!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, September 9, 2015

Badai, kekeringan melanda Asia, azab atau tanda-tanda kiamat ?

Perjalanan yang belum selesai (366)

(Bagian ke tiga ratus enam puluh enam), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 08 September  2015, 19.19 WIB).

Badai, kekeringan melanda Asia, azab atau tanda-tanda kiamat ?

Badai pasir kini melanda sebagian negara di Timur Tengah hingga menewaskan 6 orang, bahkan kota Mekah juga diguyur hujan lebat disertai guntur, kekeringan dan banjir juga melanda Asia juga Indonesia.
Apakah ini merupakan azab atau peringatan kepada manusia bahwa kebanyakan manusia sudah lupa bahwa segala fenomena alam ini ada yang mengatur (Sunatullah), agar manusia menginstropeksikan diri agar jangan lagi terus menerus berbuat zhalim, saling membunuh, serakah akan kekuasaan ekonomi dan politik, atau terus menerus berbuat syirik (menyekutukan Tuhan).
Allah memperingatkan bahwa ada bangsa-bangsa terdahulu yang walaupun memiliki teknologi canggih, kaya (memiliki rumah dan banyak istana mewah) dan banyak harta kekayaan, namun karena berbuat zholim mereka di azab dengan memusnahkan mereka melalui banjir, gempa bumi atau sebab fenomena alam lainnya.

Badai pasir landa Timur Tengah, puluhan masuk rumah sakit, enam orang tewas
(BBC) -- Pemandangan kota Homs di Suriah yang terkena dampak badai pasir.
Badai pasir melanda kawasan barat Timur Tengah, menyebabkan puluhan orang dirawat di rumah sakit dan mendorong para pejabat mengeluarkan peringatan kesehatan.
Badai menghantam beberapa kawasan di Suriah hari Senin (07/09) dan pada hari Selasa pagi (08/09) menyebar ke beberapa negara lain.
Sebagian Lebanon, Israel, Turki, dan Siprus terkena dampak dari badai pasir ini.
Kantor berita resmi Lebanon memberitakan seorang perempuan meninggal dunia di Lebanon utara dan setidaknya 80 orang dirawat di rumah sakit akibat gangguan pernafasan.
Karena badai ini pula Departemen Lingkungan Israel meminta anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang berusia lanjut untuk tidak keluar rumah.
Media di Suriah sementara itu mengatakan karena badai maka pertempuran di Provinsi Idlib dan Hama terhenti.
Surat kabar propemerintah Suriah, al-Watan, mengatakan badai pasir membuat militer melarang helikopter-helikopter milik pemerintah untuk terbang.
Cuaca buruk ini antara lain disebabkan oleh sistem tekanan rendah di seluruh kawasan dan pasir yang terhembus dari timur, kata kantor berita resmi Suriah, SANA.
Menurut SANA, jarak pandang yang buruk bisa berlanjut hingga beberapa hari ke depan.

Musim hujan dan badai tropis menyebabkan banjir besar di sejumlah daerah Asia Tenggara, sementara memanasnya Pasifik tropis menimbulkan kekeringan parah di bagian timur, kata para ilmuwan.
Mereka mengatakan dua cuaca yang berbeda ini pada umumnya alamiah, tetapi keadaan ini menjadi meningkat karena pemanasan dunia dan muncul peringatan bahwa situasi ekstrem ini dapat memburuk di masa depan.
Myanmar, Vietnam dan beberapa daerah Thailand mengalami curah hujan tinggi dan banjir dalam beberapa hari terakhir, sama seperti Bengal barat, India.
Pada saat yang sama, sebagian besar wilayah Indonesia dan Thailand utara mengalami kekeringan parah.
Para ilmuwan mengatakan sejumlah perubahan di Laut Pasifik ekuatorial mempengaruhi keadaan cuaca di bagian timur Asia Tenggara.
Musim hujan selatan barat dari laut Arab melewati bagian atas Samudra Hindia, sehingga menurunkan hujan di Asia Selatan dan sebagian Asia Tenggara.
El Nino di Indonesia
"Dalam kaitannya dengan kekeringan di Indonesia dan sejumlah daerah Asia Tenggara terutama terkait dengan El Nino dan hal ini diperkirakan akan berlanjut kemungkinan sampai setelah 2015"
Omar Baddur
Para ahli metereologi mengatakan keadaan kering di Indonesia sudah lama diperkirakan karena apa yang dikenal sebagai El Nino - pemanasan suhu permukaan laut di Pasifik tropis.
"Kita bisa mengatakan secara meyakinkan bahwa apa yang terjadi dalam kaitannya dengan kekeringan di Indonesia dan sejumlah daerah Asia Tenggara terutama terkait dengan El Nino dan hal ini diperkirakan akan berlanjut kemungkinan sampai setelah 2015," kata Omar Baddur, meteorolog di World Meteorological Organisation.
Para ilmuwan mengatakan selama keadaan El Nino terjadi, air yang lebih hangat dari pasifik barat laut bergerak ke timur, sehingga wilayah tersebut mengalami air yang lebih sejuk.
"Air yang lebih sejuk membawa keadaan yang lebih kering di bagian timur Asia Tenggara - seperti yang terjadi sekarang - berbeda dengan air lebih hangat yang dapat menguap dan menimbulkan hujan," kata Edvin Aldrian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Peringatan El Nino juga disampaikan meteorolog India yang memperkirakan curah hujan musim hujan di bawah normal pada bulan Juli dan Agustus.
Lebih sepuluh negara bagian India mengalami curah hujan musim hujan yang kurang, kata Indian Meteorological Department.
Hujan semakin deras
"Kami juga memperkirakan turunnya lebih sedikit hujan, tahun ini diperkirakan adalah tahun El Nino," kata Tun Lwin, mantan pimpinan badan meteorologi Myanmar.
"Tetapi intensitas musim hujan saat ini malahan bertambah kuat.
"Pada mulanya kami mengalami curah hujan tinggi, karena musim hujan yang bergerak ke utara di kaki pegunungan Himalaya dan kemudian awan musim hujan mulai bergerak dari atas bagian selatan."
Meteorolog di Myanmar mengatakan negaranya menerima curah hujan pada tingkat luar biasa sehingga menimbulkan banjir dan menewaskan lebih 80 orang dan menyebabkan hampir 250 ribu orang mengungsi.
Hujan dari awan musim hujan dan Topan Komen juga menewaskan lebih 100 orang dan menimbulkan kerusakan di Bengal barat, India.
Lwin mengatakan faktor utama yang memperkuat musim hujan adalah topan tropis.
Para ilmuwan mengatakan El Nino biasanya memperlemah musim hujan, tetapi sekarang hal ini justru memperkuat topan tropis.
Banjir dan kekeringan saat ini di daerah Tenggara sebagian besar sesuai dengan keragaman alamiahnya, tetapi terjadi peningkatan intensitas.
Peningkatan intensitas ini berarti cuaca ekstrem yang, mereka katakan, disebabkan peningkatan suhu bumi.
"Panas di atmosfir dan laut meningkat dan memberikan tambahan energi pada keadaan ekstrem, sehingga bertambah intensitasnya, " kata Baddur.
Para ilmuwan memperingatkan peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida, menjebak panas di atmosfir, dan laut yang menghangat menyebabkan iklim dunia berubah.
"Kami tidak bisa mengatakan apa yang terjadi di Asia Tenggara adalah pengaruh langsung perubahan iklim tetapi kita bisa mengatakan perubahan iklim akan meningkatkan keadaan ekstrem seperti itu."
Semakin ekstrem
"Jika anda melihat catatan sejak tahun 1950, hal ini semakin kuat dan indeks menunjukkan tahun ini akan menjadi yang terkuat, sampai sejauh ini"
Pejabat metereologi di Indonesia mengatakan keadaan El Nino semakin kuat.
"Jika anda melihat catatan sejak tahun 1950, hal ini semakin kuat dan indeks menunjukkan tahun ini akan menjadi yang terkuat, sampai sejauh ini," kata metereolog Indonesia, Edvin Aldrian.
Badan PBB yang laporannya menjadi dasar perundingan iklim dunia, The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), telah memperingatkan terjadinya keadaan ekstrem seperti curah hujan tinggi dalam periode yang pendek dan kekeringan yang berkepanjangan.
"Di Asia Tenggara, curah hujan hari-basah secara keseluruhan dalam setahun meningkat 22mm per dekade, sementara curah hujan pada hari hujan ekstrem meningkat 10mm per dekade," demikian isi laporan terbaru IPCC.
"Tetapi keragaman dan kecenderungan iklim sangat berbeda di kawasan dan musim," tambah laporan tersebut.

Tatang sudah 25 tahun menjadi petani di Indramayu, Jawa Barat, dan dia sudah berkali-kali mengalami kekeringan, namun merasa musim kering tahun ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun lalu, memang yah petani ini jadi yah tanamannya. Tapi musim sekarang lebih parah dari tahun-tahun kemarin," kata Tatang.
Kekeringan bukan hanya terjadi di Indramayu, Jawa Barat, melainkan juga di 11 provinsi lain di Indonesia.
Sekitar 25.000 hektar lahan pertanian sudah kering dan jutaan warga Indonesia diperkirakan akan merasakan dampaknya, seperti kekurangan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Guna mengatasi kekeringan, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan langkah yang akan ditempuh pemerintah.
"Distribusi, droping air-air bersih menggunakan mobil tanki air. Kemudian mengisi bak-bak penampungan air, perbaikan pipa, dan sebagainya," kata Sutopo.
Selain itu, pemerintah juga memiliki rencana untuk membangun 49 waduk di seluruh Indonesia, jelas Sutopo.
Sebanyak 12 provinsi di Indonesia sedang dilanda kekeringan
Tidak menanam
Beberapa daerah di Indonesia secara alamiah dan geografis merupakan daerah yang kering, seperti Wonogiri, Boyolali dan Blora.
Tapi dengan adanya fenomena global El Nino, yakni penyimpangan suhu permukaan Samudra Pasifik, hal ini mempengaruhi berbagai negara di daerah khatulistiwa. Ini menyebabkan ancaman kekeringan di Indonesia menjadi lebih besar.
Oleh karena itu,Thomas Djamaluddin, kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menyarankan para petani tidak menamam padi di musim ini.
"Manajemen dalam hal pertanian itu juga harus memperhitungkan ketersediaan air. Di banyak daerah petani baru menanam padi, tapi kemudian dilanda kekeringan," ungkap Thomas.
Selain itu, Thomas juga mengimbau agar masyarakat menerapkan manajemen air dan banyak menyimpan ketika air berlimpah.
Diperkirakan kekeringan masih akan terus melanda Indonesia hingga November tahun ini.

Tafsir Al Mu’min Ayat 67-85
Ayat 67-68: Ajakan kepada manusia agar memperhatikan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam penciptaan mereka dan perkembangan kehidupan mereka, dan cepatnya berlaku ketetapan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (٦٧) هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (٦٨)

Terjemah Surat Al Mu’min Ayat 67-68

67. [1]Dia-lah yang menciptakanmu dari tanah[2], kemudian dari setetes mani[3], lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkannya sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa[4], lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan[5], agar kamu mengerti[6].

68. Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan[7]. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan[8], Dia hanya bekata kepadanya, "Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu[9].

Ayat 69-78: Nasib orang yang menentang ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya, dan perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Rasul-Nya untuk bersabar dan menunggu kebinasaan orang-orang kafir.



أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ أَنَّى يُصْرَفُونَ (٦٩) الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (٧٠) إِذِ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ يُسْحَبُونَ (٧١) فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ (٧٢) ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ (٧٣) مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا بَلْ لَمْ نَكُنْ نَدْعُو مِنْ قَبْلُ شَيْئًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ الْكَافِرِينَ (٧٤) ذَلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ (٧٥) ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (٧٦) فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ (٧٧) وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ (٧٨)

Terjemah Surat Al Mu’min Ayat 69-78

69. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang selalu membantah ayat-ayat Allah[10]? Bagaimana mereka dapat dipalingkan[11]?

70. (Yaitu) orang-orang yang mendustakan kitab (Al Quran) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui,

71. ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka[12], seraya mereka diseret,

72. ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,

73. kemudian dikatakan kepada mereka[13], "Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan[14],

74. (yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tidak pernah menyembah sesuatu[15].” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang kafir[16].

75. [17]Yang demikian itu[18] disebabkan karena kamu bersuka ria di bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kemaksiatan)[19].

76. (Dikatakan kepada mereka), "Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam[20], dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong[21].”

77. Maka bersabarlah engkau (Muhammad)[22], sesungguhnya janji Allah itu benar. Meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka, atau pun Kami wafatkan engkau (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kamilah mereka dikembalikan.

78. [23]Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad)[24], di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah[25]. Maka apabila telah datang perintah Allah[26], (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil[27]. Dan ketika itu[28] rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil[29].

Ayat 79-85: Sunnatullah tidak berubah, pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa yang terjadi pada umat-umat terdahulu, dan bahwa iman di waktu azab telah datang tidak berguna lagi.

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (٧٩)وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَبْلُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (٨٠) وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَأَيَّ آيَاتِ اللَّهِ تُنْكِرُونَ (٨١)أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الأرْضِ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٨٢) فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٨٣) فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ (٨٤)فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ (٨٥)

Terjemah Surat Al Mu’min Ayat 79-85

79. [30]Allah-lah yang menjadikan hewan ternak untukmu, sebagian untuk kamu kendarai dan sebagian lagi kamu makan.

80. Dan bagi kamu (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain padanya (hewan ternak itu) dan agar kamu mencapai suatu keperluan (tujuan) yang tersimpan dalam hatimu (dengan mengendarainya)[31]. Dan dengan mengendarai binatang-binatang itu, dan di atas kapal mereka diangkut.

81. Dan Dia memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepadamu[32]. Lalu tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang mana yang kamu ingkari[33]?

82. [34]Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi lalu memperhatikan[35] bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka[36]. Mereka itu lebih banyak dan lebih hebat kekuatannya serta (lebih banyak) peninggalan-peninggalan peradabannya di bumi[37], maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka[38].

83. [39]Maka ketika para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata[40], mereka merasa senang dengan ilmu yang ada pada mereka[41] dan mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya.

84. Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata[42], "Kami hanya beriman kepada Allah saja, dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah[43].”

85. Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah sunnah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya[44]. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir[45].

[1] Selanjutnya Dia mengokohkan perkara tauhid, dengan menyatakan bahwa Dia adalah Pencipta kamu, yang mengubah penciptaan kamu kejadian demi kejadian. Oleh karena Dia saja yang menciptakan kamu, maka sembahlah Dia saja.

[2] Yaitu dengan menciptakan nenek moyang kamu Adam 'alaihis salam dari tanah.

[3] Ini merupakan awal proses kejadian anak cucu Adam ketika di perut ibunya, yaitu dari mani, lalu menjadi ‘alaqah (segumpal darah), kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging), lalu dijadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging (lihat Al Mu’minuun: 14).

[4] Yakni usia ketika kekuatanmu semakin sempurna, yaitu usia 30 s.d 40 tahun.

[5] Ketika itu usiamu berakhir.

[6] Keadaan kamu, sehingga kamu mengetahui bahwa yang menciptakan kamu kejadian demi kejadian Mahasempurna kekuasaan-Nya, dan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Dia.

[7] Dialah yang sendiri menghidupkan dan mematikan, sehingga seseorang tidak akan mati baik karena sebab atau tanpa sebab kecuali dengan izin-Nya. Dia berfirman, “Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (Terj. Fathir: 11)

[8] Besar atau kecil.

[9] Tidak ada yang mampu menolak dan menghalanginya.

[10] Yang begitu jelas dan terang. Kalimat ini untuk menganggap aneh keadaan mereka yang buruk itu.

[11] Yakni bagaimana mereka dapat dipalingkan dari ayat-ayat Allah yang begitu jelas? Padahal ke mana lagi mereka akan pergi setelah penjelasan yang sempurna ini? Apakah mereka menemukan ayat yang lebih jelas yang berlawanan dengan ayat-ayat Allah? Tidak, demi Allah, mereka tidak menemukannya. Atau apakah mereka menemukan beberapa syubhat yang sejalan dengan hawa nafsu mereka lalu mereka gunakan syubhat itu untuk menyerang ayat-ayat Allah demi membela kebatilan mereka? Sungguh buruk pertukaran mereka dan pilihan yang mereka pilih untuk diri mereka dengan mendustakan kitab yang datang kepada mereka dari sisi Allah yang dibawa para rasul-Nya, dimana mereka adalah manusia paling baik dan paling benar serta paling agung akalnya. Mereka itu balasannya ialah neraka sebagaimana yang diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[12] Sehingga mereka tidak dapat bergerak.

[13] Sambil dicela dengan keras.

[14] Yakni apakah mereka dapat memberimu manfaat dan menghindarkan sebagian azab?

[15] Mereka mengingkari penyembahan mereka kepadanya, lalu berhala-berhala itu dihadirkan, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (Terj. Al Anbiyaa’: 98)

Menurut Syaikh As Sa’diy, bisa maksudnya –dan inilah pendapat yang lebih kuat- bahwa maksud mereka dengan kata-kata itu adalah mengakui batilnya penyembahan kepada sesembahan-sesembahan itu, dan bahwa Allah tidak memiliki sekutu. Merekalah yang sesat dan salah ibadahnya, malah menyembah yang tidak berhak disembah. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala, “Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang kafir.”

[16] Yakni seperti itulah kesesatan yang mereka pegang selama di dunia, kesesatan yang jelas bagi setiap orang sehingga mereka mengakui kebatilannya pada hari Kiamat, dan benarlah firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” (Terj. Yunus: 66) Hal ini ditunjukkan pula oleh firman Allah Ta’ala, “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (Terj. Al Ahqaaf: 5)

[17] Dikatakan pula kepada penduduk neraka.

[18] Yakni azab yang bermacam-macam itu.

[19] Yakni karena kamu bersuka ria dan berbangga dengan kebatilan yang kamu pegang dan dengan ilmu yang menyelisihi ilmu rasul serta kamu bersikap sombong terhadap hamba-hamba Allah secara zalim dan aniaya sebagaimana firman Allah Ta’ala di akhir surah ini, “Maka ketika para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka merasa senang dengan ilmu yang ada pada mereka.”(Terj. Al Mu’min: 83) Dan sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Qarun, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Terj. Qarun: 76) Bergembira seperti inilah bergembira yang tercela yang mengharuskan mendapat siksa, berbeda dengan bergembira yang terpuji yaitu bergembira karena ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh, seperti pada firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Terj. Yunus: 58).

[20] Masing-masing berada di lapisan-lapisannya sesuai amalnya.

[21] Di tempat itu mereka dihinakan dan direndahkan, dipenjara dan disiksa serta bolak-balik merasakan panas yang tinggi dan dingin yang tinggi.

[22] Dalam berdakwah terhadap kaummu dan dalam merasakan gangguan dari mereka. Agar engkau dapat bersabar, maka yakinilah bahwa janji Allah adalah benar. Dia akan menolong agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, dan menolong rasul-rasul-Nya. Demikian juga agar engkau dapat bersabar, maka ingatlah bahwa hukuman akan menimpa musuhmu, jika tidak di dunia, maka di akhirat, karena kembali mereka kepada Allah, lalu Dia akan memberikan balasan kepada mereka sesuai yang mereka kerjakan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,” (Terj. Ibrahim: 42)

[23] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghibur Beliau dan menyabarkannya dengan mengingatkan kepada saudara-saudara Beliau dari kalangan para rasul.

[24] Yang berdakwah kepada kaumnya, lalu mereka bersabar terhadap gangguan kaumnya.

[25] Karena mereka adalah hamba yang diatur. Oleh karena itu usulan kepada para rasul agar mendatangkan ayat (mukjizat) sesuai yang mereka inginkan setelah Allah mendatangkan ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran rasul-Nya merupakan usulan yang zalim dan memberatkan diri.

[26] Untuk memutuskan perkara antara para rasul dan musuh-musuh mereka.

[27] Yang sesuai dengan tempatnya dan sejalan dengan kebenaran, yaitu dengan menyelamatkan para rasul dan pengikutnya serta membinasakan orang-orang yang mendustakan.

[28] Saat diberikan keputusan.

[29] Yang sifat mereka adalah kebatilan, ilmu dan amal yang muncul dari mereka adalah batil, dan tujuannya juga batil. Oleh karena itu, hendaknya mereka yang ditujukan ayat ini khawatir jika terus menerus di atas kebatilan mereka, maka mereka akan rugi sebagaimana generasi sebelum mereka telah rugi, karena mereka sudah tidak ada lagi kebaikannya dan tidak ada jaminan selamat dari azab dalam kitab-kitab terdahulu.

[30] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menjadikan untuk mereka binatang ternak yang dari sana mereka memperoleh berbagai kenikmatan, di antaranya manfaat menungganginya, manfaat memakan dagingnya, meminum susunya, menghangatkan badan dengan kulitnya, dan membuat berbagai alat dari kulit, bulu dan rambutnya.

[31] Yaitu sampai ke negeri yang jauh sambil merasakan kebahagiaan dan kegembiraan.

[32] Yang menunjukkan keesaan-Nya, nama-nama-Nya dan sifat-Nya. Ini termasuk nikmat terbesar, dimana Dia memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepada hamba-hamba-Nya baik yang ada dalam diri mereka dan yang ada di ufuk, serta menyebut nikmat-nikmat-Nya agar mereka mengenal-Nya, mensyukuri-Nya dan mengingat-Nya.

[33] Yakni ayat yang mana di antara ayat-ayat-Nya yang tidak kamu akui, karena telah tetap dalam hatimu bahwa semua ayat dan nikmat berasal dari-Nya, sehingga tidak ada tempat untuk mengingkari dan tidak tempat untuk berpaling, bahkan hal itu mengharuskan orang yang berakal mengerahkan kesungguhannya untuk berusaha menaati-Nya, berkhidmat kepada-Nya serta menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya.

[34] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengajak orang-orang yang mendustakan rasul untuk mengadakan perjalanan di bumi baik dengan hati maupun badan serta bertanya kepada orang-orang yang mengetahui.

[35] Sambil memikirkan, tidak sekedar melihat namun hatinya lalai.

[36] Dari kalangan umat-umat yang terdahulu, seperti ‘Aad, Tsamud dan lainnya, dimana mereka lebih besar kekuatannya dan lebih banyak hartanya serta lebih banyak peninggalannya.

[37] Seperti bangunan, alat perlengkapan, benteng-benteng dan istana-istana.

[38] Ketika datang kepada mereka perintah Allah (untuk mengazab mereka). Ketika itu kekuatan mereka tidak berguna, mereka tidak mampu menebusnya dengan harta mereka serta tidak mampu berlindung di balik benteng mereka.

[39] Selanjutnya Allah menyebutkan kesalahan besar mereka.

[40] Yaitu dengan kitab-kitab samawi, mukjizat, ilmu yang bermanfaat yang menerangkan petunjuk daripada kesesatan, yang hak dari yang batil.

[41] Mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka maksudnya ialah bahwa mereka sudah merasa cukup dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka dan tidak merasa perlu lagi dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh rasul-rasul mereka, malah mereka memandang enteng dan memperolok-olokkan keterangan yang dibawa rasul-rasul itu. Sudah menjadi maklum, bahwa kegembiraan mereka menunjukkan ridhanya mereka terhadapnya dan berpegangnya mereka kepadanya serta menentang kebenaran yang dibawa para rasul. Termasuk ke dalam contoh ilmu yang biasanya manusia berbangga dengannya adalah ilmu Filsafat dan ilmu Mantiq Yunani, dimana dengan ilmu itu mereka bantah banyak ayat-ayat Al Qur’an, mengurangi keagungannya di hati manusia, serta menjadikan dalil-dalilnya yang yakin dan qath’i (pasti) sebagai dalil-dalil lafzhi yang tidak membuahkan sedikit pun keyakinan, mereka dahulukan akal orang-orang yang bodoh dan batil daripada dalil-dalil tersebut. Ini termasuk sikap menyimpang dalam ayat-ayat Allah dan menentangnya, wallahul musta’aan.

[42] Sebagai sikap pengakuan, namun ketika itu pengakuan tidak lagi bermanfaat.

[43] Baik patung maupun berhala, dan kami berlepas diri dari segala sesuatu yang menyelisihi rasul, baik yang berupa ilmu maupun amal.

[44] Yakni iman tidaklah bermanfaat ketika azab telah datang. Hal itu, karena iman tersebut adalah iman karena terpaksa dan sudah menyaksikan langsung, padahal iman hanyalah bermanfaat ketika masih gaib, yaitu sebelum ada tanda-tanda azab.

[45] Yakni jelas sekali kerugian mereka bagi setiap orang. Sedangkan mereka sebelum itu juga selalu rugi.

PENGETAHUAN TENTANG HARI KIAMAT

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil



Pengetahuan tentang hari Kiamat adalah perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala, sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh banyak ayat di dalam al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam karena pengetahuan tentang hari Kiamat adalah perkara yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla. Dia tidak menampakkannya kepada seorang Malaikat yang didekatkan tidak juga kepada seorang Nabi yang diutus[1]. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya Kiamat kecuali Allah Ta’ala.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sering sekali membicarakan keadaan Kiamat dan kedahsyatannya, sehingga orang-orang waktu itu bertanya kepada beliau kapan terjadinya Kiamat. Beliau mengabarkan bahwa itu adalah masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah, demikian pula ayat al-Qur-an menjelaskan bahwa pengetahuan tentang kapan terjadinya Kiamat adalah sesuatu yang dikhususkan Allah untuk diri-Nya.

Di antaranya adalah firman-Nya:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat, ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]

Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam agar mengabarkan kepada manusia bahwa pengetahuan tentang terjadinya Kiamat hanya ada di sisi Allah semata, hanya Dia-lah yang mengetahui masalahnya dengan jelas dan kapan terjadinya, tidak seorang pun dari penduduk langit dan bumi mengetahuinya.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah:

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab: 63]

Juga sebagaimana difirmankan oleh Allah:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا إِلَىٰ رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا

“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Rabb-mulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” [An-Naazi’aat: 42-44]

Maka puncak dari pengetahuan tentang hari Kiamat kembali kepada Allah semata.

Karena itulah, ketika Jibril Alaihissallam bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hari Kiamat -sebagaimana dijelaskan dalam hadits Jibril yang panjang- Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا الْمَسْئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ.

“Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.”[2]

Jibril tidak mengetahui kapan hari Kiamat itu terjadi, begitu pun Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Demikian pula Nabi ‘Isa Alaihissallam, beliau tidak mengetahui kapan Kiamat itu terjadi, padahal beliau akan turun ketika Kiamat sudah dekat. Bahkan (turunnya Nabi ‘Isa) termasuk tanda-tanda besar Kiamat, sebagaimana akan dijelaskan.

Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan, demikian pula Ibnu Majah dan al-Hakim dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لَقِيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَـى وَعِيْسَى، قَالَ: فَتَذَاكَرُوا أَمْرَ السَّاعَةِ، فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ: لاَ عِلْمَ لِي بِهَا، فَرَدُّوا اْلأَمْرَ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: لاَ عِلْمَ لِي بِهَا، فَرَدُّوا اْلأَمْرَ إِلَى عِيْسَـى فَقَالَ: أَمَّا وَجْبَتُهَا؛ فَلاَ يَعْلَمُهَا أَحَدٌ إِلاَّ اللهُ ذَلِكَ، وَفِيمَـا عَهِدَ إِلَيَّ رَبِّـي عَزَوَجَلَّ أَنَّ الدَّجَّالَ خَارِجٌ، قَالَ وَمَعِي قَضِيبَانِ، فَإِذَا رَآنِـي، ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الرَّصَاصُ. قَالَ: فَيُهْلِكُهُ اللهُ.

“Pada malam aku di-Isra'kan ke langit, aku bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan ‘Isa.” Beliau bersabda, “Lalu mereka saling menyebutkan tentang perkara Kiamat, selanjutnya mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim, maka beliau berkata, ‘Aku tidak memiliki ilmu tentangnya, kembalikanlah perkaranya kepada Musa.’ Lalu beliau berkata, ‘Aku tidak memiliki ilmu tentangnya, kembalikanlah perkaranya kepada ‘Isa.’ Akhirnya beliau berkata, ‘Adapun kapan terjadinya, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui kecuali Allah. Di antara wahyu yang diberikan oleh Rabb-ku Azza wa Jalla kepadaku, ‘Sesungguhnya Dajjal akan keluar.’ Beliau berkata, ‘Dan aku membawa dua pedang. Jika dia melihatku, maka dia akan meleleh sebagaimana timah yang meleleh.’ Beliau berkata, ‘Lalu Allah membinasakannya.’” [3]

Mereka adalah para Ulul Azmi dari kalangan para Rasul, dan mereka tidak mengetahui kapan terjadinya Kiamat.

Dan Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda sebulan sebelum beliau wafat:

تَسْأَلُونِي عَنِ السَّاعَةِ؟ وَإِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللهِ وَأُقْسِمُ بِاللهِ مَا عَلَى اْلأَرْضِ مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ تَأْتِي عَلَيْهَا مِائَةُ سَنَةٍ.

‘Kalian bertanya kepadaku tentang hari Kiamat? Sedangkan ilmunya hanyalah ada di sisi Allah, dan aku bersumpah dengan Nama Allah, tidak ada satu makhluk hidup pun yang lahir di atas bumi ini yang berumur seratus tahun.’” [4][5]

Hadits ini menafikan kemungkinan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahuinya setelah pertanyaan Jibril kepadanya.

Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan, “Nabi yang ummi ini adalah pemimpin para Rasul, dan penutup mereka -shalawat dan salam dari Allah semoga dilimpahkan kepadanya- Nabi pembawa rahmat, penyeru taubat, pemimpin perang, pemberi keputusan, yang menghormati tamu, penghimpun, di mana semua manusia berkumpul padanya (untuk memperoleh syafa’at), di mana beliau pun bersabda dalam hadits yang shahih dari hadits Anas dan Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhuma:

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ.

‘Diutusnya aku dan hari Kiamat bagaikan dua (jari) ini.’ [6]

Beliau mendekatkan jari telunjuk dan yang ada setelahnya (jari tengah). Walaupun demikian keadaan beliau, Allah telah memerintahkannya agar mengembalikan ilmu tentang Kiamat kepada-Nya jika ditanya tentangnya, Allah berfirman:

قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“... Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Al-A’raaf: 187][7]

Siapa saja yang beranggapan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui kapan terjadinya Kiamat, maka dia adalah orang bodoh, karena ayat-ayat al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi yang telah disebutkan menolak anggapan tersebut.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan orang yang mengaku-aku sebagai ahli ilmu pada zaman kita ini telah menampakkan kebohongan. Dia berpura-pura kenyang (dengan ilmu) padahal ilmu itu tidak diberikan kepadanya bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat.” (Sangat pantas jika) dikatakan kepadanya, “Nabi Shallallahu 'alaihi wa salla pernah bersabda di dalam hadits Jibril:

مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ.

‘Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’

Lalu mereka menyelewengkan makna yang sebenarnya, seraya berkata, “Maknanya adalah, ‘Aku dan engkau mengetahuinya.’”

Ini merupakan kebodohan yang paling besar, dan penyelewengan makna yang paling buruk. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih mengenal Allah, (maka tidak pantas) dia mengatakan kepada seseorang yang dianggapnya sebagai seorang badui, “Aku dan engkau mengetahui kapan Kiamat itu terjadi,” hanya saja orang bodoh itu berkata, “Sebelumnya beliau tahu bahwa dia adalah Jibril,” padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jujur dalam perkataannya, beliau bersabda:

مَا جَائَنِيْ فِي صُورَةٍ إِلاَّ عَرَفْتُهُ غَيْرَ هَذِهِ الصُّورَةِ.

“Tidaklah dia datang dengan satu rupa kecuali aku mengenalnya selain rupa yang ini.” [8]

Dalam lafazh yang lain:

مَا شُبِّهَ عَلَيَّ غَيْرَ هَذِهِ الْمَرَّةِ.

“Dia (Jibril) tidak pernah disamarkan kepadaku selain pada kesempatan ini.”

Sementara dalam lafazh yang lain:

رُدُّوْا عَلَيَّ اْلأَعْرَابِيَّ...

“Bawa kepadaku orang badui itu...”

Lalu mereka pergi untuk mencarinya, akan tetapi mereka tidak mendapatkannya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui bahwa dia adalah Jibril setelah beberapa saat, sebagaimana dikatakan oleh ‘Umar Radhiyallahu anhuma, “Lalu aku terdiam dalam waktu yang lama, kemudian beliau bersabda, ‘Wahai ‘Umar! Tahukah engkau siapa yang bertanya?’” [9]

Orang yang menyelewengkan makna tersebut berkata, “Beliau mengetahui bahwa dia adalah Jibril sejak dia bertanya kepada beliau, sementara beliau tidak memberitakan Sahabat akan hal itu kecuali setelah selang waktu berlalu!”

Kemudian ungkapan dalam hadits: (مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ) mencakup setiap orang yang bertanya dan ditanya, maka setiap orang yang bertanya dan ditanya tentang Kiamat ini keadaannya adalah seperti itu (sama-sama tidak tahu). [10]

Demikian pula, tidak ada gunanya menyebutkan tanda-tanda dan mengabarkannya kepada penanya yang sudah mengetahuinya, lebih-lebih ketika ia tidak bertanya tentang tanda-tandanya.

Dan lebih aneh lagi dari pendapat ini adalah apa yang diungkapkan oleh as-Suyuthi dalam al-Haawi setelah mengungkapkan jawaban atas pertanyaan tentang hadits yang masyhur di kalangan manusia, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan berdiam di dalam kuburnya selama seribu tahun?” Dia (as-Suyuthi) berkata, “Saya jawab bahwa hal ini adalah bathil tidak ada landasannya sama sekali.”

Lalu diungkapkan bahwa beliau menulis sebuah buku dalam masalah ini dengan judul al-Kasyfu ‘an Mujaawazati Haadzihil Ummah al-Alf, di dalamnya beliau berkata:

Pertama, hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwasanya masa umat ini lebih dari seribu tahun dan tambahannya tidak mencapai lima ratus tahun; karena diriwayatkan dari berbagai jalan bahwa umur dunia adalah tujuh ribu tahun, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus di akhir tahun keenam ribuan.[11]

Kemudian beliau menyebutkan beberapa perhitungan yang kesimpulannya sama sekali tidak mungkin jika masanya itu seribu lima ratus tahun. Kemudian beliau menyebutkan hadits-hadits dan atsar-atsar yang dijadikan landasan oleh beliau:

Di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabiir dari adh-Dhahhak bin Zummal az-Zuhani, dia berkata, “Aku bermimpi, kemudian aku ceritakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,” selanjutnya beliau menuturkan hadits yang di dalamnya diungkapkan:

إِذَا أَنَا بِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلَى مِنْبَرٍ فِيْهِ سَبْعُ دَرَجَاتٍ، وَأَنْتَ فِي أَعْلاَهَا دَرَجَةً. فَقَالَ: أَمَا الْمِنْبَرُ الَّذِيْ رَأَيْتَ فِيْهِ سَبْعُ دَرَجَاتٍ وَأَنَا فِي أَعْلاَهَا دَرَجَةً، فَالدُّنْيَا سَبْعَةُ آلاَفِ سَنَةٍ، وَأَنَا فِي آخِرِهَا أَلْفًا.

“Tiba-tiba saja aku di (dekat)mu wahai Rasulullah, di atas mimbar yang memiliki tujuh tangga, dan engkau berada di tangga yang paling tinggi,” kemudian beliau bersabda, “Adapun mimbar yang engkau lihat memiliki tujuh tangga dan aku berada di tangga paling tinggi, itu berarti bahwa (umur) dunia tujuh ribu tahun, dan aku berada di ribuan tahun yang terakhir.” [12]

Beliau (as-Suyuthi) mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam ad-Dalaa-il, dan as-Suhail mengatakan bahwa hadits ini dha’if sanadnya, akan tetapi hadits tersebut diriwayatkan secara mauquf kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma melalui jalan-jalan yang shahih, dan ath-Thabrani [13] menshahihkan landasan ini dan menguatkannya dengan beberapa atsar.

Kemudian as-Suyuthi menjelaskan bahwa makna sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: “... dan aku berada di ribuan tahun yang terakhir.” Maksudnya adalah kebanyakan umat Islam berada pada tahun ketujuh ribu, agar sesuai dengan riwayat se-lanjutnya bahwa beliau diutus di akhir tahun keenam ribu. Seandainya beliau diutus di awal tahun ketujuh ribu, niscaya tanda-tanda Kiamat besar seperti Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa, dan terbitnya matahari dari barat telah di jumpai lebih dari seratus tahun sebelum masa kita ini, karena Kiamat terjadi tepat pada tahun ketujuh ribu, sementara tidak terjadi apa pun pada saat itu, maka hal ini menunjukkan bahwa sisa dari tahun ketujuh ribu lebih dari tiga ratus tahun. [14]

Ini adalah ringkasan perkataan as-Suyuthi rahimahullah, dan (perkataannya ini) berbenturan dengan ungkapan yang jelas di dalam al-Qur-an juga hadits-hadits yang shahih; bahwasanya umur dunia tidak diketahui oleh seorang pun kecuali Allah Ta’ala. Karena jika kita mengetahui umur dunia, niscaya kita akan tahu kapan terjadinya Kiamat. Anda telah mengetahui sebelumnya dari ayat-ayat al-Qur-an dan hadits-hadits Nabawi bahwa Kiamat tidak diketahui kapan terjadinya kecuali oleh Allah Ta’ala.

Demikian pula, bahwa kenyataan yang ada menolak hal itu (pendapat as-Suyuthi). Karena kita berada di awal abad kelima belas Hijriyyah, sementara Dajjal belum keluar, dan Nabi ‘Isa belum turun. As-Suyuthi menyatakan bahwa ada riwayat yang menyebutkan Dajjal keluar di awal seratus tahunan dan ‘Isa Alaihissallam turun, lalu membunuhnya. Kemudian beliau berdiam di bumi selama empat puluh tahun, manusia berdiam di bumi setelah matahari terbit dari barat selama seratus dua puluh tahun, dan jarak di antara dua tiupan (Sangkakala) adalah empat puluh tahun, ini semua mesti terjadi dalam masa dua ratus tahun [15]. Lalu berdasarkan perkataannya, seandainya Dajjal keluar sekarang maka mesti dua ratus tahun, sehingga terjadinya Kiamat setelah tahun seribu enam ratus.

Dengan ini jelaslah kebathilah setiap hadits yang membatasi umur dunia.

Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan dalam kitab al-Manaarul Muniif beberapa hal yang diketahui dengannya kepalsuan sebuah hadits. Beliau berkata, “Di antaranya adalah hadits yang menyelisihi nash al-Qur-an yang jelas, seperti hadits batasan umur dunia, yang mengatakan bahwa umur dunia hanya tujuh ribu tahun, sementara kita berada di masa ketujuh ribu tahun. Ini merupakan kebohongan paling jelas, karena seandainya hadits ini shahih, niscaya setiap orang tahu bahwa Kiamat akan terjadi dua ratus lima puluh satu tahun dari waktu kita sekarang ini.” [16]

Ibnul Qayyim hidup di abad kedelapan Hijriyyah, maka dia mengatakan perkataan seperti ini, dan telah berlalu dari perkataannya lebih dari enam ratus lima puluh dua tahun, akan tetapi dunia belum juga berakhir.

Ibnu Katsir berkata, “Adapun yang terdapat dalam kitab-kitab Israiliyyat (kisah-kisah yang bersumber dari bani Israil/Yahudi-ed.) dan Ahlul Kitab berupa pembatasan masa yang telah lalu dengan ribuan dan ratusan tahun, maka lebih dari satu orang ulama terang-terangan menyalahkan mereka di dalam hal itu, dan memperlakukan mereka dengan keras sementara mereka pantas untuk mendapatkannya, dan juga telah terdapat sebuah hadits:

اَلدُّنْيَا جُمْعَةٌ مِنْ جُمَعِ اْلآخِرَةِ.

“Dunia itu adalah satu pekan dari beberapa pekan di akhirat.”

Hadits ini sanadnya tidak shahih, demikian pula tidak shahih sanad setiap hadits yang menentukan waktu terjadinya hari Kiamat secara tepat.[17]

Sebagaimana tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan muncul-nya tanda-tanda Kiamat. Riwayat yang menjelaskan bahwa pada tahun ini akan seperti ini, dan pada tahun ini akan terjadi hal ini, maka hal itu tidak benar, karena penanggalan belum dilakukan pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi ‘Umar bin al-Khaththablah yang menetapkannya sebagai sebuah ijtihad dari beliau, dan awal perhitungannya dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah.

Al-Qurthubi berkata, “Sesungguhnya apa yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang fitnah dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, dengan penentuan waktunya pada tahun tertentu membutuhkan cara yang benar (dalam menentukan keshahihan riwayat tersebut) yang bisa mematahkan segala ar-gumentasi, hal itu sebagaimana (menentukan) waktu terjadinya hari Kiamat, tidak seorang pun mengetahui pada tahun manakah ia akan terjadi, tidak juga pada bulan apakah? (Yang diketahui) bahwa ia akan terjadi pada hari Jum’at di akhir waktunya. Waktu di mana Allah menciptakan Adam Alaihissallam, akan tetapi Jum’at yang mana? Tidak seorang pun mengetahui tepatnya hari tersebut kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, demikian pula masalah tanda-tanda Kiamat, tidak seorang pun mengetahui waktunya yang pasti, wallahu a’lam.[18]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]



No comments:

Post a Comment