!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, April 18, 2014

Jakarta Akan Menjadi Pemimpin Global

Jakarta Akan Menjadi Pemimpin Global




Jakarta dan Manila, dua kota terpadat dan termacet di Asia, tampaknya akan membaik dalam dua dekade mendatang, menurut A.T. Kearney.

Lembaga konsultan asal Amerika Serikat itu menempatkan Jakarta pada posisi puncak dari 34 kota di negara berpendapatan rendah dan menengah yang akan menjadi pemimpin global dalam 20 tahun ke depan. Keunggulan ini diprediksi akan meliputi berbagai sektor, mulai dari aktivitas bisnis hingga keamanan dan kesehatan tenaga kerja. Sedangkan Manila menempati peringkat kedua, disusul Addis Ababa, ibu kota Ethiopia.

Kota lainnya di Asia Tenggara yang masuk dalam kelompok 34 adalah Kuala Lumpur (ke-10), Bangkok (ke-21), dan Ho Chi Minh City (29).

Laporan A.T. Kearney mencatat kestabilan sistem politik Jakarta terus menguat. Selain itu, Jakarta dinilai serius berupaya mengatasi ketimpangan pendapatan dan masalah lingkungan. Itulah yang membuat ibu kota menjadi pemuncak peringkat.

Bagaimanapun, beberapa ekonom menyatakan keberatan.

“Kita tahu [seberapa besar] potensi Indonesia,” papar Euben Paracuelles, ekonom senior Nomura untuk Asia Tenggara. Namun, pemilihan umum presiden mendatang bisa memunculkan batu sandungan dalam proses globalisasi Indonesia. Semua, kata Paracuelles, bergantung pada hasil Pilpres.

Dalam pemilihan legislatif yang baru lewat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang diperkirakan menang besar ternyata mendapat suara jauh dari ekspektasi. Jika ambang batas suara sebagai syarat untuk mengajukan calon presiden tak terpenuhi, beberapa partai mau tak mau membentuk koalisi. Bila pemerintahan berikutnya dipegang oleh koalisi yang besar dan canggung, reformasi penting akan tertangguhkan, sebut pengamat.

Menurut Paracuelles, Manila justru lebih menjanjikan ketimbang Jakarta.

“Saya pikir Manila mencapai prestasi lebih baik dibanding Jakarta dalam jangka waktu pendek,” paparnya. “Jika terus mempertahankan momentum reformasi, itu akan menjadi pertanda baik bagi Manila.”

Pertumbuhan ekonomi Filipina unggul di antara negara-negara tetangganya tahun ini. Penguatan ekonomi ikut didorong faktor demografi yang menguntungkan dan pemerintahan reformis yang dipimpin Presiden Benigno Aquino III. Ia berjanji menangkal korupsi yang menjamur di Filipina. Janjinya berhasil memikat banyak investor asing.

Laju pertumbuhan ekonomi Filipina menyentuh 7,2% pada 2013. Di Asia, kinerja ini berada pada tempat kedua sesudah Cina dengan 7,7%, lepas dari serangkaian bencana alam pada akhir tahun lalu. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2014 mencapai 6,6%—angka yang kuat di tengah-tengah perlambatan ekonomi Asia.

Survei A.T. Kearney memperhitungkan beberapa tolok ukur kala menentukan peringkat. Kategori penilaian termasuk seberapa maju infrastruktur di masing-masing kota, kemudahan berbisnis, ketimpangan pendapatan, serta stabilitas lingkungan hidup.

Jakarta selama ini dikenal dengan jalanan supermacet dan dan infrastruktur yang kurang layak. Ibu kota mendapat nilai tertinggi pada pengukuran terkait populasi, termasuk kesetaraan pendapatan, serta penguatan stabilitas dan keamanan. Penentuan skor berdasarkan evaluasi perkembangan kota antara 2008 dan 2013. Mereka juga mengukur kemungkinan perbaikan dalam dua dekade mendatang.

No comments:

Post a Comment