!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, April 3, 2014

Waspada Dampak Kelambanan Ekonomi Cina, Akan Berdampak Pada Indonesia

Waspada Dampak Kelambanan Ekonomi Cina, Akan Berdampak Pada Indonesia



 Pertumbuhan ekonomi Cina akan melamban ke 7,5% tahun ini dan 7,4% tahun depan akibat upaya pemerintah menyeimbangkan kembali ekonomi, demikian perkiraan Bank Pembangunan Asia (ADB). Penurunan ini akan berdampak pada pertumbuhan secara umum di negara-negara berkembang Asia.

Dalam laporan Asian Development Outlook 2014 yang terbit Selasa, ADB mengatakan pertumbuhan di negara berkembang Asia akan tetap kuat dalam dua tahun ke depan. Namun, pertumbuhannya akan tergantung kepada beberapa faktor: pemulihan ekonomi negara industri, yang diprediksi terus menguat; serta kemampuan Cina untuk membendung pertumbuhan kredit dalam negeri. Jika upaya Cina dalam mengurangi ekspansi kredit berlangsung terlalu mendadak, pertumbuhannya akan terus melemah. Prospek pertumbuhan mitra-mitra perdagangan Cina di Asia juga akan jatuh.

Pertumbuhan ekonomi Cina melamban ke 7,7% pada 2013, lebih rendah dari tingkat pertumbuhan dua digit dalam beberapa tahun terakhir. Menurut ADB, penyebabnya adalah kombinasi dari berkurangnya ekspansi kredit, terhapusnya kondisi kapasitas berlebih di industri, bertambahnya utang pemerintah daerah, naiknya upah, tingginya nilai tukar yuan, dan terus berubahnya prioritas pembangunan di Cina. Faktor-faktor tersebut “masih sangat relevan” tahun ini, kata ADB.

Beijing telah berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi di level yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja yang memadai. Cina sendiri ingin mengurangi ketergantungannya kepada investasi dan ekspor serta meningkatkan peran konsumsi domestik sebagai penentu pertumbuhan. Di saat bersamaan, Beijing kesulitan menangani tingkat ekspansi kredit dalam negeri. Banjir kredit ini berpotensi menimbulkan maraknya default dan berisiko bagi sistem perbankan.

Meski dihambat perlambatan pertumbuhan Cina, ADB mengatakan negara berkembang Asia dapat mencetak pertumbuhan 6,2% pada 2014 dan 6,4% pada 2015 lantaran meningkatnya permintaan dari negara maju. Prediksi ini lebih tinggi dari pertumbuhan 6,1% tahun lalu. Kendati demikian, setiap masalah yang mengancam pemulihan ekonomi negara maju juga berpengaruh terhadap permintaan ekspor di Asia, tambah ADB.

Menurut ADB, pertumbuhan lima negara berekonomi terbesar di Asia Tenggara akan stabil pada 5,2%, laju yang dicetak pada 2013. Ini meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Prospek pertumbuhan akan naik menjadi 5,6% pada 2015 seiring dengan melambannya inflasi di Indonesia dan berkurangnya sengketa politik di Thailand.WSJ

No comments:

Post a Comment