!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, November 28, 2013

Para Investor Hengkang Dari Indonesia, Anjloknya Pasar Asia Tenggara



Para Investor Hengkang Dari Indonesia, Anjloknya Pasar Asia Tenggara

 Pasar Asia Tenggara mengalami bulan yang berat pada November: Bangkok lumpuh oleh unjuk rasa, Filipina tengah diluluhlantakkan topan, dan para investor hengkang dari Indonesia sebagai antisipasi pemangkasan program pembelian obligasi oleh Amerika Serikat (AS).

Bursa efek Filipina mencatatkan kinerja terburuk di Asia dengan penurunan tertinggi di dunia, yakni 7,2% dengan satu hari perdagangan tersisa bulan ini. Rupiah adalah mata uang dengan depresiasi terbesar di Asia dengan penurunan sebesar 5,2% terhadap dolar AS
.
Penjualan saham besar-besaran memperlihatkan betapa bergejolaknya pasar negara berkembang setelah beberapa tahun belakangan sangat diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan masuknya aliran modal asing dari AS dan negara lain. Kemerosotan yang terjadi bulan ini bertolak belakang dengan Amerika Serikat yang pasar sahamnya mencatat rekor kenaikan seiring dengan mulai terlihatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi.

Filipina mengalami penurunan bertahap. Korban tewas akibat Topan Haiyan masih terus bertambah dan kerusakan dahsyat akibat bencana tersebut kian jelas terpampang. J.P. Morgan Chase pekan ini memangkas prediksi pertumbuhan 2013 Filipina dari 7,1% menjadi 6,9%. Namun demikian, perusahaan itu tidak mengharapkan efek jangka panjang dari proyeksi tersebut.

Sementara di Thailand, indeks harga saham gabungan turun 4,8% month-to-date sementara mata uang baht masih terpuruk di tengah protes antipemerintah yang menyebar di Bangkok menuntut mundurnya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
“Jelas ada peluang bagus bahwa pemerintah [Thailand] harus mundur. Pertanyaannya adalah apakah langkah berikutnya yang akan diambil,” ujar Mark Mobius, ketua eksekutif Templeton Emerging Markets Group yang mengelola lebih dari $50 miliar dana di sejumlah pasar termasuk Thailand. Namun, “pasar Thailand selalu pulih. Struktur dasar masyarakatnya sangat kuat.” Mobius mengatakan posisinya terhadap Thailand takkan berubah.

Indonesia bergelut dengan sentimen investor yang memburuk menyusul defisit transaksi berjalan yang dipandang dapat membuat Indonesia lebih rawan dengan dana keluar saat bank sentral AS mulai memangkas program pembelian obligasi senilai $85 miliar per bulan, yang sepertinya akan dilangsungkan pada awal 2014.

 Seiring dengan kenaikan suku bunga dan penurunan arus modal asing dari AS, Indonesia sepertinya harus lebih banyak berutang guna menjaga defisit.
Setelah mengalami pemulihan yang moderat pada Oktober, dana asing dari ekuitas Indonesia pada November mencapai $122,6 juta, demikian data EPFR–sama dengan jumlah yang dicatatkan Thailand dan Filipina jika digabungkan. Upaya pemerintah menopang likuiditas dengan cara menerbitkan utang berdenominasi dolar AS kepada pembeli domestik tidak berujung menggembirakan. Kementerian Keuangan berencana menggalang $450 juta dari lelang, tapi hanya menangguk $190 juta.

Di negara Asia Tenggara lainnya, indeks harga saham di bursa Singapura dan Malaysia hanya mengalami sedikit penurunan. Satu-satunya yang mencatatkan kenaikan hanya bursa efek Vietnam: pada November, indeks naik 2,2%, dan nyaris 23% year-to-date. (WSJ)

No comments:

Post a Comment