Perjalanan yang belum selesai (373)
(Bagian ke tiga ratus tujuh puluh tiga), Depok, Jawa
Barat, Indonnesia, 19 September 2015, 02.19
WIB).
Telitilah (pelajari) apa yang telah diciptakan Allah
Ayat pertama yang diturunkan (diwahyukan) Allah melalui
melaikat Jibril adalah perintah Iqro (Bacalah) kepada Nabi Muhammad. Artinya
walaupun Nabi Muhammad dalam keadaan buta huruf tetap saja Allah memerintahkan
Nabi Muhammad untuk belajar , dengan menghafal atau mengingat ilmu Allah yang
berupa ayat Al Quran dan Sunnah (al-hikmah).
Di dalam isi Al quran Allah memberitahu manusia bahwa
Bumi, dan seluruh alam raya dan semua mahluk diciptakan oleh Allah bahkan Allah
telah menetapkan takdir semua mahluk, bahkan daun yang jatuh dari dahannya
sudah ditulis Allah di dalam kitab:
"Lauh Mahfuzh" .
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima
puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no.
2653).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
Allah juga yang mengatur dan menjaga bintang, dan seluruh
yang ada di jagat raya ini, dan mempersilahkan meneliti baik secara ilmiah dan empriris
segala hal yang telah diciptakan Allah, agar manusia semakin mengetahui
kebenaraan Keesaan Allah, dan agar manusia diperintahkan hanya beribadah untuk
Allah, bukan untuk selain Allah atau melarang berbuat syirik (menyekutukan
Allah) dan dilarang tetap kafir.
(BBC) - Gambar-gambar
baru dari pesawat ruang angkasa New Horizons NASA menangkap kabut dataran
rendah yang menempel ke permukaan Pluto.
Pemandangan pegunungan terjal planet Pluto dan dataran
yang menyapu juga terlihat dari gambar-gambar tersebut.
Prof Alan Stern, kepala ilmuwan kepala misi tersebut
mengatakan, "Gambar ini benar-benar membuat Anda merasa Anda berada di
sana, di Pluto, mensurvei kondisi dengan sendiri."
"Tapi gambar ini juga merupakan penemuan baru dalam
ilmu pengetahuan, mengungkap dengan rinci suasana Pluto, pegunungannya, gletser
dan dataran," tambahnya.
New Horizons memperoleh banyak perhatian setelah pesawat
itu melewati Pluto 14 Juli lalu, pada jarak 12,500km.
(NASAImage copyrightNASA)
Topografi NASA mulai lebih banyak diketahui sejak adanya
New Horizons
Para ilmuwan mengatakan kabut memberikan bukti lebih
lanjut mengenai adanya air di Pluto seperti halnya di bumi, tetapi melibatkan
jenis es yang berbeda.
Pesawat ruang angkasa NASA memulai pendataan selama
setahun awal bulan ini, sehingga memungkinkan para ilmuwan untuk melanjutkan
analisia topografi mereka.
Sebuah pemandangan baru dari sabit Pluto dikirm ke bumi
pada 13 September lalu.
Cahaya dramatis dari matahari membantu menyoroti planet
kerdil tersebut dari beragam medan dan lebih dari selusin lapisan kabut di
atmosfer.
ARTI PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN
al-Qur’anul karim sebagai kitab pedoman berisi berbagai
pembahasan bermanfaat yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam segala kondisi.
Misalnya, dalam metode pembelajaran dan cara menanamkan sebuah nilai dalam hati
seseorang. Metode yang dipakai adalah metode yang simpel dan paling jelas.
Diantara metodenya yaitu dengan membuat perumpamaan-perumpamaan. Metode ini
dipakai untuk menyampaikan masalah-masalah yang sangat urgen dan krusial,
seperti masalah tauhid dan kondisi orang-orang yang mentauhidkan Allâh Azza wa
Jalla , masalah syirik dan kondisi kaum musyrik, dan berbagai amalan besar
lainnya. Tujuannya tentu untuk memahamkan dan menanamkan nilai-nilai luhur yang
abstrak dengan cara menggambarkannya dengan sesuatu yang kongkrit sehingga
seakan-akan terlihat mata. Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi
seorang hamba untuk memperhatikannya dan berusaha untuk memahami maksud
perumpamaan-perumpamaan itu.
WAHYU DAN ILMU DIUMPAMAKAN DENGAN AIR HUJAN
Allâh Azza wa Jalla telah mengumpamakan wahyu dan ilmu
yang Allâh Azza wa Jalla turunkan kepada para rasul-Nya dengan hujan, sementara
hati diumpamakan dengan bumi dan lembah. Pengaruh ilmu dan wahyu pada hati
diumpamakan dengan pengaruh hujan pada tanah bumi. Diantara tanah itu ada yang
subur yang bisa menyerap air dan menumbuhkan rerumputan, sebagaimana hati yang
bisa memahami wahyu Allâh Azza wa Jalla dan merealisasikannya dalam kehidupan.
Diantara tanah itu juga ada tanah yang bisa menampung air
akan tetapi tanaman tidak bisa tumbuhdi atasnya. Orang bisa memanfaatkan air
yang ditampung ini untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti minum, mandi, makan
dan lain sebagainya. Ini merupakan permisalan bagi hati orang yang bisa
menghafal wahyu lalu dia juga menyampaikanya ke orang lain, cuma dia tidak bisa
memahaminya secara mendalam. Orang seperti ini masih baik, namun derajatnya
berada dibawah derajat hati orang pada golongan pertama.
Kemudian ada juga tanah yang tidak bisa menampung air dan
tidak bisa menumbuhkan rerumputan. Ini adalah perumpamaan bagi hati yang tidak
bisa mengambil manfaat sama sekali dari wahyu, baik secara ilmu, hafalan atau
pun praktek.
Sisi persamaan antara antara hati dan tanah atau bumi
dalam perumpamaan di atas nampak begitu jelas, begitu juga sisi persamaan
antara hujan dan wahyu. Hujan merupakan sumber kehidupan fisik manusia dan
sumber rezeki, sebagaimana wahyu dan ilmu merupakan sumber kehidupan ruhani
atau hati manusia.
KALIMAT TAUHID DIUMPAMAKAN DENGAN POHON YANG BAIK
Allâh Azza wa Jalla juga mengumpamakan kalimat tauhîd
dengan pohon yang baik yang senantiasa berbuah setiap waktu.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ﴿٢٤﴾تُؤْتِي أُكُلَهَا
كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. [Ibrahim/14 : 24-25]
Begitu juga pohon tauhîd yang tertanam dalam hati
seseorang. Dia juga akan senantiasa mendatangkan buah atau manfaat. Diantara
buah tauhîd yaitu niat yang baik, akhlaq mulia serta amal shalih. Manfaat ini
tidak hanya dirasakan oleh orang yang bertauhid, tapi juga dirasakan oleh orang
lain.
KAUM MUSYRIKIN DISAMAKAN DENGAN LABA-LABA
Allâh Azza wa Jalla mengumpamakan syirik dan kaum musyrik
yang mencari perlindungan kepada selain Allâh Azza wa Jalla seperti laba-laba
yang merajut sarangnya. Karena sarang laba-laba adalah sarang yang paling lemah
[2], sehingga tindakannya membuat sarang hanya akan membuatnya semakin lemah.
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ
كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ
الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui. [al-Ankabut/29 : 41]
Begitu juga kaum musyrikin yang mengambil pelindung
selain Allâh Azza wa Jalla. Tindakan itu hanya akan semakin memperlemah diri
mereka sendiri, karena hatinya sudah putus hubungan dengan Allâh Azza wa Jalla
. Hati seperti ini akan sangat rapuh dari semua sisi, ditambah dengan
ketergantungannya kepada makhluk, maka dia akan semakin rapuh. Dia mengira
makhluk bisa memberikan manfaat dan menyelamatkannya dari bahaya, padahal sama
sekali tidak.
Kondisi jelas sangat berbeda dengan kondisi hati kaum
Muslimin yang hanya bergantung kepada Allâh Azza wa Jalla. Hatinya tangguh
sesuai dengan kekuatan imannya, tauhidnya dan ketergantungannya kepada Allâh
Azza wa Jalla yang mengatur segala sesuatu. Seperti hati kaum Muslimin yang
istiqâmah di atas aturan agamanya. Perkataan dan perbuatannya tetap baik,
terbebas dari perbudakan makhluk, tidak bergantung dengan mereka sama sekali.
Ini berbeda dengan kaum musyrikin yang diibaratkan dengan
orang bisu lagi tuli, yang hanya menjadi beban. Dia tidak bisa mendatangkan
kebaikan, meskipun diberi berbagai pengarahan. Hatinya akan sentiasa bergantung
dengan makhluk, sehingga secara tidak langsung telah diperbudak dan tidak
memiliki kebebasan. Juga diperumpamakan oleh Allâh Azza wa Jalla dengan orang
yang terjatuh dari ketinggian lalu disambar burung dan selanjut dicabik-dicabik
sampai tidak berbentuk.
حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي
بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu
dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh. [al-Hajj/22 : 31]
Seandainya semua yang mereka anggap tuhan itu berkumpul
untuk membuat makluk yang paling kecil yaitu lalat mereka tidak akan bisa
melakukannya. Lalu bagaimana kalau mereka seorang diri ? Jangankan menciptakan
lalat, mengembalikan dan merebut kembali makanan yang diambil lalat pun mereka
tidak bisa. Adakah kelemahan yang lebih parah dari ini ? Adakah kedunguan yang
lebih buruk dibandingkan kedunguan kaum musyrikin ? Kondisi ini diperparah lagi
dengan banyaknya tuhan sesembahan mereka yang menyebabkan mereka tidak mungkin
meraih ridha dari semuanya. Orang seperti ini senantiasa dirundung nestapa dan
diterpa penderitaan yang bertubi-tubi.
Seandainya kaum musyrikin menyadari sebagian dari
keburukan ini, tentu dia akan berupaya menyelamatkan dirinya dari berbagai
keburukan itu. Dia juga akan menyadari bahwa selama ini dia telah
menyia-nyiakan akal pikiran mereka setelah tidak peduli dengan agama mereka.
Ini sangat bertolak belakang dengan kaum Muslimin yang hanya menghambakan diri
kepada Allâh Azza wa Jalla . Hati mereka tenang di atas agama yang haq. Mereka
juga menyadari bahwa buah yang akan didapatkannya jauh lebih baik yaitu
kebahagian abadi dalam kehidupan yang juga abadi.
AMAL SEORANG HAMBA IBARAT KEBUN
Dalam perumpamaan lain, Allâh Azza wa Jalla mengumpamakan
amal perbuatan seperti kebun.
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ
اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ
فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun
itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
[al-Baqarah/2 : 265]
Allâh Azza wa Jalla menyebutkan suatu amalan yang
dilakukan dengan ikhlas, bersih dari segala yang bisa merusaknya ibarat kebun
yang berlokasi ditempat terbaik, cukup angin dan sinar matahari serta tidak
kekuarangan pasokan air. Tanah seperti ini meskipun tidak terkena hujan lebat,
misalnya hanya gerimis maka itu sudah cukup untuk menjadikannya media tanam
yang subur. Kalau unsur-unsur ini sudah terpenuhi, maka tentu buah yang
dihasilkannya akan sangat memuaskan, daunnya lebat dan rindang serta udaranya
sejuk. Sang pemilik akan senantiasa memetik hasilnya tanpa merasa khawatir.
Namun jika mereka ditimpa musibah atau tertimpa
kekeringan lalu terbakar.
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ
وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ
فَاحْتَرَقَتْ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai
kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai
dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada
orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu
ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. [al-Baqarah/2
: 266]
Maka itu merupakan perumpamaan orang yang melakukan suatu
amalan lalu dia melakukan sesuatu yang merusak dan menghancurkan apa yang telah
diperbuatnya, seperti kesyirikan, nifâq atau perbuatan maksiat lainnya yang
bisa melenyapkan pahala. Alangkah ruginya !
Dari perumpamaan ini, kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa orang yang tidak memiliki iman sama sekali ibarat orang yang tidak
memiliki kebun sama sekali.
Sisi persamaan antara amal dan kebun yaitu kwalitas
sebuah lahan sangat dipengaruhi oleh kecukupan air, kesuburan lahan dan
kebaikan tempat. Begitu juga dengan amal perbuatan. Amal perbuatan itu sangat
dipengaruhi wahyu yang diturunkan sebagai nutrisi hati. Kemudian si pelaku juga
sudah melengkapi semua syarat diterimanya amal sehingga membuahkan hasil yang
memuaskan.
Dan masih banyak sekali perumpaman yang dibawakan oleh
Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur'an. Berbagai perumpamaan ini hanya bisa
dipahami oleh orang-orang yang berakal. Ketika perumpamaan-perumpamaan ini
diterapkan pada suatu yang diperumpamakan, maka semuanya akan nampak jelas
maksudnya.
(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân
bin Nâshir as-Sa`di, Kaidah ke-22)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun
XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
No comments:
Post a Comment