!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, April 2, 2014

Rusia Tuduh NATO Kembali ke Pemikiran Perang Dingin, Menlu AS: Energi Seharusnya Tak Dipakai sebagai Alat Agresi

Rusia Tuduh NATO Kembali ke Pemikiran Perang Dingin, Menlu AS: Energi Seharusnya Tak Dipakai sebagai Alat Agresi


Duta Besar Rusia untuk NATO Alexander Grushko hari Rabu (2/4) menuduh naluri dasar Perang Dingin NATO telah muncul kembali.

Rusia menuduh NATO tergelincir kembali ke cara berfikir Perang Dingin dengan menangguhkan kerjasama dengan Rusia karena pencaplokan wilayah Krimea oleh Rusia.

Duta Besar Rusia untuk NATO Alexander Grushko menulis di halaman Twitter-nya hari Rabu (2/4) bahwa naluri dasar Perang Dingin NATO telah muncul kembali.

Para menteri luar negeri negara-negara anggota NATO melanjutkan pembicaraan mereka di Brussels hari Rabu mengenai krisis di Ukraina.

Sebelumnya hari Selasa (1/4) para menteri NATO itu memutuskan untuk secara resmi mengakhiri semua bentuk kerjasama sipil dan militer dengan Rusia.

Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan mengenai Ukraina di Brussels, Belgia hari Selasa (1/4), para Menlu negara-negara anggota NATO tersebut mengatakan dialog politik NATO dengan Rusia bisa dilanjutkan bilamana diperlukan.

Mereka menyatakan tidak mengakui upaya Rusia menganeksasi semenanjung Krimea milik Ukraina yang mereka sebut “ilegal dan tidak sah”. Mereka mendesak Rusia agar mengambil langkah-langkah “secepatnya” dan kembali mematuhi hukum internasional

Saluran-saluran diplomatik antara NATO dan Moskow tetap terbuka.

Menlu Amerika, John Kerry hari Rabu (2/4) mengatakan energi seharusnya tidak digunakan sebagai “senjata politik” atau “alat agresi”.

Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry berbicara didampingi kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton pada KTT energi di Brussels, Belgia, dan mengatakan mereka bekerjasama dengan Ukraina mengenai alternatif pasokan gas alam selain Rusia.

Rusia menaikkan tajam harga gas alam untuk Ukraina dan mengacam akan meminta kembali milyaran diskon yang sebelumnya diberikan, meningkatkan tekanan pada pemerintah Ukraina yang kesulitan dana tunai.

Pimpinan perusahaan raksasa gas alam milik Rusia, Gazprom mengatakan perusahaan itu membatalkan diskon bulan Desember.

Langkah itu diperkirakan akan menjadi pukulan berat bagi konsumen Ukraina. Harga gas untuk rumah tangga di Ukraina akan naik 50 % tanggal 1 Mei.

Diskon Rusia itu merupakan bagian dari bantuan keuangan yang diberikan Presiden Putin kepada presiden Ukraina Victor Yanukovich yang sekarang melarikan diri setelah keputusannya membatalkan perjanjian dengan Uni Eropa demi hubungan lebih dekat dengan Rusia.

No comments:

Post a Comment