!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, September 4, 2015

Islam memakmurkan dan mandamaikan manusia.


Perjalanan yang belum selesai (363)

(Bagian ke tiga ratus enam puluh tiga), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 05 September  2015, 02.45 WIB).


Islam memakmurkan dan mandamaikan manusia.

Agama Islam yang diwahyukan Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang tertuang di dalam kitab suci Al-Quran dan sunnah (al-hikmah/hadist) adalah bertujuan agar manusia bisa hidup selamat, berbahagia dan makmur baik selama hidup di dunia maupun di akherat (surga).
Islam mengajarkan kepada manusia agar jangan membunuh manusia lain, walaupun manusia itu belum memeluk Islam (kafir), bahkan Nabi Muhammad bersabda seseorang tidak akan masuk surga bila telah membunuh orang lain, walaupun dia orang kafir.
Islam juga mengajarkan hidup sederhana, tidak boros , bahkan karena kesederhanaan ajaran Islam inilah yamh membuat ratusan pekerja asal Cina masuk Islam, hanya karena dia menyaksikan acara pemakaman Raja Arab Saudi dilakukan secara sederhana, tanpa bunyi dentuman meriam dan dimakamkan juga sederhana hanya dimakamkan tanpa dibuat makam secara mewah.
Ajaran Islam yang sederhana dan masuk diakal bila kita jelaskan secara ilmiah dan empiris akan mudah dicerna pendengarnya. Inilah yang membuat seorang Ustad asal Kanada Melalui dakwahnya, lebih dari 3.000 tentara Amerika Serikat bersyahadat (masuk Islam) di tengah kecamuk Perang Teluk. Kini, Ustad (ulama) yang terlahir dengan nama Dennis Bradley Philips keliling dunia termasuk ke Indonesia untuk berdakwah.


 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui dakwahnya, lebih dari 3.000 tentara Amerika Serikat bersyahadat di tengah kecamuk Perang Teluk. Kini, ulama yang terlahir dengan nama Dennis Bradley Philips ini berkesempatan hadir mengisi ruang dakwah nusantara.
Kegiatan dakwah warga negara Kanada kelahiran Jamaika ini cukup mencuri perhatian dunia. Dr Abu Ameenah Bilal Philips mampu memberikan penjelasan yang ilmiah, otentik dan rasional kepada masyarakat internasional yang kritis namun diliputi pemahaman yang keliru terhadap Islam.

Dalam menyampaikan dakwahnya, Dr Bilal Philips memiliki kapasitas keilmuan yang sangat mumpuni. Beliau menyelesaikan program BA pada bidang Studi Islam di Universitas Islam Madinah, program MA bidang Teologi Islam di Universitas Raja Saud Riyadh, dan akhirnya memperoleh predikat PhD bidang Teologi Islam dari University of Wales.

Dr Bilal Philips juga berkontribusi dalam memperkaya literatur islam dengan lebih dari 50 buku yang ia tulis, terjemahkan dan beri komentar. Beliau juga mengedit dan menerbitkan 56 seri buku bacaan keimanan bagi anak-anak di sekolah Islam Internasional.
Perjalanan hidup dan semangat dakwahnya mendorong Dr Bilal Philips untuk mendirikan pusat studi islam di berbagai negara, antara lain Departemen Studi Islam di Preston University Uni Emirat Arab, Akademi Studi Islam di Qatar, Departemen Studi Islam berbahasa Inggris di Knowledge International University di Arab Saudi, College of Da’wah and Islamic Culture di Sudan serta mendirikan Preston International College di India.

Konvergensi teknologi di era digital saat ini juga beliau manfaatkan sebagai sarana dakwah untuk menjangkau masyarakat secara global. Pada 2007, Dr Bilal Philips mendirikan Islamic Online University (IOU) sebagai institusi pertama yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan islam strata-1 secara online. Sampai hari ini, IOU telah memiliki lebih dari 150.000 mahasiswa yang berasal dari 219 negara, menjadikan IOU sebagai universitas nomor satu di dunia dalam keragaman mahasiswa.
Di tengah kesibukannya dalam kegiatan akademis dan dakwah, Dr Bilal Philips meluangkan waktunya untuk mengisi kajian umum di Indonesia. IOU telah menunjuk IslamDiaries sebagai salah satu majelis taklim di Indonesia untuk menyelenggarakan kajian bertema “Why Islam?” yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 September 2015 di Masjid Al Bina, Jalan Pintu Satu Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

TAUHID, JALAN MENUJU KEADILAN DAN KEMAKMURAN

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas


KEDUDUKAN TAUHID DALAM ISLAM
Tauhid merupakan pangkal syukur bagi seorang muslim.[1]

اَلْحَمْدُ ِللهِ وَحْدَهُ، وَالصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَبَعْدُ:

Alhamdulillaah, tiada hentinya kita senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah -Rabb Yang Maha belas kasih lagi Maha Penyayang. Dia telah memberikan dua nikmat yang tiada bandingannya, yaitu nikmat Islam dan nikmat Sunnah. Dengan kedua nikmat itu, manusia akan mendapatkan kebahagiaan dan diselamatkan dari siksa, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, bagi para hamba Allah yang telah mendapatkan nikmat tersebut, harus mengikatnya dengan rasa syukur serta selalu memohon kepada Allah, agar menjadi hamba yang selalu bersyukur. Dan bukti syukur seorang muslim atas nikmat ini, yakni dengan menjadi muslim yang ridha bahwa Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabinya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad -penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahnya- yang telah menyampaikan risalah, menunaikan amanat, menasihati ummat, dan telah menunjuki ummat ke jalan yang terang serta lurus, yang sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata.

Kewajiban seorang muslim sejati adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang setia, mengikuti petunjuknya, mencontoh teladannya, melaksanakan Sunnah-sunnahnya dan membela Sunnahnya, serta menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan bid’ah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah, untuk mengajak ummat manusia agar mentauhidkan Allah dan menjauhkan segala macam perbuatan syirik.

Kalimat tauhid bagi kaum Muslimin, khususnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan kalimat yang sudah tidak asing lagi, karena tauhid bagi mereka, sebagai suatu ibadah yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan yang pertama kali didakwahkan sebelum lainnya.

Allah Ta’ala berfirman :

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

... Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)... [az Zumar/39 : 2, 3]

Allah Ta’ala juga berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya...[al Bayyinah/98 : 5].

Seluruh para nabi dan rasul عليهم الصلاة والسلام telah mendakwahkan tauhid kepada ummatnya di setiap kurun (generasi)nya. Sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, (untuk menyerukan) agar beribadah hanya kepada Allah saja (yaitu mentauhidkanNya) dan menjauhi thaghut… [an Nahl/16:36].

Dan firmanNya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak untuk diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kamu sekalian kepadaKu". [al Anbiyaa’/21 : 25].

Juga firman-Nya:

فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata) : "Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah, sekali-kali tidak ada ilah yang haq bagimu selainNya. Maka, mengapa kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)?” [al Mukminun/23 : 32].

Semua rasul memulai dakwah mereka kepada kaumnya dengan tauhid Uluhiyyah, agar kaum mereka beribadah dengan benar hanya kepada Allah saja.

Seluruh rasul berkata kepada kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah saja.[2]

Kemuliaan ilmu tergantung dari kemuliaan apa yang dikaji. Dan ilmu tauhid adalah semulia-mulia ilmu. Ilmu yang paling agung dan mulia adalah ilmu tauhid dan ushuluddin. Karena, atas tauhid itulah Allah menciptakan jin dan manusia, menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul, serta menciptakan surga dan neraka. Barangsiapa mempelajari ilmu tersebut dan mengamalkannya, maka dialah orang yang bertakwa lagi berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa mengabaikannya dan tidak mau mempelajarinya, maka dialah orang yang sengsara dan celaka.

Allah menyuruh hambaNya untuk menuntut ilmu syar’i, yang pertama harus dipelajari adalah ilmu tauhid, mengenal Allah, mengkaji bagaimana mentauhidkan Allah, beribadah kepadaNya dengan benar. Allah Ta’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Maka ketahuilah, bahwa tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggal-mu. [Muhammad/47 : 19].

Orang yang mati dalam keadaan bertauhid kepada Allah, maka ia akan masuk surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.

Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, maka ia masuk Surga.[3]

Dengan demikian, kedudukan tauhid adalah sebagai pondasi bagi bangunan amal seorang muslim. Perhatian seorang yang arif tentu senantiasa tertuju pada pembenahan pondasi. Sedangkan orang yang bodoh, ia akan terus meninggikan bangunan, tanpa mengokohkan pondasi, sehingga robohlah bangunannya.

Keikhlasan dan tauhid, juga diibaratkan seperti sebatang pohon yang tumbuh dalam hati, amal perbuatan adalah cabang-cabangnya, kedamaian adalah buahnya yang dirasakan dalam kehidupan dunia ini, serta kenikmatan yang kekal di akhirat kelak. Sebagaimana buah-buahan surga, tidak akan terputus dan terlarang. Demikian pula halnya “buah” keikhlasan dan tauhid di dunia ini, tidak akan terputus dan terlarang. Kesyirikan, dusta dan riya’ bagaikan sebatang pohon yang tumbuh dalam hati manusia, buahnya di dunia adalah ketakutan, kekhawatiran, kebingungan dan kesempitan yang dirasakan dalam dada, serta kegelapan yang menimpa hati. Sedangkan di akhirat kelak akan membuahkan zaqqum [4] dan adzab yang kekal.[5]

DEFINISI TAUHID & MACAM-MACAMNYA [6]
Tauhid -dalam bahasa Arab- adalah mashdar dari وَحَّدَ، يُوَحِّدُ، تَوْحِيْدًا , artinya menjadikan sesuatu itu satu.

Tauhid -dalam ilmu syar’i (terminologi)- adalah mengesakan Allah  terhadap sesuatu yang khusus bagiNya, baik dalam Uluhiyyah, Rububiyyah, maupun Asma' dan SifatNya. Tauhid berarti beribadah hanya kepada Allah saja.

Tauhid terdiri dari tiga macam : Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid al Asma’ wash-Shifat.

Tauhid Rububiyyah, yaitu mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Ta’ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allah adalah Raja, Penguasa dan Rabb yang mengatur segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

... Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam. [al A’raf/7 : 54]

Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah apabila hal itu disyari’atkan olehNya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’aanah (minta pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan suatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karenaNya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [al Baqarah/2 : 163].

Tauhid Asma’ wash-Shifat Allah, yaitu menetapkan apa-apa yang Allah Ta’ala dan RasulNya  telah tetapkan atas DiriNya, baik berupa nama-nama maupun sifat-sifat Allah, serta mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan RasulNya . Dan kita wajib menetapkan Sifat-sifat Allah, baik yang terdapat di dalam al Qur`an maupun dalam as Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.

Firman Allah Ta’ala:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia-lah Yang Maha Men-dengar lagi Maha Melihat. [ asy Syura /42 : 11].

ISLAM ADALAH AGAMA TAUHID
Definisi Islam adalah :

َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.

(berserah diri kepada Allah dengan cara mentauhidkanNya, tunduk patuh kepadaNya dengan melaksanakan ketaatan (atas segala perintah dan laranganNya), serta membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik).[7]

Jika kita kembali kepada al Qur`an, sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa ‘aqidah seluruh rasul adalah tauhid, dan dakwah mereka dimulai dengan tauhidullah, dan tauhid merupakan perkara terpenting dan terbesar yang mereka bawa.

Maka, hubungan ‘aqidah tauhid terhadap seluruh syari’at para nabi (termasuk Nabi Muhammad) عليهم الصلاة والسلام adalah bagaikan pondasi sebuah bangunan (dan bagaikan ruh bagi badan). Karena jasad tidak akan berdiri dan hidup, kecuali dengan adanya ruh.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya dengan tauhid, demikian pula seluruh Rasul. Di antara contohnya adalah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu ketika diutus ke Yaman.[8]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ (وَفِي طَرِيْقٍ: فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللهِ)، (وَفِي أُخْرَى: أَنْ يُوَحِّدُوْا اللهَ) فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذَلِكَ (وَفِي رِوَايَةٍ: فَإِذَا عَرَفُوْا اللهَ)، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذَلِكَ فَإِياَّكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.

Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. (Pada lafazh lainnya : Maka yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah beribadah kepada Allah semata) (juga lafazh lainnya : Supaya mereka menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi). Apabila mereka mentaatimu karena yang demikian itu (Dalam suatu riwayat : Apabila mereka telah mentauhidkan Allah), maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka mentaatimu karena yang demikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka lalu dibagikan kepada orang-orang yang miskin di antara mereka. Jika mereka mentaatimu karena yang demikian itu, maka jauhilah olehmu harta-harta mereka yang baik dan takutlah kamu terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada hijab antara do’a orang yang dizhalimi dengan Allah. [9]

TAUHID DAN KEADILAN
Pertama. Allah memberitahukan bahwa tujuan dari penciptaan dan perintah adalah, agar makhluk mengetahui Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, agar mereka beribadah hanya kepada Allah saja, tidak dipersekutukan dengan makhlukNya, dan agar menusia berlaku adil. Keadilan adalah dasar tegaknya langit dan bumi, sebagaimana Allah berfirman:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan... [al Hadid/57 : 25].

Dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa tujuan diutusnya para Rasul dan diturunkan Kitab-kitab-Nya adalah agar manusia menegakkan keadilan. Keadilan yang paling besar adalah tauhid (mentauhidkan Allah), dan tauhid merupakan pokok, asal, dan tonggak keadilan. Sedangkan syirik adalah kezhaliman. Allah berfirman :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya perbuatan syirik adalah kezhaliman yang paling besar. [Luqman/31 : 13].

Karena itulah, syirik (menyekutukan Allah) adalah kezhaliman yang paling zhalim, dan tauhid adalah keadilan yang paling adil.[10]

Kedua. ‘Aqidah tauhid membebaskan hati dan jiwa dari penghambaan terhadap makhluk dengan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala saja, serta tidak mengikuti melainkan hanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
‘Aqidah tauhid, menuntut seorang muslim untuk meninggalkan segala bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena segala sesuatu selain Allah adalah makhluk, yang tidak memiliki kekuasaan sedikit pun untuk menciptakan, mengabulkan permintaan dan berbagai sifat Ilahiyyah lainnya.

Sebaliknya, orang yang berbuat kemusyrikan, berarti dirinya telah berbuat zhalim -lawan dari adil- lagi ingkar. Bagaimana mungkin dia menyembah kepada sesuatu -yang tiada memiliki kekuasaan- padahal Allah yang menciptakan dirinya dan dia bersyukur kepada sesuatu itu, padahal Allah-lah yang memberinya rizki. Allah berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak meng-hendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [adz Dzariyat/51: 56-58]

Ketiga. Perintah untuk berlaku adil.

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ

…Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa…. [al Maa-idah/5 : 8].

Islam, sebagai agama tauhid, memerintahkan penganutnya untuk berakhlak mulia, bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan adil dan baik, serta melarang perbuatan yang buruk. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [an Nahl/16 : 90].

Bahkan Allah menyebut KitabNya (al Qur`an) sebagai kalimat yang adil. Allah Ta’ala berfirman :

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (al Qur`an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil ... -al An’am/6 ayat 115- maksudnya, benar dalam berita, serta adil dalam memerintah dan melarang.[11]

Keempat. Tauhid dan bersikap adil terhadap sesama muslim dan orang kafir.

TAUHID MEMISAHKAN ANTARA ORANG MUSLIM DENGAN ORANG KAFIR
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan, bahwa orang yang mengucapkan dan meyakini kalimat tauhid (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ), maka dia adalah seorang muslim yang berhak mendapatkan perlindungan dari penguasa kaum Muslimin dan mendapatkan janji surga. Seorang muslim berhak atas hak wala’ (loyalitas) dari kaum Muslimin lainnya karena tauhid dan ketaatannya kepada Allah dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebaliknya, orang yang mengingkari kalimat tauhid dengan berbuat syirik -dengan kesyirikan yang membuatnya keluar dari Islam- maka orang tersebut harus diperangi dan berhak atas hak bara’ (kebencian) dari seluruh kaum Muslimin. Allah Ta’ala berfirman :

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّىٰ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian dan mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan al Kitab hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. [at Taubah/9:29].

Sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى.

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar melainkan Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka ada pada Allah Ta’ala.[12]

Perintah memerangi kaum kafir dan musyrik adalah karena kekufuran dan kemusyrikan mereka terhadap Allah Dzat yang menciptakan mereka- serta karena ‘aqidah mereka yang menyimpang dari ‘aqidah tauhid; bukan karena dendam pribadi, memperebutkan negara atau wilayah kekuasaan. Demikianlah perintah Allah kepada RasulNya, juga ummat ini untuk memerangi kaum musyrikin, agar manusia berbondong-bondong masuk agama Allah dan mentauhidkanNya.

Perintah memerangi, melawan dan membunuh orang kafir, maksudnya adalah kafir harbi (yang memerangi kaum muslimin). Adapun terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum Muslimin, maka kita diperintahkan untuk berbuat adil terhadap mereka dan tidak boleh men-zhaliminya. Kalau mereka kafir dzimmi (mendapat perlindungan dari pemerintahan Islam), atau mu’ahad (mengadakan perjanjian dengan pemerintahan Islam), atau musta’man (mendapat perlindungan keamanan dari pemerintahan Islam), maka mereka tidak boleh dibunuh. Allah Ta’ala berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al Mumtahanah/60 : 8].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam orang yang membunuh orang kafir mu’ahad atau dzimmi dengan hukuman yang keras. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا.

Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad, maka ia tidak akan mencium aroma surga. Padahal sesungguhnya aroma surga itu dapat tercium dari (jarak) perjalanan empat puluh tahun.[13]

Juga sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ قَتَلَ قَتِيْلاً مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا.

Barangsiapa yang membunuh seorang dari ahli dzimmah, maka ia tidak akan mencium aroma surga. Padahal sesungguhnya aroma surga itu dapat tercium dari (jarak) perjalanan empat puluh tahun.[14]

Hal ini menunjukkan bahwa, orang kafir saja tidak boleh ditumpahkan darahnya, apalagi terhadap seorang muslim.[15]

KEUTAMAAN TAUHID BAGI PRIBADI MUSLIM[1]
Pertama. Allah akan menghapus dosa-dosa orang yang bertauhid.
Dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman:

...يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً َلأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

"...Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula". [2]

Kedua. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat bagi orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka...” [ath-Thalaq/65: 2,3].

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah, jika ia tidak bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa, ia akan diberi jalan keluar dari berbagai problem hidupnya.[3]

Ketiga. Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hati seorang yang bertauhid dengan rasa cinta kepada iman, serta menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Allah Ta’ala berfirman:

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

...Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. [al Hujurat/49:7].

Keempat. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah. Dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.

Orang yang paling berbahagia dengan mandapat syafa’atku pada hari Kiamat, yaitu orang yang mengucapkan "Laa ilaaha illallaah" secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya. [4]

Kelima. Allah Ta’ala menjamin akan memasukkan seorang yang bertauhid ke Surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.

Barang siapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.[5]

مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.[6]

Keenam. Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan kepada orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. [Muhammad/47:7].

Ketujuh. Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi seorang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [an Nahl/16:97].

Kedelapan. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟

"Setelah penghuni surga masuk ke surga, dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka setelah itu Allah pun berfirman: 'Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman,’ maka mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di tepian sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?" [7]

Kesembilan. Tauhid merupakan penentu bagi diterima atau ditolaknya amal manusia.
Sempurna atau tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal, tetapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, yakni tidak mendatangkan kebahagiaan. Oleh karena itu, seluruh amal harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, baik berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [al Mulk/67:2].

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah menyebutkan dengan “amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal, disebut baik atau shalih, bila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad n . Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , pada hari Kiamat nanti, lebih berat timbangannya dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.

Kesepuluh. Orang yang bertauhid akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.
Orang yang tidak mentauhidkan Allah dengan sempurna, maka ia selalu was-was, ia selalu dalam keadaan takut dan tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau takut mempunyai anak lebih dari dua, takut terhadap masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al An’am/6:82].

KEUTAMAAN TAUHID BAGI MASYARAKAT MUSLIM[8]
Islam sebagai agama tauhid, adalah cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi ummat. Maksudnya, berpegang teguh kepada Islam, tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat. Bahkan dengan agama tauhid ini, ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari’at Islam. Tetapi harus diingat, kecocokan dan sesuainya Islam ini, bukan berarti Islam itu tunduk mengikuti perkembangan masa, tempat dan keadaan manusia sebagaimana dikehendaki oleh sebagian orang.

Agama Islam adalah agama yang benar, Allah Ta’ala menjanjikan kemenangan bagi orang-orang yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat, mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala (bentuk) perbuatan syirik, menuntut ilmu syar’i dan mengamalkan amal yang shalih. Allah Ta’ala berjanji, akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, meneguhkan agama mereka, serta menjadikan kehidupan mereka di dunia ini aman sentausa. Allah Ta'ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (an Nur/24:55). Lihat juga surat al A’raf ayat 96.

TASHFIYAH DAN TARBIYAH, KUNCI KEMBALINYA KEMULIAAN ISLAM[9]
Jalan untuk menuju kejayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan ummat ialah dengan mengadakan tashfiyah (pemurnian) dari sesuatu yang tidak dikenal dan telah menyusup masuk ke dalam syari’at Islam, seperti kesyirikan, pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah Ta’ala atau penakwilannya, penolakan hadits-hadits shahih yang berkaitan dengan ‘aqidah dan lainnya. Juga tashfiyah (pemurnian) ibadah dari berbagai macam bid’ah yang telah mengotori kesucian dan kesempurnaan agama Islam. Dan juga tashfiyah dalam bidang tafsir, fiqih, dan berbagai kemungkaran yang mengotori kesucian Islam.

Kemudian melakukan tarbiyah (pembinaan) generasi muslim di atas Islam yang telah bersih dari kemungkaran. Yakni dengan sebuah pembinaan secara Islam yang benar, sejak usia dini, dan tanpa terpengaruh oleh pendidikan ala barat yang kafir, kemudian menyatukan mereka dalam kesatuan ‘aqidah tauhid, yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah.

‘Aqidah Ahlus Sunnah merupakan jalan yang paling baik untuk menyatukan kekuatan kaum Muslimin dan kesatuan barisan mereka, untuk memperbaiki apa-apa yang rusak dari urusan agama dan dunia. Hal ini dikarenakan ‘aqidah Ahlus Sunnah mampu mengembalikan kaum Muslimin kepada al Qur`an dan Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, serta mengembalikan jalannya kaum Mukminin, yaitu jalan para sahabat Radhyallahu anhum. Keistimewaan ini tidak mungkin terealisasi pada suatu golongan manapun, atau lembaga da’wah manapun, atau organisasi manapun yang tidak menganut ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sejarah telah menjadi saksi dari kenyataan ini. Hanya negara-negara yang berpegang teguh kepada ‘aqidah Ahlus Sunnah sajalah yang dapat menyatukan kekuatan kaum Muslimin yang berserakan. Hanya dengan ‘aqidah Salaf sajalah, maka jihad serta amar ma’ruf dan nahi munkar itu tegak, dan tercapailah kemuliaan Islam.[10]

Dengan ‘aqidah Salaf ini, kaum Muslimin dan da’i-da’inya akan bersatu, sehingga dapat mencapai kemuliaan serta menjadi sebaik-baik ummat. Hal ini, karena ‘aqidah Salaf ini berdasarkan al Qur`an dan as Sunnah menurut pemahaman para sahabat. Adapun ‘aqidah selain ‘aqidah Salaf, ia tidak akan mengantarkan tercapainya persatuan, bahkan yang akan terjadi adalah perpecahan dan kehancuran. Sehingga tidak diragukan lagi, jalan menuju kemenangan dan kejayaan kaum Muslimin, ialah dengan kembali kepada ‘aqidah dan manhaj yang haq, yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah; ‘aqidah dan manhaj Salaf.

Imam Malik rahimahullah berkata:

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا.

Tidak akan dapat memperbaiki ummat ini, melainkan dengan apa yang telah membuat baik generasi pertama ummat ini (yaitu, sahabat).[11]

KHATIMAH: KITA MEMOHON ISTIQAMAH DI ATAS ISLAM DAN AS SUNNAH MENURUT PEMAHAMAN SALAFUSH-SHALIH RADHIYALLAHU ANHUM
Kita memohon kepada Allah Ta’ala, agar kita ditunjuki kepada jalan Islam dan as Sunnah mengikuti manhaj Salafush-Shalih dan istiqamah dalam keadaan mentauhidkan Allah Ta’ala, melaksanakan Sunnah Nabi  dan menjauhkan segala bentuk kesyirikan dan bid’ah. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan yang selamat mengikuti jejak para sahabat Radhiyallahu anhum . Dan mudah-mudahan Allah Ta’ala mengumpulkan kita di surga bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu anhum.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , keluarganya, para sahabatnya Radhiyallahu anhum, dan orang-orang yang mengikuti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kebaikan hingga akhir zaman. Dan akhir dari dakwah ini adalah segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam.

Kami tutup dengan do’a kaffaratul majelis:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin.


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun X/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

No comments:

Post a Comment