!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, April 2, 2014

Bukan Cuma Gubernur Jakarta Joko Widodo yang Diancam Dibunuh, Sukiyat Juga .

Bukan Cuma Gubernur Jakarta Joko Widodo  yang Diancam Dibunuh, Sukiyat Juga .

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang kabinet paripurna hari Selasa (1/4) soal adanya ancaman terhadap keselamatan calon presiden membuat banyak pihak kaget sekaligus risau. Apalagi, Presiden SBY juga mengatakan tidak menganggap enteng isu tersebut dan meminta pengamanan langsung kepada kepolisian.

"Saya tidak menganggap enteng isu ini, lebih bagus negara proteksi, kepolisian mengambil pengamanan langsung secara fisik terhadap tokoh-tokoh itu," ujar SBY.

Terkait pernyataan Preisden SBY itru, pihak PDIP pun mengkhawatirkan keselamatan Joko Widodo alias Jokowi, calon presiden yang akan diusung PDIP dan diisukan mendapat ancaman akan dibunuh. Itu sebabnya, PDIP meminta Gubernur DKI Jakarta itu mengurangi aktivitas blusukan, yang selama ini menjadi cirinya. “Pak Jokowi kan sudah dicalonkan. Sebagai partai yang mencalonkan, kami juga ikut memproteksi keselamatan dia. Untuk kampanye, memang sekarang dia tidak sebebas dulu,” ujar politisi senior PDIP Pramono Anung.

Rabu kemarin (2/4), sekelompok anak-anak muda yang membawa bendera Aliansi Warga Jakarta ikut mengekspresikan kecemasan mereka atas ancaman terhadap keselamatan calon presiden, khususnya Jokowi, lewat unjuk rasa. Sekitar 50 anak muda itu menuntut pemerintah agar melindungi Gubernur DKI Jakarta Jokowi. “Selamatkan Jokowi! Selamatkan gubernur kami!” kata Bintang, yang berorasi di depan Balai Kota DKI Jakarta. Unjuk rasa juga mereka lakukan di depan Istana Merdeka dan sempat dihalau oleh aparat kepolisian.

Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman, aparat kepolisian memang sudah memberi pengamanan terhadap calon legislatif (caleg) dan calon presiden yang bertarung di Pemilihan Umum 2014. Polisi mengantisipasi ancaman pada peserta pemilu. "Operasi kami untuk seluruh tokoh, seluruh masyarakat yang melaksanakan pemilu, bisa caleg, capres, cawapres yang sudah di-declare, semuanya menjadi tanggung jawab Polri dan aparatur keamanan lainnya untuk lakukan pengamanan," kata Sutarman di kantor presiden, Jakarta, Selasa (1/4). Polisi, lanjut Sutarman, sekarang ini sudah memberikan pengawalan terutama terhadap seluruh calon presiden yang sudah mendeklarasikan diri. Misalnya capres dari Partai Golkar Aburizal Bakrie, capres dari PDIP Joko Widodo atau Jokowi, capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan capres dari Partai Hanura Wiranto.

"Semuanya akan kami lakukan pengamanan, walaupun tentunya masih menunggu KPU siapa calon presiden dan wakil presiden. Tapi karena sudah di-declare ke publik tentunya ini jadi tanggung jawab kami," ungkap Sutarman.

Jokowi  sendiri tampaknya sudah tahu adanya ancaman itu sejak jauh-jauh hari. Namun, seperti kebiasaannya selama ini yang suka meremehkan persoalan, Jokowi  mengaku tak risau dengan kabar ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada dirinya. Jokowi tidak khawatir jika memang benar ancaman itu menghampiri dirinya. Dia mengatakan merasa aman karena selama ini selalu mendapat pengamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

"Satpol PP yang jaga saya banyak, ada tujuh ribu Satpol PP," kata Jokowi usai upacara peringatan HUT Ke-64 Satpol PP DKI Jakarta dan HUT ke-52 Satlinmas di Lapangan Silang Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (27/3).

Jokowi juga seakan ingin menegaskan bahwa dirinya tak membutuhkan pengamanan dari polisi. Ia membenarkan mendapatkan tambahan pengamanan setelah menjadi bakal calon presiden. Namun, katanya, bantuan pengamanan diberikan oleh Polda Metro Jaya, bukan karena dirinya yang meminta bantuan tersebut.

"Kalau pengamanan, kami kan sudah diberi dari polda. Sudah ada dulu enam, ditambah lagi jadi dua belas. Sudah memang diberi," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (1/4).

Jokowi juga mengatakan tidak merasa ancaman itu ada. Ia merasa biasa-biasa saja. "Tidak ke mana-mana, saya biasa aja. Kok, merasa? He-he-he…. Biasa ajalah, biasa. Tapi, saya diberi dari polda dari Polri, ya, dipake," tuturnya.

Memang, sejak tahun 2013 lalu, terkait melesatnya elektabilitas Jokowi sebagai capres, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menyatakan, Jokowi rentan dibunuh lawan-lawan politiknya. Sebastian pun menyarankan Jokowi agar tepat memilih strategi untuk menyikapi hasil-hasil survei yang semuanya menempatkan elektabilitas dirinya di puncak.

"Apabila salah, keselamatan nyawanya bisa sangat terancam," ujar Sebastian Salang di Jakarta pada 27 Agustus 2013 lalu. Sebastian yang juga menegaskan, pembunuhan terhadap Jokowi sangat dimungkinkan.

"Apabila ada perasaan dikhianati, tindakan politik balas dendam, ini risikonya bisa kematian. Politik bisa menggunakan banyak cara untuk itu," katanya.

Soal adanya ancaman juga bukan hanya melanda Jokowi. Bahkan, pioner mobil Esemka yang dulu sempat dijadikan ikon atas keberhasilan Jokowi, H Sukiyat, pada tahun 2012 lampau juga mengaku mendapat ancaman dari berbagai pihak.

Ancaman yang ditujukan kepada pengusaha bengkel mobil dari Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, itu tak terlepas dari aksi protesnya atas kebohongan Jokowi tentang mobil Esemka. Sebagai orang yang terlibat dalam pembuatan mobil itu, Kiyat mengatakan sebagian besar komponen mobil Esemka mencomot dari komponen mobil-mobil lain.

Kiyat pun menyatakan silahkan saja pihak lain membantah pernyataannya. “Toh ada saksinya, Kepala SMK Trucuk, yang tahu persis di mana membeli komponen yang comotan itu,” tutur Kiyat.

Menurut dia, dirinya hanya membeberkan masalah teknis apa adanya, seperti yang dia ketahui. “Tapi rupanya ada sejumlah pihak yang tidak senang dengan apa yang saya beberkan,” ujar Kiyat kepada solopos.com, 4 Maret 2012 lampau.

Kiyat mengaku dirinya pasrah saja, tapi dirinya merasa lega telah membeberkan masalah mobil Esemka sesuai apa adanya. “Prinsipnya, saya bukan orang politik, saya orang teknik. Jadi, yang saya ungkapkan masalah teknis sesuai dengan pengetahuan saya,” ujar Kiyat.

Selain itu, pada lain kesempatan, Kiyat juga menyatakan pernyataan Joko Widodo soal harga mobil Esemka yang berkisar Rp 90 juta sampai Rp 120 juta itu tidak benar alias bohong. Karena, harga pembuatan mobil tersebut saja sudah Rp 200 jutaan.

"Kalau untuk membuat dengan harga Rp 90 juta sampai Rp 120 juta itu juga bisa. Hanya saja, dengan dana sebesar itu, kualitasnya berbeda, yaitu di bawah mobil Esemka. Kalau ada yang mau mobil harga Rp 90 juta sampai Rp 120 juta, saya bisa membuatkan. Harga berbeda, kualitas berbeda," kata Sukiyat kepada Rakyat Merdeka Online di Trucuk, Klaten, 31 Mei 2012 lampau.

Sukiyat pun membeberkan, mobil Esemka hanyalah rakitan, bukanlah buatan orisinal. Teknologi mobil Esemka, menurut Sukiyat, mengadopsi dari Jerman, Jepang, dan Cina. "Untuk pemilihan teknologi alat seperti oven, alat mixing, dan alat lainnya mengadopsi teknologi Jerman, Cina, dan Jepang. Kami membuat bodi, jok, interior, dan eksterior. Sisanya beli. Jadi, bisa dibilang, saya hanya merakit," ujar Sukiyat.

Mobil Esemka hanyalah rakitan yang menggunakan sejumlah komponen dari mobil lain karena di Indonesia belum dapat memproduksi gigi transmisi. Salah seorang pengamat otomotif yang ditemui Rakyat Merdeka Online, Danie H Soe’oed, bahkan membeberkan komponen yang melekat pada mobil Esemka. Menurut dia, mesin mobil Timor digabung transmisi nyomot mobil Cina. Danie juga menunjuk  frame kaca depan-belakang mengambil Daihatsu Espass, lampu belakang dari Panther, sedangkan lampu depan punya Honda CRV. Untuk komponen kaki-kaki, mobil Esemka menggunakan L-300 dan Kijang.

Namun, Jokowi sendiri dengan gagahnya di hadapan banyak wartawan mengatakan mobil Esemka akan menjadi mobil nasional dan yakin diproduksi massal. Padahal, Sukiyat sebagai orang yang menjadi pelopor saja merasa tak yakin. "Perkembangan selanjutnya akan mandek. Bikin banyak-banyak juga buat apa?" kata Sukiyat.

Jadi ingat peletakan batu pertama proyek monorel yang bak pementasan teater itu. Juga ingat bagaimana dengan gagahnya Jokowi bilang akan mendatangkan ribuan bus untuk TransJakarta, bus dari Cina. Bahkan, seorang sopir bus pun tertawa mendengar pernyataan itu. “Bus dari Cina? Siapa yang bisa ngebetulin kalau rusak? Emang ada onderdilnya di sini?” kata sopir bus asal Tegal, Jawa Tengah, yang tak mau disebutkan namanya itu. Lagi pula, mana bus yang ribuan itu? Masih di Hong Kong?

Kata orang Betawi: ngomong sepelampangan, ditaker kagak ada secentong..

No comments:

Post a Comment