!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Tuesday, April 1, 2014

.BPS: erupsi dan kabut asap picu inflasi

.BPS: erupsi dan kabut asap picu inflasi


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2014 mencapai 0,08 persen karena dipicu tingginya harga bahan makanan jadi, minuman dan tarif angkutan udara, akibat erupsi gunung api dan kabut asap.

"Terjadinya inflasi selama Maret 2014, juga dipengaruhi iklim di sejumlah wilayah seperti gunung meletus dan kabut asap yang mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Selasa.

Laju inflasi periode Maret 2014 sebesar 0,08 persen tercatat lebih rendah dibanding inflasi Februari 2014 sebesar 0,26 persen.

Dengan demikian laju inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2014) mencapai 1,41 persen, dan inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,32 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Maret 2014 antara lain, beras, cabai rawit, tarif angkutan udara, bawang putih, minyak goreng, rokok kretek filter, susu untuk balita, bayam, mi, rokok kretek, rokok putih, dan mobil.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang andil inflasi 0,07 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,04 persen, selanjutnya kelompok kesehatan 0,02 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,01 persen.

Menurut Suryamin, kenaikan harga beras di sejumlah wilayah terjadi karena meletusnya Gunung Kelud yang mempengaruhi pertanian di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan Gunung Sinabung juga mempengaruhi harga-harga komoditas di wilayah Sumatera Utara.

"Musim hujan yang berlanjut di sejumlah daerah mengakibatkan proses pengeringan padi butuh waktu lebih lama," ujarnya.

Pada komoditas cabai, dengan andil inflasi 0,05 persen akibat efek erupsi Kelud dan Sinabung, sedangkan pada tarif angkutan udara dengan andil inflasi 0,33 persen karena adanya kenaikan biaya tarif penumpang.

Ia menjelaskan, meski terjadi kenaikan harga yang menyebabkan kenaikan inflasi, namun di sisi lain juga terjadi penurunan harga atau deflasi pada sejumlah komoditas.

Deflasi terjadi pada kelompok makanan memberi andil sebesar 0,11 persen seperti telur, cabai merah, daging ayam ras, dan tomat sayur, karena pasokannya hampir di semua wilayah mengalami peningkatan.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat sebanyak 45 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,15 persen, sedangkan inflasi terendah di Kediri dan Makassar masing-masing 0,02 persn.

"Inflasi tinggi di Merauke, karena kenaikan harga bahan makanan, bahan bangunan, termasuk tarif angkutan udara dan transportasi lainnya," ujarnya.

Sementara, dari 37 kota IHK yang mengalami deflasi, BPS mencatat deflasi tertinggi terjadi di Tual yaitu minus -2,34 persen.

No comments:

Post a Comment