Pesawat Trigana Air jatuh di Papua, 54 penumpang tewas
Indonesia – (BBC) - Empat jenazah korban pesawat Trigana
Air ATR 42-300 twin-turboprop yang jatuh di Pegunungan Bintang Papua telah tiba
di Bandara Sentani Jayapura dan sedang diidentifikasi oleh tim Disaster Victims
Identification (DVI) di RS Bhayangkara, Jayapura, Rabu (19/08) sore.
Menurut wartawan di Papua, Angel Bertha Sinaga, empat
jenazah itu telah tiba di Bandar udara Sentani, Jayapura, sekitar pukul 17.15
Waktu Indonesia Timur (WIT) setelah diterbangkan dari Bandar udara Oksibil.
"Empat jenazah itu telah diserahkan secara resmi
oleh tim Basarnas kepada tim DVI Polda Papua," kata Bertha kepada wartawan
BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui sambungan telepon, Rabu (19/08) sore.
Mengutip keterangan Kapolda Papua Brigjen Paulus
Waterpauw, keempat jenazah ini dievakuasi terlebih dahulu karena kondisinya
"masih bagus", kata Bertha.
Empat jenazah ini merupakan bagian dari 16 jenazah yang
berhasil dievakuasi oleh tim Basarna dari lokasi jatuhnya pesawat di pegunungan
Bintang Papua dengan melalui jalur darat.
"Jadi di RS Oksibil masih ada 12 jenazah tersisa
yang diharapkan dapat segera diterbangkan ke Jayapura. Tapi ini sangat
tergantung kondisi cuaca. Mungkin besok pagi," kata Bertha, mengutip
keterangan Kepala Basarnas Bambang Soelistyo.
Evakuasi melalui jalur darat
Namun demikian, Bambang Soelistyo telah memerintahkan tim
Basarnas untuk kembali ke lokasi jatuhnya pesawat untuk mengumpulkan dan
membawa 38 jenazah lainnya.
Evakuasi melalui jalur darat dilakukan karena cuaca buruk
menyebabkan rencana evakuasi melalui jalur udara belum dapat dilakukan.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Bertha, proses
evakuasi jenazah dari lokasi kejadian ke wilayah yang bisa dilalui kendaraan
memakan waktu sekitar empat jam.
"Dari lokasi yang disebut 'Kampung 3', jenazah itu
kemudian dibawa dengan menggunakan truk menuju RS Oksibil yang memakan waktu
sekitar dua jam," jelas Bertha.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang
dewasa, dua anak, tiga balita dan lima kru pesawat, antara lain Kapten Pilot
Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak
pada Minggu siang (16/08).
Penyebab kecelakaan baru akan diketahui secara pasti
melalui kotak hitamyang ditemukan pada Selasa (18/08).
Tim SAR telah menemukan 54 jenazah di lokasi jatuhnya
pesawat ATR 42-300 twin-turboprop milik maskapai Trigana Air di Pegunungan
Bintang Papua, Provinsi Papua.
Namun demikian, tim SAR belum menemukan kotak hitam
pesawat tersebut.
"Saat ini ditemukan 54 jenazah dalam kondisi tidak
utuh dan sebagian hangus," kata Kepala Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo
kepada wartawan di Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (18/08) pagi.
Kini, menurut Bambang, pihaknya sedang menyiapkan proses
evakuasi terhadap semua jenazah yang ditemukan, tetapi belum diputuskan akan
dievakuasi kemana.
"Tergantung hasil negosiasi kita dengan keluarga
korban, apakah jenazahnya akan dibawa ke Oksibil atau Jayapura. Kita harus
dengarkan dulu keinginan keluarga korban," ungkap Bambang.
Selain itu, "Kita siapkan pula opsi untuk mengundang
tim DVI Mabes Polri ke lokasi kejadian," ungkapnya.
Tiga alternatif
Ditanya tentang cara mengevakuasi jenazah korban dari
lokasi jatuhnya pesawat, Bambang mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tiga
alternatif.
"Ada tiga alternatif. Pertama, kita akan menggunakan
jaring (net); kedua, melalui jalan darat; atau ketiga, membangun helipad,"
jelas Bambang.
Tim SAR kemungkinan besar akan menggunakan jaring untuk
mengevakuasi korban.
Menurutnya, cara yang paling masuk akal adalah
menggunakan jaring. "Kalau membangun helipad, rasanya susah, karena ini
hutan lebat dan lokasinya miring," jelasnya.
Sebelumnya, pada Senin (17/08), Badan SAR Nasional telah
memastikanlokasi temuan serpihan pesawat milik Trigana Airyang jatuh dalam
penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil di di Pegunungan Bintang Papua.
Lokasi tersebut berada pada ketinggian 8.500 kaki (2.590
meter) dan berjarak sekitar 7 mil laut dari Bandara Oksibil.
Kepastian lokasi didapat setelah pesawat yang dikerahkan
dalam upaya pencarian mampu mengabadikan foto serpihan pesawat dan kepulan asap
di tengah hutan.
Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat
menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman
yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di
Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua
menyulitkan penerbang.
“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya
kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak
orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.
Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang
dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot
Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak
pada Minggu (16/08) siang.
Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil
merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.
Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo,
mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260
personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.
Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga
helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok.
Tim SAR gabungan telah menemukan ‘kotak hitam’ pesawat
ATR 42-300 twin-turboprop milik maskapai Trigana Air di Pegunungan Bintang
Papua, Provinsi Papua.
“Kotak hitam itu telah diamankan untuk kemudian
diserahkan ke KNKT,” kata Ketua Badan SAR Nasional, Bambang Soelistyo, merujuk
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi.
Kotak hitam terdiri dari dua peranti. Bagian pertama
ialah flight data recorder yang mencatat seluruh data saat terbang, termasuk
kecepatan pesawat, tinggi dari permukaan bumi, kekuatan, dan sebagainya.
Adapun bagian kedua ialah cockpit voice recorder yang
merekam seluruh pembicaraan yang ada dalam kokpit.
Tidak hanya suara percakapan pilot dan kopilot yang
direkam, namun juga beragam petunjuk penting, seperti suara mesin, suara alarm,
bahkan suara kursi yang digeser jika kru bergerak.
Setelah diserahkan ke KNKT, badan itu akan membuat
laporan pendahuluan mengenai isi 'kotak hitam'.
KNKT akan menyerahkan laporan pendahuluan itu kepada
Organisasi Internasional Penerbangan Sipil (ICAO), sesuai dengan ketentuan
batas waktu 30 hari dari ICAO untuk laporan awal kecelakaan penerbangan.
Namun laporan lengkapnya baru bisa dirampungkan dalam
kurun enam bulan hingga satu tahun mendatang.
Keluarga korban menunggu kabar di Jayapura.
Evakuasi
Soal proses evakuasi, Bambang mengatakan pihaknya akan
mengupayakan pelaksanaan pemindahan para jenazah korban pesawat jatuh hari ini.
”Tapi jika tidak bisa, kami akan lanjutkan besok. Sebab
hambatan cuma satu di sini, cuacanya tidak bersahabat,” ujarnya.
Sebelumnya, Bambang mengaku memiliki tiga opsi cara
mengevakuasi jenazah korban dari lokasi jatuhnya pesawat.
Opsi pertama ialah memindahkan para jenazah menggunakan
jaring yang akan diangkat oleh helikopter. Kedua ialah melalui jalan darat.
Terakhir, membangun helipad agar helikopter bisa mendarat.
Dari tiga opsi tersebut, menurutnya, pilihan terbaik
ialah menggunakan jaring.
”Tidak efektif lewat jalan darat, menembus hutan yang
lebat dan memerlukan empat hingga lima jam. Belum lagi cuaca yang tidak
bersahabat. Sedangkan kalau membangun helipad, rasanya susah, karena ini hutan
lebat dan lokasinya miring," jelasnya.
Bambang sama sekali tidak menyebutkan mengenai uang Rp6,5
miliar yang dibawa empat petugas PT Pos Indonesia untuk diserahkan kepada
penduduk miskin di Oksibil. Keempat petugas tersebut turut menumpang pesawat
yang jatuh itu.
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang
dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot
Hasanudin.
Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak
pada Minggu (16/08) siang.
No comments:
Post a Comment