ASATUNEWS - Keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai bakal calon presiden tidak memberikan dampak signifikan terhadap perubahan peta politik nasional. Pencapresan Jokowi dinilai tidak berpengaruh terhadap suara PDI-P.
"Jadi tidak setinggi yang diasumsikan oleh beberapa lembaga survei sebelumnya kalau Jokowi resmi dicalonkan akan memberikan boom," ujar Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan (3/4/2014).
Djayadi mengatakan, berkaca dari hasil survei, pencapresan Jokowi tidak berdampak signifikan terhadap elektabilitas partai politik selain PDI-P. Ia mengungkapkan, peringkat parpol dalam hal elektabilitas tidak mengalami pergeseran berarti pasca deklarasi Jokowi sebagai bakal capres dari PDI-P.
Secara elektabilitas, dari survei SMRC, peringkat partai politik relatif sama dibandingkan survei sebelumnya. PDI-P berada di urutan pertama (20,9 persen), disusul Golkar (16,1 persen), dan Gerindra (10,5 persen). Sepuluh parpol diprediksi lolos ke parlemen.
"Jadi tidak setinggi yang diasumsikan oleh beberapa lembaga survei sebelumnya kalau Jokowi resmi dicalonkan akan memberikan boom," ujar Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan.
Menurut TM2000 dalam kultwitnya hari ini, Rabu (9/4/14) menuliskan bahwa Jokowi tidak meningkatkan suara PDIP yang signifikan.
"Dengan 19% PDIP gagal total. Jokowi effect = NOL. Bahkan minus. Kenapa? Karena captive PDIP saja 16-17%. Marhenis Soekarnois Nasionalis, Artinya, tanpa ada Jokowi pun, PDIP dalam kondisi & situasi normal akan memperoleh suara 16-17%. Karena basis massa PDIP relatif stabil," tulis @TrioMacan2000
"PDIP jeblok, meski naik tipis suaranya, gagal buktikan jokowi effect. Gerindra bersinar naik 300% dan Prabowo Effect terbukti efektif Mari kita ucapkan selamat kepada seluruh rakyat Indonesia..alhamdulillah rakyat tdk semua dapat dibohongi Jokowi.." tambah @TrioMacan2000
No comments:
Post a Comment