Pimpinan DPP Hidayatulah bersma Wapres Jusuf Kalla |
Perjalanan yang belum selesai (36)
(Bagian ke tigapuluh enam, Depok ,Jawa Barat, Indonesia,
4 September 2014, 09.34 WIB)
Saya mengikuti kegiatan Muhammad Jusuf Kalla mantan Wakil
Presiden Susilo Bambang Yudhpyono dan kini Wakil Presiden terpilih Joko Widodo,
pada waktu Jusuf Kalla menjadi pengusaha dan kegiatan sebagai Ketua Umum
Golongan Karya (Golkar).
Saya bersama Pimpinan DPP Hidayatullah bahkan pernah
beraudiensi dengan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden
di Jalan Merdeka Barat.
Jusuf Kalla ketika sebagai Pengurus Kamar Dagang dan
Indusrri (KADIN) bahkan kerap mengundang wartawan Jakarta untuk meliput
kegiatan bisnis Kalla di Makassar, kadang diundang melalui rekan bisnis Jusuf
Kalla Aksa Machmud.
Ketika saya aktif mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekomomi
(STIE) Hidayatullah di Depok, Muhammad Jusuf Kalla pernah datang ke pesantren
ini di depok dan menyumbang pembangunan kampus STIE RP 100 juta.
Hidayatullah tidak asing lagi buat saya selain saya
berteman dengan mantan Sekretaris Jenderal DPP Hidayatullah Wibowo yang
sama-sama saya menjadi pengurus di Partai Bintang Bulan yang ketua Umumnya
Hamdan Zoelva, kini Ketua Mahkamah Konstitusi. Hidayatullah ternyata pesantren
pusatnya di kawasan Gunung, Tembak , Balikpapan, yang juga bersebelahan dengan
kampung saya, dimana paman dan saudara-saudara saya masih tinggal.
Muhammad Jusuf Kalla |
Muhammad Jusuf Kalla
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla
Wakil Presiden Indonesia terpilih
Mulai menjabat
20 Oktober 2014
Presiden Joko
Widodo
Akan menggantikan Boediono
Masa jabatan
20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Didahului oleh Hamzah
Haz
Digantikan oleh Boediono
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik
Indonesia ke-9
Masa jabatan
9 Agustus 2001 – 22 April 2004
Presiden Megawati
Soekarnoputri
Didahului oleh Basri
Hasanuddin
Digantikan oleh Abdul
Malik Fadjar (ad-interim)
Menteri Perdagangan Republik Indonesia ke-27
Masa jabatan
26 Oktober 1999 – 24 Agustus 2000
Presiden Abdurahman
Wahid
Didahului oleh Rahardi
Ramelan
Digantikan oleh Luhut
Binsar Panjaitan
Ketua Umum Palang Merah Indonesia
Petahana
Mulai menjabat
2009
Didahului oleh Mar'ie
Muhammad
Informasi pribadi
Lahir 15 Mei 1942
(umur 72)
Bendera Jepang Watampone, Sulawesi Selatan, Masa
Pendudukan Jepang
Kebangsaan
Indonesia
Partai politik Logo
GOLKAR.jpg Partai Golongan Karya
Suami/istri Mufidah
Miad Saad
Profesi Pengusaha
Agama Islam
Tanda tangan Tanda
tangan Muhammad Jusuf Kalla
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (lahir di Watampone,
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942; umur 72 tahun), atau sering
ditulis Jusuf Kalla saja atau JK, adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat
pada 2004–2009 dan Ketua Umum Partai Golongan Karya pada periode yang sama. JK
menjadi capres bersama Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan
Hanura.
Pada 19 Mei 2014, JK secara resmi dicalonkan sebagai
cawapres mendampingi Joko Widodo dalam deklarasi pasangan capres-cawapres
Jokowi-JK, di Gedung Joang '45, Jakarta Pusat. Pasangan ini diusung oleh empat
partai yaitu PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan
Partai Hanura[1][2].
Abdul Mannan |
Kehidupan awal
Prangko Wakil Presiden Jusuf Kalla
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan pada tanggal 15 Mei 1942 sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara[3] dari
pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki
bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok
perusahaan di berbagai bidang industri. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab
disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.
Ads by Trust Media Viewer×Pengalaman organisasi
kepemudaan dan kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Pelajar Islam
Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar
tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS)
1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun
1967-1969. Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua
Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia
pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya
Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September
2006.
Abu Ala Abdullah |
Pengusaha[sunting
Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla.
Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis
ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan
kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa
sawit, dan telekomunikasi.
Karier Politik[sunting | sunting sumber]
Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan
Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan
terlibat KKN. Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI
yang ke-5). Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju
sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis Jusuf Kalla juga
berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama
dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden
RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia menjabat sebagai ketua umumGolongan Karya menggantikan
Akbar Tanjung sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari 2007,
ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai
Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat, yang
mayoritas anggotanya adalah cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri sipil,
pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar master,
doktor, dan profesor.
Melalui Munas Palang Merah Indonesia XIX, Jusuf Kalla
terpilih menjadi ketua umum Palang Merah Indonesia periode 2009-2014. Selain
itu beliau juga terpilih sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid
Indonesia periode 2012-2017 dalam Muktamar VI DMI di Jakarta.
BM Wibowo |
Kehidupan pribadi
Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan
dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sepuluh orang cucu.
Pada tanggal 10 September 2011, Jusuf Kalla mendapat
penganugerahan doktor Honoris Causa dari Universitas Hasanuddin, Makassar.[4]
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
The European Institute of Business Administration,
Perancis (1977)
Menjelang Pemilu Presiden 2009[sunting | sunting sumber]
Setelah tidak berkomitmen untuk koalisi dengan Partai
Demokrat, ia ditetapkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Khusus Partai Partai Golkar
sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan Presiden 2009. Dalam perkembangan
terakhir, JK memutuskan menggandeng Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai
cawapresnya. Namun JK dinyatakan kalah dalam quick count (hitung cepat) yang
dilakukan oleh sejumlah lembaga survei maupun hasil tabulasi Komisi Pemilihan
Umum.
Pemilihan Presiden 2014 dan Wapres Periode II[sunting |
sunting sumber]
Jusuf Kalla digandeng calon presiden Joko Widodo dalam
ajang Pemilihan Presiden 2014. Pasangan ini kemudian dalam pengundian mendapat
nomor urut dua dan mempunyai tagline populer, "Salam Dua Jari". Oleh
Komisi Pemilihan Umum, tanggal 22 Juli 2014 atau enam hari sebelum Hari Raya
Idul Fitri 1435 H, Jokowi-JK memenangkan pilpres namun ditolak oleh kubu
Prabowo-Hatta yang kemudian menggugat ke Mahkamah Konstitusi.
Serangkaian sidang di MK ternyata menolak permohonan kubu
Prabowo-Hatta dan secara hukum menguatkan legitimasi Jokowi-JK selaku presiden
dan wapres terpilih periode 2014-2019. JK akan dilantik sebagai wapres pada 20
Oktober 2014. Seiring dengan pelantikannya tersebut, ia adalah wakil presiden
pertama yang terpilih untuk dua kali masa jabatan melalui pemilihan umum. Masa
jabatan pertama dilaluinya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode
2004-2009.
Hidayatullah (organisasi)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum
Diperiksa
Informasi
Subjek artikel ini tidak memenuhi kriteria kelayakan umum
maupun kebijakan kelayakan Wikipedia lainnya: Tokoh, Organisasi, atau Web. Anda
dapat membantu mengembangkan artikel ini agar memenuhi unsur kelayakan. Cara
yang paling tepat adalah mencari dan mencantumkan referensi dari sumber-sumber
dari pihak ketiga. Apabila dalam dua minggu artikel ini belum memenuhi
kelayakan, Anda dapat mengalihkan, menggabungkan, atau memberikan
{{hapus:kelayakan}}, sesuai dengan Wikipedia:Kebijakan penghapusan.
Question book-new.svg
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini
dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk
pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan
kaki dari sumber yang terpercaya.
Logo Hidayatullah
Hidayatullah adalah sebuah organisasi massa (ormas) Islam
di Indonesia. Namanya berasal dari dua kata dalam bahasa Arab: hidayat/hidayah
dan Allah, yang berarti petunjuk Allah.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973
(kalender Islam: 2 Dzulhijjah 1392 Hijr) di Balikpapan dalam bentuk sebuah
pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm), kemudian berkembang dengan berbagai
amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke
berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I
pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk
organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri
sebagai gerakan perjuangan Islam.
Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke
seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (
STIEHID ) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di
Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di
Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan
memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa
STAIL dan STIS dengan pola ikatan dinas. Da'i ini kemudian mendapatkan
tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku
ekonomi di tempatnya berada.
Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah
menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama
Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah
mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya
adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.
Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman
Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan
3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.
Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi
berupa pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan
Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap
PPAS menampung sekitar 150 orang anak.
Jaringan kerja Hidayatullah hingga Januari 2014 didukung
dengan keberadaan 33 DPW dan 287 DPD dan 70 PC. Adapun jumlah DPC (Pimpinan
Cabang), PR (Pimpinan Ranting) dan PAR (Pimpinan Anak Cabang) tidak dicantumkan
karena pertumbuhannya yang terus berubah.
Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah
perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW
Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya
yang umumnya mempelajari ilmu agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah
perguruan tinggi yang mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia,
Arsitektur, dan Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang
bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA
Internasional kepada ormas Hidayatullah.
Untuk periode 2010-2015, Pimpinan Umum/Ketua Dewan Syura
adalah Ustadz H Abdurrahman Muhammad sedangkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) dijabat oleh Dr. H. Abdul Mannan, didampingi Sekretaris Jenderal Ir Abu
A'la Abdullah.
Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader,
Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah
al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.
Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai
basis pendidikan dan pengkaderan.
Metode (manhaj nubuwwah') Hidayatullah yaitu berpegang
pada al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah
(tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa
(tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah)
dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.
Struktur dan mekanisme organisasi[sunting | sunting
sumber]
Pengurus organisasi tingkat pusat terdiri dari Dewan
Syura dan Dewan Pimpinan Pusat. Dewan Syura merupakan lembaga tertinggi
organisasi, dipimpin oleh Ketua Dewan Syura yang sekaligus merupakan Imam bagi
jamaah Hidayatullah, dengan sebutan Pemimpin Umum. Ketua Umum Dewan Pimpinan
Pusat dipilih lewat Musyawarah Nasional, dan Pengurus DPP disahkan oleh
Pemimpin Umum di dalam Munas tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.
Struktur di bawah Dewan Pimpinan Pusat (DPP)terdiri dari
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW/tingkat Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah
(DPD/tingkat Kabupaten/Kota), Dewan Pimpinan Cabang (DPC/tingkat Kecamatan),
Pimpinan Ranting (PR/tingkat Desa/Kelurahan), Pimpinan Anak Ranting
(PAR/tingkat RW/RT). Ketua Dewan Pimpinan Wilayah/Daerah/Cabang dipilih oleh
Musyawarah di tingkat masing-masing dan disahkan oleh struktur di atasnya.
Pesantren Hidayatullah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama Pesantren Hidayatullah
Pesantren-Pesantren Hidayatullah berfungsi sebagai tempat
untuk mendalami ilmu. Pesantren ini dihuni santri yang tinggal di asrama, guru,
pengasuh, pengelola dan jamaah Hidayatullah.
Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem
pesantren modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum dan mata ajaran khusus
atau keislaman (diniyyah). Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran pada
sekolah - sekolah umum lainnya, contohnya matematika, fisika, kimia dll. Mata
ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya
aqidah, fiqih, bahasa arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur'an, serta masih banyak
lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan, basis kompetensi,
dan dan letak kampus (contoh: kurikulum di Surabaya sedikit berbeda dengan di
Jakarta).
Panorama Pesantren Hidayatullah di Kampus Gunung Tembak,
Balikpapan
Baitul maal Hidayatullah[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Baitul Maal
Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah lembaga di bawah
Hidayatullah yang berfungsi mengelola dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf ummat.
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendapat pengukuhan sebagai lembaga amil zakat
nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 538 tahun
2001.
BMH mengelola dana milik ummat yang dipercayakan kepada
Hidayatullah untuk disalurkan bagi pemberdayaan ummat, memajukan
lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial, memajukan dakwah Islam, mengentaskan
kaum dhuafa (lemah) maupun mustadh’afin (tertindas).
Kini Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 30 kantor
perwakilan dan 144 jaringan pos peduli (mitra).
Majalah Suara Hidayatullah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama Majalah Suara Hidayatullah
Majalah Suara Hidayatullah, atau biasa disingkat Majalah
Hidayatullah merupakan salah satu dari badan usaha di lingkungan Hidayatullah
yang menggarap bidang pers. Majalah ini dikelola oleh PT Lentera Jaya Abadi,
sebuah badan usaha milik ormas Hidayatullah.
Salah satu cover majalah Suara Hidayatullah
Awalnya, majalah ini hanya berupa buletin hasil karya
beberapa santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Mengingat betapa
strategisnya dakwah bil qalam melalui media massa, buletin tersebut terus
dikembangkan sampai akhirnya berbentuk majalah seperti sekarang.
Majalah Suara Hidayatullah berisi tentang problematika
dan dinamika dakwah, baik di Indonesia maupun dunia. Di dalamnya ada rubrik
wawancara dengan tokoh ternama, kajian al-Qur`an dan Hadits, kisah kepahlawanan
perjuangan da’i di berbagai pelosok tanah air, hingga masalah keluarga.
Tiras majalah yang terbit sebulan sekali ini sekarang
mencapai 50.000-55.000 eksemplar, tersebar di seluruh pelosok tanah air, mulai
dari Banda Aceh sampai Merauke. Majalah Suara Hidayatullah berkantor pusat di
Surabaya, Jawa Timur.
Islamic Medical Service[sunting | sunting sumber]
Artikel utama Islamic Medical Service
sejarah berdiri[sunting | sunting sumber]
Berbicara masalah kesehatan di Indonesia seakan tidak
pernah selesai. Di perkotaan, walaupun secara kuantitas layanan kesehatan sudah
cukup, tetapi secara kualitas masih rendah khususnya untuk masyarakat miskin.
Sementara di pedesaan, tidak hanya secara kualitas yang masih rendah
tetapi sarana kesehatan yang masih
sangat minim.
Melihat tingginya angka kematian ibu (380/100.000),
tingginya angka kematian bayi (40/1000), tingginya penyakit yang menyebabkan
kematian dan penyakit menular (seperti demam berdarah, diare, TBC, malaria,
dll) dan masih tingginya penyakit kekurangan gizi pada masyarakat. Hal ini di
samping karena rendahnya pendidikan, tingkat pendapatan yang masih rendah,
letak geografis Indonesia yang mendukung timbulnya penyakit juga karena
kualitas pelayanan kesehatan dan kesadaran terhadap masalah kesehatan yang
masih sangat rendah.
Apalagi letak geografis Indonesia yang rawan bencana alam, baik bencana alam
bersebab alam maupun manusia. Beberapa
kejadian bencana alam seakan rutin kita lihat dan dengar, seperti bencana
banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa dll. Berbagai macam teragedi
diatas tentunya sangat menyayat hati dan
terasa pilu jika mendengar apalagi melihatnya secara langsung. Sebagai negara
yang sudah lama merdeka dan kekayaan alam yang sangat melimpah, rasa malu
menghantui kita sebagai warga negara. Apa yang sudah kita berikan dan korbankan
melihat berbagai macam kejadian ini. Memang benar sudah banyak lembaga dan
perorangan yang sudah ikut bersama-sama membantu berbagai tragedi diatas, tetapi seakan tertelan begitu
saja melihat besarnya tragedi kemanusiaan yang terus terjadi.
Menyadari hal ini dan dilatar belakangi oleh rasa
kemanusiaan yang sangat besar untuk ikut bersama-sama membantu kaum yang
terkena musibah khusunya di bidang kesehatan, maka dibentuklah lembaga
kesehatan nasional dengan nama Islamic Medical Service (IMS) pada tanggal 06 Agustus
2008.
Motto[sunting | sunting sumber]
Care and Ready
Legal Formal[sunting | sunting sumber]
Informasi legalitas kelembagaan IMS :
IMS-Islamic Medical Service adalah lembaga kemanusiaan
nasional dibidang kesehatan dan sosial yang didirikan pada tanggal 06 Agustus
2008, berdasarkan surat keputusan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor: AHU-4228.AH.01.02 Tahun 2008, Surat Tanda Daftar Suku Dinas Sosial
Nomor: 011.31.75.03.1008.12155, Serta Surat Izin Operasional dari dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta Nomor: 012.13410.42-1.848/078.6 dan surat izin lainnya
Logo Lembaga[sunting | sunting sumber]
Informasi lambang logo sebagai identitas kelembagaan IMS
IMS Adalah singkatan dari Islamic Medical Service,
merupakan nama yang dipopulerkan dengan memakai bahasa Inggris dari nama
lembaga Yayasan Layanan Kesehatan Islam.
Bulan sabit Merah :Berarti siap menyebarkan amal kebajikan khususnya
bidang kesehatan ke seluruh dunia secara menyeluruh dan yang sebenarnya
dengan penuh perjuangan, berwibawa,
produktif, berani, siap bersaing
dan mengayomi yang lemah.
Kotak berwarna hitam :Berati kuat, powerfull, kokoh dalam
pendirian dan tidak mudah terpengaruh
IMS berwarna Abu-abu : Berarti menjadi lembaga yang
Intlek, netral dan siap menyongsong masa depan yang cerah
Muslimat Hidayatullah (Mushida)[sunting | sunting sumber]
Mushida merupakan organisasi otonom Hidayatullah, yang
telah memiliki 15 Pengurus Wilayah (PW) di seluruh Indonesia. Mushida bergerak
dalam bidang da’wah, pendidikan, dan sosial, dengan fokus garapan adalah
pemberdayaan wanita, keluarga dan anak.
Visi Muslhida adalah “Membangun keluarga Qur’ani sebagai
tonggak utama terwujudnya masyarakat bertauhid”. Untuk menggapai visi tersebut
maka setiap program Mushida mengarah kepada pembentuk pribadi muslimah dalam
menunjang perannya sebagai pribadi, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat.
Program pembinaan anggota berupa kegiatan majelis ta’lim
yang dilaksanakan secara rutin. Pembinaan yang lebih intensif dilaksanakan
melalui Halaqah Tarbiyah, kelompok belajar yang beranggotakan maksimal 10 orang
dan dengan kurikulum yang telah ditentukan.
Korps Da’iyah Mushida (KDM) adalah divisi dari Mushida
yang bertugas mempersipakan da’iyah yang akan diterjunkan langsung ke
tengah-tengah masyarakat, dan senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas
da’iyah melalui berbagai kegiatan pengkaderan dan pelatihan rutin.
Di bidang pendidikan, Mushida mengemban amanah untuk
mengembangkan lembaga pendidikan Hidayatullah pada tingkatan Taman Kanak-Kanak,
Taman bermain, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Untuk meningkatkan kualitas
guru dilakukan pelatihan rutin, pembinaan manajemen, penerbitan bulletin hingga
penyediaan tenaga guru.Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
referensi tanpa isi harus memiliki nama
Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida)[sunting | sunting
sumber]
Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida) adalah koperasi
sekunder yang menjadi wadah seluruh jaringan Koperasi Hidayatullah yang
tersebar diseluruh Indonesia. Inkophida didirikan di Jakarta pada tahun 1999,
dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor : 013/BH/M.1/1999, tanggal 9 April
1999. Saat ini Inkophida memiliki 9 (sembilan) Puskophida (Pusat Koperasi
Hidayatullah) ditingkat provinsi dan 142 Kophida (Koperasi Primer Hidayatullah)
di tingkat Kabupaten/Kota. Visi Inkophida adalah membangun jaringan ekonomi
ummat yang berkeadilan dan saling menguntungkan.
Hidayatullah dan pemberdayaan masyarakat
pedalaman[sunting | sunting sumber]
Sebagai organisasi yang lahir di Kalimantan Timur, maka
Hidayatullah memiliki perhatian besar terhadap pengembangan wilayah Kalimantan.
Selain di Kalimantan, Hidayatullah juga memberikan
perhatian kepada Irian (Papua). Di hampir semua kota di Papua, terdapat da’i
Hidayatullah, yang salah satu kegiatannya adalah mendirikan pesantren, dengan
menerima murid dari lingkungan setempat. Hal serupa dilakukan di Timor Timur
sebelum kawasan itu lepas dari Indonesia.
Piagam Gunung Tembak[sunting | sunting sumber]
Silaturrahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2013 yang
digelar selama 4 hari di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak,
Balikpapan, Kalimantan Timur, mencetuskan lembar kesepahaman bernama Piagam
Gunung Tembak.
Piagam tersebut ditandatangani Pimpinan Umum Hidayatullah
KH. Abdurrahman Muhammad, Ketua Dewan Syura Hamim Thohari, Ketua Majelis
Pertimbangan Pusat (MPP) Abdullah Ihsan, dan Ketua Umum PP Hidayatullah Abdul
Mannan. Penandatanganan serta pembacaan piagam itu dilakukan di aula utama
arena Silatnas pada Hari Senin tanggal 24 Juni 2013
Piagam Gunung Tembak memuat enam butir komitmen untuk
warga Ormas Hidayatullah. Butir-butir piagam tersebut menegaskan bahwa
membangun peradaban Islam adalah jihad bagi setiap orang yang beriman. Berikut
ini isi lengkap Piagam Gunung Tembak:
Bismillaahirrahmanirrahiim
Bahwa membangun Peradaban Islam adalah jihad bagi setiap
orang yang beriman.
Bahwa pusat Peradaban Islam adalah masjid. Oleh karena
itu, setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid sebagai pusat kegiatan
ibadah, pusat pengembangan ilmu, pusat kebudayaan Islam, pusat pengembangan
karakter dan kepemimpinan umat.
Bahwa setiap kader Hidayatullah wajib melaksanakan shalat
berjamaah di masjid, melazimkan shalat nawafil, terutama qiyamul lail, membaca
al-Qur’an dan melaksanakan amalan ibadah sesuai dengan ketentuan syari’ah.
Bahwa setiap kader Hidayatullah adalah generasi Rabbani
yang wajib menghidupkan majelis ilmu, membangun tradisi keilmuan dan berdakwah
menyebarkan Islam. Oleh karena itu kader Hidayatullah wajib berhalaqah sebagai
sarana untuk melakukan transformasi ilmu, transformasi karakter dan
transformasi sosial.
Bahwa kader Hidayatullah harus menjadi generasi yang berkarakter,
peduli, suka menolong, gemar berkorban, tawadhu’, militan, qana’ah, wara’ dan
mengutamakan kehidupan akhirat.
Bahwa setiap pemimpin dan kader Hidayatullah wajib
menjadi teladan di tengah umat. Untuk itu setiap kader harus membangun
soliditas jamaah dan ukhuwah Islamiyah.[1]
Mukadimah
Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri
di atas lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan
Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ust Abdullah Said pada 7 Januari
1973.
Dalam perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan
santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia,
khususnya daerah-daerah minoritas Muslim.
Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak
sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren Hidayatullah.
Pada akhirnya, tersebarlah ke lebih dari 100 kabupaten di
seluruh Indonesia dalam bentuk pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya
adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah,
9–13 Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan menejemennya menjadi
organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan dakwah
dan perjuangan Islam.
Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah
berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi, dan konsep
dasar gerakan bersifat terbuka.
Sejalan dengan itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah
tersebar di seluruh penjuru tanah air mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC),
Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Hingga tahun 2013 ini,
Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287 PD dan 70 PC. Jumlah DPC, PR dan PAR
tidak dicantumkan karena pertumbuhannya yang terus berubah.
Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke
seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah
(STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di
Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID) di Balikpapan
sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa
penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola ikatan
dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau
sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.
Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah
menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama
Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah
mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya
adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.
Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman
Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan
3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.
Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi
berupa pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan
Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap
PPAS menampung sekitar 150 orang anak.
Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah
perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW
Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya
yang umumnya mempelajari ilmu agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah
perguruan tinggi yang mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia,
Arsitektur, dan Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang
bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA
Internasional kepada ormas Hidayatullah.
Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader,
Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah
al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.
Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai
basis pendidikan dan pengkaderan.
Metode (manhaj nubuwwah’) Hidayatullah yaitu berpegang
pada al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan
jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa
(tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan
tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.
Pesantren Hidayatullah
Pesantren-Pesantren Hidayatullah berfungsi sebagai tempat
untuk mendalami ilmu. Pesantren ini dihuni santri yang tinggal di asrama, guru,
pengasuh, pengelola dan jamaah Hidayatullah.
Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem
pesantren modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum Kemendikbud dan mata
ajaran khusus atau keislaman (diniyah). Mata ajaran umum sama seperti mata
ajaran pada sekolah – sekolah umum lainnya, contohnya matematika, fisika, kimia
dan lain lain. Mata ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan
keislaman, contohnya aqidah, fiqih, bahasa Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an,
serta masih banyak lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan
dan letak kampus.
Kepengurusan Hidayatullah tingkat pusat adalah Dewan
Pimpinan Pusat yang terdiri dari Dewan Syura, Pimpinan Pusat (PP), dan Majelis
Pertimbangan Pusat. Ketiga unsur ini merupakan lembaga tinggi organisasi yang
tunduk di bawah kebijakan Pimpinan Umum, KH. Abdurrahman Muhammad.
Ketua Umum Pimpinan Pusat dipilih melalui Musyawarah
Nasional (Munas) lima tahun sekali. Struktur di bawah Pimpinan Pusat terdiri
dari Pimpinan Wilayah (tingkat provinsi), Pimpinan Daerah (tingkat
kabupaten/kota), Pimpinan Cabang (tingkat kecamatan) dan Pimpinan Ranting
(tingkat Desa/Kelurahan).
Ketua Umum PP Hidayatullah periode 2010-2014 adalah Dr H
Abdul Mannan dan Sekretaris Jenderal adalah Ir Abu A’la Abdullah, MHI. Majelis
Pertimbangan Pusat terdiri atas sembilan orang dengan ketuanya Abdullah Ihsan.
Sedang Dewan Syura terdiri atas 11 orang dengan ketuanya Drs Hamim Thohari
M.Si. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment