat tergantung kondisi cuaca. Mungkin besok pagi," kata Bertha, mengutip keterangan Kepala Basarnas Bambang Soelistyo.
Evakuasi melalui jalur darat
Namun demikian, Bambang Soelistyo telah memerintahkan tim Basarnas untuk kembali ke lokasi jatuhnya pesawat untuk mengumpulkan dan membawa 38 jenazah lainnya.
Evakuasi melalui jalur darat dilakukan karena cuaca buruk menyebabkan rencana evakuasi melalui jalur udara belum dapat dilakukan.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Bertha, proses evakuasi jenazah dari lokasi kejadian ke wilayah yang bisa dilalui kendaraan memakan waktu sekitar empat jam.
"Dari lokasi yang disebut 'Kampung 3', jenazah itu kemudian dibawa dengan menggunakan truk menuju RS Oksibil yang memakan waktu sekitar dua jam," jelas Bertha.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan lima kru pesawat, antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu siang (16/08).
Penyebab kecelakaan baru akan diketahui secara pasti melalui kotak hitamyang ditemukan pada Selasa (18/08).

Tim SAR telah menemukan 54 jenazah di lokasi jatuhnya pesawat ATR 42-300 twin-turboprop milik maskapai Trigana Air di Pegunungan Bintang Papua, Provinsi Papua.
Namun demikian, tim SAR belum menemukan kotak hitam pesawat tersebut.
"Saat ini ditemukan 54 jenazah dalam kondisi tidak utuh dan sebagian hangus," kata Kepala Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo kepada wartawan di Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (18/08) pagi.
Kini, menurut Bambang, pihaknya sedang menyiapkan proses evakuasi terhadap semua jenazah yang ditemukan, tetapi belum diputuskan akan dievakuasi kemana.
"Tergantung hasil negosiasi kita dengan keluarga korban, apakah jenazahnya akan dibawa ke Oksibil atau Jayapura. Kita harus dengarkan dulu keinginan keluarga korban," ungkap Bambang.
Selain itu, "Kita siapkan pula opsi untuk mengundang tim DVI Mabes Polri ke lokasi kejadian," ungkapnya.
Tiga alternatif
Ditanya tentang cara mengevakuasi jenazah korban dari lokasi jatuhnya pesawat, Bambang mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tiga alternatif.
"Ada tiga alternatif. Pertama, kita akan menggunakan jaring (net); kedua, melalui jalan darat; atau ketiga, membangun helipad," jelas Bambang.

Tim SAR kemungkinan besar akan menggunakan jaring untuk mengevakuasi korban.
Menurutnya, cara yang paling masuk akal adalah menggunakan jaring. "Kalau membangun helipad, rasanya susah, karena ini hutan lebat dan lokasinya miring," jelasnya.
Sebelumnya, pada Senin (17/08), Badan SAR Nasional telah memastikanlokasi temuan serpihan pesawat milik Trigana Airyang jatuh dalam penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil di di Pegunungan Bintang Papua.
Lokasi tersebut berada pada ketinggian 8.500 kaki (2.590 meter) dan berjarak sekitar 7 mil laut dari Bandara Oksibil.
Kepastian lokasi didapat setelah pesawat yang dikerahkan dalam upaya pencarian mampu mengabadikan foto serpihan pesawat dan kepulan asap di tengah hutan.

Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua menyulitkan penerbang.
“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.
Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo, mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260 personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.
Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok.
Tim SAR gabungan telah menemukan ‘kotak hitam’ pesawat ATR 42-300 twin-turboprop milik maskapai Trigana Air di Pegunungan Bintang Papua, Provinsi Papua.
“Kotak hitam itu telah diamankan untuk kemudian diserahkan ke KNKT,” kata Ketua Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo, merujuk Komisi Nasional Keselamatan Transportasi.
Kotak hitam terdiri dari dua peranti. Bagian pertama ialah flight data recorder yang mencatat seluruh data saat terbang, termasuk kecepatan pesawat, tinggi dari permukaan bumi, kekuatan, dan sebagainya.
Adapun bagian kedua ialah cockpit voice recorder yang merekam seluruh pembicaraan yang ada dalam kokpit.
Tidak hanya suara percakapan pilot dan kopilot yang direkam, namun juga beragam petunjuk penting, seperti suara mesin, suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser jika kru bergerak.
Setelah diserahkan ke KNKT, badan itu akan membuat laporan pendahuluan mengenai isi 'kotak hitam'.
KNKT akan menyerahkan laporan pendahuluan itu kepada Organisasi Internasional Penerbangan Sipil (ICAO), sesuai dengan ketentuan batas waktu 30 hari dari ICAO untuk laporan awal kecelakaan penerbangan.
Namun laporan lengkapnya baru bisa dirampungkan dalam kurun enam bulan hingga satu tahun mendatang.

Keluarga korban menunggu kabar di Jayapura.
Evakuasi
Soal proses evakuasi, Bambang mengatakan pihaknya akan mengupayakan pelaksanaan pemindahan para jenazah korban pesawat jatuh hari ini.
”Tapi jika tidak bisa, kami akan lanjutkan besok. Sebab hambatan cuma satu di sini, cuacanya tidak bersahabat,” ujarnya.
Sebelumnya, Bambang mengaku memiliki tiga opsi cara mengevakuasi jenazah korban dari lokasi jatuhnya pesawat.
Opsi pertama ialah memindahkan para jenazah menggunakan jaring yang akan diangkat oleh helikopter. Kedua ialah melalui jalan darat. Terakhir, membangun helipad agar helikopter bisa mendarat.
Dari tiga opsi tersebut, menurutnya, pilihan terbaik ialah menggunakan jaring.
”Tidak efektif lewat jalan darat, menembus hutan yang lebat dan memerlukan empat hingga lima jam. Belum lagi cuaca yang tidak bersahabat. Sedangkan kalau membangun helipad, rasanya susah, karena ini hutan lebat dan lokasinya miring," jelasnya.
Bambang sama sekali tidak menyebutkan mengenai uang Rp6,5 miliar yang dibawa empat petugas PT Pos Indonesia untuk diserahkan kepada penduduk miskin di Oksibil. Keempat petugas tersebut turut menumpang pesawat yang jatuh itu.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.

Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.

No comments:

Post a Comment