Perjalanan yang belum selesai (368)
(Bagian ke tiga ratus enam puluh delapan), Depok, Jawa
Barat, Indonnesia, 12 September 2015,
21.50 WIB).
Katrol jatuh di Mekah, tewaskan sedikitnya 107 jemaah
haji, 6 orang asal Indonesia.
Musibah seperti Katrol jatuh di Mekah, yang menewaskan
sedikitnya 107 jemaah haji, diantaranya 6 orang asal Indonesia adalah takdir
Allah yang sudah tertulis di kitab:.
"Lauh Mahfuzh" .
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima
puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no.
2653).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
Bahkan daun yang jatuh dari dahannya sudah ditentukan
Allah 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi dan seluruh alam.
Musibah yang menyebabkan kematian dan korban luka-luka
selain telah ditentukan Allah terjadi sebagai bentuk ujian, peringatan atau
azab.
Semuanya untuk kebaikan manusia agar semua selamat di
akherat, kalaupun ini adalah azab, tetapi merupakan azab yang dipercepat Allah
di dunia, Allah ingin agar hambanya tidak perlu di azab di akherat (abadi)
tetapi cukup azab di dunia (singkat dan ringan) sebagai penghapus dosa. Jadi
mereka yang tewas ketika ibadah Haji masuk kategori mati sahid, (dalam keadaan
seluruh dosanya diampuni Allah), sehingga surga menanti para korban meninggal.
Insya Allah.
Sebagai peringatan, karena manusia sudah terjerumus pada
perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan), dan saling membunuh sesama manusia
(berbuat zholim), diantaranya perang di Ukraina Timur, Suriah, Irak, Afghanistan,
Afrika Utara, Yaman dan keserakahan manusia atas harta kekayaan dan kekuasaan.
(BBC) - Jumlah korban meninggal asal Indonesia akibat
insiden jatuhnya katrol di Masjidil Haram, Mekah, bertambah menjadi enam orang.
Kepastian tersebut dikemukakan Pelaksana Fungsi
Penerangan Sosial Budaya Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Sharif Shahab.
“Warga negara Indonesia yang meninggal akibat insiden
crane telah mencapai enam orang. Apabila diakumulasikan dengan korban cedera,
seluruh korban berjumlah 37 orang,” ujar Sharif kepada wartawan BBC Indonesia,
Jerome Wirawan.
Sebelumnya, dua korban meninggal asal Indonesia diketahui
berasal dari embarkasi Medan (MES 09) dan embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03).
Adapun tambahan empat korban meninggal terdiri dari dua
orang dari embarkasi Medan, seorang dari embarkasi Padang, dan seorang lainnya
dari embarkasi Jakarta-Bekasi.
Penyebab
Untuk meninjau skala kerusakan dan tingkat keselamatan di
sekitar Masjidil Haram, Gubernur wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal,
memerintahkan digelarnya investigasi.
Namun, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil Arab
Saudi, Suleiman bin Abdullah al-Amr, mengklaim bahwa angin kencang ialah
penyebab jatuhnya katrol yang menimpa Masjidil Haram di Mekah sehingga
menewaskan sedikitnya 107 orang, pada Jumat (11/09).
Menurutnya, angin saat itu berkecepatan 83 km/jam diikuti
hujan deras yang merubuhkan pohon dan rambu-rambu jalan.
Saat diwawancarai stasiun televisi Al-Arabiya, Al-Amr
juga membantah laporan yang menyebutkan petir telah menghantam katrol sampai
alat itu ambruk.
Angin kencang
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, angin yang
bertiup di kawasan Masjidil Haram sebelum katrol ambruk memang amat kencang.
Dave Ariant Yusuf, seorang pembimbing ibadah haji sebuah
biro perjalanan asal Indonesia, menyaksikan bagaimana angin menyebabkan
plastik, kardus, dan beragam sampah beterbangan hingga mencapai ketinggian
lantai enam kamar hotel tempat dia menginap. Hotel itu terletak sekitar 50
meter dari halaman Masjidil Haram.
“Langit menjadi gelap. Tiupan angin sangat kencang dan
tiba-tiba jendela kamar hotel bergetar. Hujan lalu turun sangat deras dan
bertahan sampai 30 menit. Kemudian mendadak ada bunyi dentuman keras.
Belakangan saya tahu bahwa itu adalah bunyi saat crane jatuh,” kata Dave.
Cendekiawan Arab Saudi mengkritik pemerintah yang
seharusnya memperhatikan keselamatan warga dan calon haji.
Keselamatan
Lepas dari faktor cuaca, Irfan Al-Alawi dari Islamic
Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekah, mengatakan pemerintah Arab
Saudi seharusnya memikirkan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat
15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram.
“Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab
Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada
800.000 orang di kawasan masjid saat insiden berlangsung,” kata Al-Alawi.
Al-Alawi ialah salah seorang cendekiawan yang lantang
mengkritik pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram. Menurutnya,
pembangunan itu menghancurkan jejak-jejak nyata semasa Nabi Muhammad hidup.
Konstruksi tersebut memperluas area di sekitar Masjidil
Haram hingga 400.000 meter per segi sehingga bisa menampung 2,2 juta orang
sekaligus.
Pemerintah Arab Saudi mulai menggelar investigasi atas
insiden jatuhnya katrol pada atap Masjidil Haram di Kota Mekah sehingga
menewaskan sedikitnya 107 orang, termasuk dua warga negara Indonesia.
Investigasi itu dilakukan menyusul perintah Gubernur
wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal, sesaat setelah sebuah katrol merah
ambruk dan menimpa Masjidil Haram, pada Jumat (11/09).
Sebelumnya, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil
Arab Saudi, Letnan Sulayman Bin-Abdullah al-Amr, mengatakan angin kencang
berkecepatan 83 km/jam dan hujan deras merupakan penyebab insiden.
Faktor keselamatan terkait konstruksi di sekitar Masjidil
Haram mendapat sorotan.
Lepas dari faktor cuaca, Irfan Al-Alawi dari Islamic
Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekah, mengatakan pemerintah Arab
Saudi seharusnya memikirkan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat
15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram.
“Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab
Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada
800.000 orang di kawasan masjid saat insiden berlangsung,” kata Al-Alawi.
Al-Alawi ialah salah seorang cendekiawan yang lantang
mengkritik pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram. Menurutnya,
pembangunan itu menghancurkan jejak-jejak nyata semasa Nabi Muhammad hidup.
Konstruksi tersebut memperluas area di sekitar Masjidil
Haram hingga 400.000 meter per segi sehingga bisa menampung 2,2 juta orang
sekaligus.
Jumlah korban cedera asal Indonesia mencapai 31 orang.
Santunan
Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia akibat
insiden jatuhnya katrol di Masjidil Haram mencapai 107 orang dan mencederai 230
lainnya.
Jumlah tersebut meliputi enam korban meninggal asal
Indonesia diantaranya bernama Masnauli Hasibuan dari embarkasi Medan (MES 09)
dan Siti Rasti Darmini dari embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03).
Adapun jumlah korban WNI yang cedera mencakup 31 orang.
Mereka dirawat di berbagai tempat, termasuk di Rumah Sakit An Nur, Rumah Sakit
Jahir, dan Rumah Sakit King Abdullah.
Dari keterangan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian
Agama, tim Konsulat Jenderal RI dan tim Haji masih melakukan pencarian untuk
menyelisik kemungkinan adanya korban WNI yang lain mengingat jamaah haji
Indonesia merupakan jamaah terbesar.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berjanji pemerintah
akan memberi santunan bagi korban meninggal maupun luka.
“Tentu pemerintah akan memberikan santunan bagi korban
jiwa maupun korban luka yang mengalami cacat fisik sebagaimana ketentuan
asuransi yang ada pada setiap jamaah haji kita,” ujarnya.
Kejadian ambruknya katrol di Masjidil Haram, Mekah, Arab
Saudi, pada Jumat (11/09), telah menyebabkan sedikitnya 107 orang meninggal
dunia. Insiden yang berlangsung menjelang prosesi haji tersebut ialah salah
satu yang terfatal dalam 28 tahun terakhir.
Berikut sembilan insiden paling fatal terkait pelaksanaan
rangkaian ibadah haji di Arab Saudi
2015: Sedikitnya 107 orang meninggal dan ratusan lainnya
cedera ketika sebuah katrol ambruk sehingga menimpa atap Masjidil Haram.
2006: Lebih dari 360 calon haji meninggal akibat
terinjak-injak massa yang tengah menjalani ritual lempar jumrah di Mina, sebuah
lembah di gurun yang terletak lima kilometer dari Kota Mekah. Pada musim haji
itu pula, sebuah gedung tingkat delapan yang berfungsi sebagai tempat
penginapan di dekat Masjidil Haram ambruk dan menyebabkan sedikitnya 73 orang
meninggal dunia.
2004: Massa yang berdesakan di Mina mengakibatkan ratusan
orang terinjak-injak. Akibatnya, 244 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya
cedera pada hari terakhir pelaksanaan ibadah haji.
2001: Sedikitnya 35 calon haji meninggal akibat
terinjak-injak massa di Mina pada hari terakhir ibadah haji.
Tak kurang dari dua juta jiwa mengikuti ibadah haji di
Arab Saudi, tahun ini.
1998: Sekitar 180 calon haji terinjak-injak massa yang
panik setelah beberapa di antara mereka jatuh dari jembatan layang saat
pelaksanaan ritual jumrah di Mina.
1997: Tak kurang dari 340 calon haji meninggal dunia
akibat kebakaran di perkampungan tenda di Mina. Lebih dari 1.500 orang cedera.
1994: Sekitar 270 calon haji meninggal lantaran
terinjak-injak massa saat pelaksanaan ritual jumrah di Mina.
1990: Insiden paling fatal terjadi ketika massa
berdesakan di terowongan menuju Mekah. Sebanyak 1.426 orang meninggal dunia.
1987: Bentrokan antara calon haji dari Iran dan aparat
Arab Saudi menyebabkan 402 orang meninggal dunia. Catatan pemerintah Arab Saudi
menyebutkan para korban terdiri dari 275 orang asal dari Iran, 85 warga dan
aparat Saudi, dan 42 lainnya ialah calon haji dari berbagai kewarganegaraan.
Adapun lebih dari 600 orang lainnya menderita cedera.
KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا،
وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya,
dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.” [1]
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ
الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya
meniadakan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan
kotoran (karat) besi, emas dan perak, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur
melainkan Surga.”[2]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Aku
mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ حَجَّ ِللهِ عزوجل فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ
كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
‘Barangsiapa melakukan haji ikhlas karena Allah Azza wa
Jalla tanpa berbuat keji dan kefasiqan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana
waktu ia dilahirkan oleh ibunya.’”[3]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اَلْغَازِي فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ،
وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ. وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ.
“Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang
menunaikan haji dan umrah, adalah delegasi Allah. (ketika) Allah menyeru
mereka, maka mereka memenuhi panggilan-Nya. Dan (ketika) mereka meminta
kepada-Nya, maka Allah mengabulkan (pemintaan mereka).” [4]
Haji Beserta Umrah Adalah Kewajiban Yang Dilakukan Sekali
Dalam Seumur Hidup, Bagi Setiap Muslim, Baligh, Berakal, Merdeka Serta Mampu
Firman Allah Ta’ala:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا
وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُ
كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ
سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk
(tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) men-jadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali ‘Imran: 96-97]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di tengah-tengah kami,
beliau bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوْا،
فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَسَكَتَ، حَتَّىٰ قَالَهَا ثَلاَثاً،
ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَوْ قُلْتُ نَعَمْ، لَوَجَبَتْ،
وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ. ثُمَّ قَالَ: ذَرُوْنِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ
مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَىٰ أَنْبِيَائِهِمْ،
فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ
عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ.
“Telah diwajibkan atas kalian ibadah haji, maka
tunaikanlah (ibadah haji tersebut).” Lalu ada seorang berkata, “Apakah setiap
tahun, wahai Rasulullah?” Lalu beliau diam sampai orang tersebut mengatakannya
tiga kali, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Andaikata aku menjawab ya, niscaya akan menjadi suatu kewajiban dan niscaya
kalian tidak akan mampu (melaksanakannya).” Kemudian beliau bersabda,
“Biarkanlah aku sebagaimana aku membiarkan kalian. Sesungguhnya yang
membinasakan orang-orang sebelum kalian ialah banyak bertanya dan banyak
berselisih dengan Nabi mereka. Apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kalian,
maka laksanakanlah semampu kalian. Dan apabila aku melarang sesuatu, maka
tinggalkanlah.” [5]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ، شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
‘Islam dibangun atas lima pilar: (1) Persaksian bahwa
tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4)
haji ke Baitullah, dan (5) berpuasa Ramadhan.’” [6]
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
هَذِهِ عُمْرَةٌ اسْتَمْتَعْنَا بِهَا، فَمَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ
الْهَدْيُ فَلْيَحِلَّ الْحِلَّ كُلَّهُ، فَإِنَّ الْعُمْرَةَ قَدْ دَخَلَتْ فِي الْحَجِّ
إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Ini adalah ibadah umrah yang kita bersenang-senang
dengannya. Barangsiapa yang tidak memiliki hadyu (binatang kurban), maka
hendaknya ia bertahallul secara keseluruhan, karena ibadah umrah telah masuk
kepada ibadah haji sampai hari Kiamat.” [7]
Dari Shabi bin Ma’bad, ia berkata, “Aku pergi menemui
‘Umar, lalu aku berkata kepadanya:
يَا أَمِيْرَ الْمُؤمِنِيْنَ، إِنِّي أَسْلَمْتُ، وَإِنِّي وَجَدْتُ
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ مَكْتُوبَيْنَ عَلَيَّ، فأَهْلَلْتُ بِهِمَا، فَقَالَ: هُدِيْتَ
لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ.
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah masuk
Islam, dan aku yakin bahwa diriku telah wajib menunaikan ibadah haji dan umrah,
lalu aku mulai mengerjakan kedua ibadah tersebut.’ Lalu beliau berkata, ‘Engkau
telah mendapat-kan petunjuk untuk melaksanakan Sunnah Nabimu.’” [8]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal
Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi
Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
No comments:
Post a Comment