Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo |
Perjalan yang belum selesai (39)
(Bagian ke tigapuluh Sembilan, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 5 September 2014, 02.01 WIB)
Begawan Ekonomi Indonesia Prof.Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo
dalam suatu acara jumpa pers pernah bercerita, bahwa
kalau anda berbisnis masuklah ke bisnis yang sulit disaingi para para produsen Negara
maju lain, ia member contoh bisnis di industry agrikultur kelapa sawit, selain
tumbuhan ini tidak bisa tumbuh di Negara lainnya juga bisa menjadi komoditas
masa depan.
Kini apa yang
diungkapkan Soemitro menjadi kenyataan, Indonesia kini pengekspor separuh
kebutuhan kelapa sawit dunia, yang kini bukan saja hanya diperuntukkan untuk
minyak goreng di dapur, namun akan menjadi bahan bakar masa depan diolah
menjadi biodiesel, yang pasarannya di serap Negara berpenduduk besar di dunia
seperti China , India dan Rusia.
Hasil penelitian juga membuktikan minyak goreng dari
kelapa sawit lebih rendah kolesterolnya dibandingkan minyak goreng asal kelapa
dan jagung.
Kelapa Sawit |
Soemitro Djojohadikoesoemo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soemitro Djojohadikoesoemo
Menteri Keuangan Republik Indonesia ke-8
Masa jabatan
3 April 1952 – 30 Juli 1953
Presiden Soekarno
Didahului oleh Jusuf
Wibisono
Digantikan oleh Ong
Eng Die
Masa jabatan
12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956
Presiden Soekarno
Didahului oleh Ong
Eng Die
Digantikan oleh Jusuf
Wibisono
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
ke-7
Masa jabatan
6 September 1950 – 27 April 1951
Presiden Soekarno
Didahului oleh Tandiono
Manu
Digantikan oleh Sujono
Hadinoto
Masa jabatan
6 Juni 1968 – 28 Maret 1973
Presiden Soeharto
Didahului oleh M.
Jusuf
Digantikan oleh Radius
Prawiro
Informasi pribadi
Lahir 29 Mei 1917
Bendera Belanda Kebumen, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal 9 Maret
2001 (umur 83)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Suami/istri Dora
Marie Sigar
Anak Biantiningsih
Miderawati Djiwandono
Marjani Ekowati le Maistre
Prabowo Subianto
Hashim Sujono
Alma mater Universitas
Sorbonne
Agama Islam
Perkebunan Kelapa Eawit |
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (lahir di Kebumen,
Jawa Tengah, 29 Mei 1917 – meninggal di Jakarta, 9 Maret 2001 pada umur 83
tahun) adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal. Murid-muridnya
banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti JB Sumarlin, Ali
Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Selain itu, Soemitro juga merupakan ayah dari
Mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto, ayah mertua dari mantan Gubernur Bank
Indonesia, Soedradjad Djiwandono, dan juga besan dari mantan Presiden
Indonesia, Soeharto.
Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono
Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama dan
anggota BPUPKI.
Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah
sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau
Menristek saat ini.
Karier[sunting | sunting sumber]
Di usia ke-33, Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri
Perdagangan dan Perindustrian RI dan ikut mendirikan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Ia meraih gelar doktor di Nederlandse Economise
Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het
Volkscredietwezen in de Depressie.
Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus
masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan
Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994,
Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.
Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II),
Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of
the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the
Crown dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan
Prancis.(RSB)
Bibliografi[sunting | sunting sumber]
(Belanda) Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo (1943) Het
volkscredietwezen in de depressie, Harlem : Bohn
(Indonesia) Sumitro Joyohadikusumo (1947) Beberapa soal
keuangan, Djakarta : Poestaka Rakjat
(Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1946) Soal bank
di Indonesia, Djakarta : Poestaka Rakjat
(Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1952) Laporan
devisen tahun 1950 dan 1951, Djakarta : Kementerian Keuangan
(Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954) Pandangan tjara2
menghadapi kesukaran2 ekonomi di Indonesia, Kementerian penerangan Republik
Indonesia
(Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954)
Koperasi-koperasi di luar Indonesia, Djakarta : Kementerian PP dan K
(Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1977) Pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan hankanmas
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
(Indonesia) Profil di TokohIndonesia.com
(Indonesia) Biodata Sumitro Djojohadikusumo
(Indonesia) Biodata pada Kepustakaan Presiden RI
Didahului oleh:
Ong Eng Die Menteri
Keuangan
1955 - 1956 Diteruskan
oleh:
Jusuf Wibisono
Didahului oleh:
Jusuf Wibisono Menteri
Keuangan
1951 - 1952 Diteruskan
oleh:
Ong Eng Die
Didahului oleh:
Tandiono Manu Menteri
Perindustrian
1950 - 1951 Diteruskan
oleh:
Sujono Hadinoto
[sembunyikan] v t e
Keluarga Prabowo Subianto
Keluarga
Orang tua
Margono Djojohadikoesoemo (kakek) dan Siti Katoemi
Wirodihardjo (nenek) Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah) dan Dora Marie Sigar
(ibu)
Pasangan
Titiek Soeharto (1983–1998)
Anak
Didit Hediprasetyo (putra)
Saudara
Hashim Djojohadikusumo (adik) Biantiningsih Miderawati
Djiwandono (kakak) Soedradjad Djiwandono (kakak ipar) Mariani Ekowati le
Maistre (kakak)
Prabowo Subianto (berdiri paling kanan) dan kakek nenek
serta saudara-saudarinya
Afiliasi
Almamater: Akademi Militer Nasional, Magelang Pangkat dan
jabatan militer terakhir: Letnan Jenderal, Dan Sesko ABRI Partai politik:
Gerindra
Lainnya
Tim Mawar
Minyak Goreng Kelapa Sawit |
Rabu, 13 Nopember 1996
Sumitro: Tingkat Kebocoran sudah Lebih dari 30%
_________________________________________________________________
JAKARTA (Media):
Begawan ekonomi Indonesia Prof Dr Sumitro
Djojohadikusumo
mensinyalir tingkat kebocoran anggaran pembangunan
yang pada tahun
1993 sudah mencapai 30% kini lebih membesar lagi.
Namun, ekonom
senior ini tidak merinci pernyataannya.
Prof Sumitro
Djojohadikusumo mengatakan, kebocoran 30% yang disinyalir
pada tahun 1993
merupakan akibat dari pembangunan infrastruktur dan
korupsi.
"Nepotisme di tingkat Pusat telah ditiru oleh Daerah,"
katanya memberi
alasan.
Sumitro
mengemukakan hal tersebut menjawab pers kemarin di Jakarta
seusai memberikan
presentasi tentang pandangannya terhadap sastrawan
Prancis, Andre
Malraux di Pusat Kebudayaan Prancis Jakarta.
Beberapa waktu
lalu Sumitro juga sudah mengungkapkan tentang besarnya
kebocoran
anggaran pembangunan tersebut. Jika kebocoran tersebut dapat
dikurangi,
katanya, maka keberhasilan pembangunan akan jauh lebih
meningkat
dibanding yang dicapai sekarang.
Ketika
melontarkan pernyataan itu, Ketua FPP DPR RI Hamzah Haz
langsung
mengirim surat kepada begawan ekonomi itu meminta hearing
membicarakan
tingkat kebocoran tersebut. Namun, melalui suratnya
Sumitro
menolaknya dengan alasan sedang sakit.
Sedangkan
tentang suku bunga bank yang tinggi Sumitro mengatakan suku
bunga bank bisa
saja diturunkan asal saja deregulasi di berbagai
bidang dilakukan
sampai tuntas.
Meski demikian,
ekonom ini yakin bahwa Pemerintah Indonesia mampu
mengatasi
kemelut ekonomi, termasuk pengendalian suku bunga. "Saya
yakin,
pemerintah bisa mengatasinya," katanya.
Pekan lalu
Sumitro juga menjelaskan tentang tingkat suku bunga yang
oleh Menristek
BJ Habibie dinyatakan terlampau tinggi dan harus segera
diturunkan
karena sudah mengancam dunia usaha dan ekspor. Menurut
Sumitro, jika
suku bunga bank diturunkan maka perekonomian negara bisa
bangkrut.
Untuk itu
Sumitro memberikan beberapa saran berkaitan dengan
perbaikkan
kinerja ekonomi Indonesia. Sarannya adalah agar pemerintah
jangan terlalu
memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja.
"Pertumbuhan yang ada sekarang sekitar 7% itu sudah baik,"
katanya.
Yang harus
dilakukan sekarang adalah menciptakan lapangan kerja sebab
hal itu
merupakan jalan keluar untuk memperkecil kesenjangan ekonomi.
"Lapangan
kerja yang produktif merupakan jawaban terhadap isu
kesenjangan," katanya.
Sumitro tidak
saja seorang ekonomi, tapi juga seorang pencinta
kebudayaan.
Dalam presentasinya dia menyatakan kekagumannya atas Andre
Malraux yang
ditemuinya di Perancis menjelang pecah Perang Dunia II.
Perkenalannya
dengan Andre Malraux terjadi ketika timbul kekacauan
politik di
beberapa tempat di dunia seperti serangan Jepang ke Cina
(1931/1932),
pendudukan Jerman atas Cekoslowakia dan beberapa kejadian
lain di Eropa.
Kelapa sawit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
?Kelapa sawit
Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Elaeis
Jacq.
Species
Elaeis guineensis
Elaeis oleifera
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di
daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Bio Diesel Kelapa Sawit |
Pemerian botani
African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain
itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas
untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang
tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu
pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat
female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam
produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,
hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam
lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan
licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji)
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah
sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan
tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Syarat hidup[sunting | sunting sumber]
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat
tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.
Tipe kelapa sawit[sunting | sunting sumber]
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis:
E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang.
dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E.
guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi
tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk
mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera
sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya
genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit
berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal
sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan
buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera
buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya
mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur
jaringan.
Hasil tanaman[sunting | sunting sumber]
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena
keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi,
mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh
dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan
industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya
kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas
yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah
dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang.
Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing.
Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke
bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan
campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
Sejarah perkebunan kelapa sawit[sunting | sunting sumber]
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di
Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah
Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan
kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas
areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli
dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit
besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda
merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan
program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok
utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan
kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga
peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani
Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan
kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Hama dan penyakit[sunting | sunting sumber]
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi
pada tanaman kelapa sawit diantaranya hama dan penyakit. Serangan hama utama
ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan
ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). [3] Potensi kehilangan hasil yang
disebabkan kedua hama ini dapat mencapai 35%. [4] Jenis ulat api yang paling
banyak ditemukan di lapangan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna
trima, Darna diducta dan Darna bradleyi. [5] Selain hama, penyakit juga
menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk pangkal batang
yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma boninense merupakan penyakit
penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit. Cendawan G. boninense
merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik fakultatif dengan
kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi. [6]
Manfaat minyak sawit[sunting | sunting sumber]
Selain manfaat utama minyak sawit sebagai minyak makan,
minyak sawit juga dapat digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam pembuatan
susu kental manis dan tepung susu skim [7]
iputan6.com, Jakarta Lonjakan konsumsi minyak sawit untuk
pengolahan biodiesel di Indonesia diprediksi akan memperlambat laju pertumbuhan
ekspor komoditas pertanian ini di 2014. Kegagalan peningkatan pengiriman minyak
sawit baru pertama kalinya dialami Indonesia sejak 2010.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (3/3/2014),
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Fadhil Hasan
mengatakan, total ekspor minyak sawit tahun ini diprediksi mencapai 21 juta
metrik ton, setara dengan jumlah pengiriman di 2013.
Dia menjelaskan, total konsumsi meningkat 38% menjadi 11
juta ton. Sementara itu, total produksi juga meningkat daro 26,5 juta ton
hingga 31 juta ton.
Data Departemen Agrikultur Amerika Serikat (AS)
menunjukkan, tingginya penggunaan biodiesel dapat mengubah Indonesia yang
semula bergelar pemasok minyak sawit terbesar di dunia menjadi konsumen tersebut
di kancah global.
Harga minyak sawit di Indonesia terus melonjak sejak
Oktober dan mencapai level tertinggi pada 2012. Itu lantaran cuaca panas
mengancam tanaman di Indonesia dan Malaysia yang tercatat memasok 86%
persediaan minyak sawit di dunia.
Kedua negara tersebut juga membutuhkan lebih banyak
kelapa sawit untuk diolah menjadi biodiesel.
"Awalnya orientasi minyak sawit selalu untuk ekspor.
Tapi sekarang kami melihat konsumsi domestik dan biodiesel sebagai dua faktor
yang paling signifikan terpengaruh jika pemeirntah benar-benar berkomitmen pada
programnya," ungkap Hasan.
Tahun ini, sekitar 3,4 juta ton kelapa sawit akan diolah
menjadi biodiesel. Pemerintah Indonesia telah menggenjot jumlah biodiesel yang
dicampurkan dengan solar meningkat menjadi 10%. Sementara itu, PT Pertamina
telah lebih dulu mengamankan 2,4 juta kiloliter biodiesel. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment