BMKG : Butiran es di dalam awan diduga pemicu kecelakaan
QZ8501
Gambar citra satelit cuaca pada saat pesawat Air Asia
hilang kontak
Cuaca buruk yang ekstrem pada Minggu (28/12) lalu
kemungkinan menyebabkan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, seperti diungkapkan
"analisis meteorologis" yang dipublikasikan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika BMKG.
Dalam kajian sebanyak 14 halaman yang diterbitkan dalam
situs BMKG, analisis awal menunjukkan bahwa pesawat Air Asia kemungkinan telah
terbang masuk ke dalam awan badai atau Kumulonimbus.
Kasus cuaca pengaruhi penerbangan
6 Januari 2002, Garuda Indonesia Airlines no penerbangan
421, sebuah Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA mengalami dual-engine
flameout (power loss) akibat mencoba menghindari awan badai.
1 Januari 2007, Adam Air penerbangan 574 (KI 574, DHI
574) jurusan Jakarta-Surabaya-Manado, mengalami kerusakan pada alat bantu
navigasi Inertial Reference System (IRS) akibat cuaca buruk.
22 Desember 2014 Maskapai Singapore Airlines jenis
A330-300 beregistrasi 9V-SSD nomor penerbangan SQ-615 yang mengangkut 268
penumpang dan 13 awak pesawat mengalami turbulensi (goncangan) setingkat severe
dalam penerbangan reguler pada dari Osaka (Jepang) ke Singapore.
Kepala Penelitian dan Pengembangan Litbang BMKG Profesor
Edvin Aldrian mengatakan ketika peristiwa terjadi terdapat awan badai yang
mengandung butiran-butiran es atau icing yaitu pada ketinggian mulai 30an ribu
kaki sampai dengan 48 ribu kaki.
"Berdasarkan data yang tersedia di lokasi terakhir
pesawat yang diterima cuaca adalah faktor pemicu terjadinya kecelakaan
tersebut, " jelas Aldrian, "Butiran-butiran es dapat menyebabkan
mesin pesawat mengalami kerusakan karena pendinginan."
Analisis Meteorologi mengungkapkan citra satelit IR
mengidentifikasikan awan konvektif pada jalur penerbangan yang dilewati AirAsia
QZ8501, dan menunjukkan suhu puncak awan mencapai -80º sampai -85ºC dan berarti
terdapat butiran-butiran es didalam awan tersebut (icing).
Sedangkan pada ketinggian 32 ribu kaki, suhu diperkirakan
mencapai lebih dari -25 derajat celcius.
"Bagaimanapun ini hanya satu analisis kemungkinan
berdasarkan data meteorologis yang ada, dan bukan merupakan keputusan akhir
penyebab kecelakaan itu," kata Aldrian kepada Wartawan BBC Indonesia, Sri
Lestari.
Pesawat meminta ijin kepada menara pengawas lalu lintas
udara di Jakarta, untuk terbang di ketinggian 38 ribu kaki dari posisi semula
32 ribu kaki untuk menghindari awan Kumulonimbus.
Tetapi ketika itu ada pesawat lain diatasnya sehingga
ijin tak segera diberikan, ketika ijin diberikan tidak ada respon dan pesawat
hilang kontak.
Badan SAR Nasional Basarnas Sabtu (03/12) pagi
mengumumkan telah menemukan dua potongan besar pesawat AirAsia dilokasi
pencarian di Selat Karimata Kalimantan tengah.
Sampai Sabtu siang, 30 jenazah sudah dievakuasi, dan
empat penumpang sudah diidentifikasi oleh Tim DVI. (BBC)
No comments:
Post a Comment