Kenali Anak Anda, Tergolong Tipe A atau Tipe C?
Tipe A terbentuk pada anak saat orangtua meremehkan
pentingnya anak dalam hubungan dengan anak mereka. Kebutuhan anak menjadi
kompetitif dengan kebutuhan orangtua. Atribut negatif seperti, "Jangan
kamu berani menatapku seperti itu," menggantikan sensitivitas.
Akibatnya, anak belajar untuk menahan dan menekan
perasaan seperti itu karena mereka mengalami penolakan, kemarahan, dan
ketidaksetujuan. Selain itu, banyak pula ibu yang tidak menangani anaknya
langsung tetapi diasuh oleh pembantu.
Sebagian pengasuh jarang datang atau datang setelah bayi
lama menangis hingga bayi merasa sudah putus asa. Kadang-kadang pengasuh sibuk
dengan hal-hal lain dan tidak memperhatikan kebutuhan bayi sama sekali.
"Bayi sering dibiarkan menangis sampai mereka
berhenti sendiri. Atau ada pula pengasuh lainnya merespon segera, tapi marah
dan kesal berbicara keras, menyentuh, dan mengambil bayi itu tiba-tiba atau
kasar," kata Ahli Neurobiologis dan Terapis Okupasi Dunia, Kim Barthel,
dalam seminar “The Behavioral Detective: Evidence and Art” hari ke-2 di Vokasi
Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Minggu (4/1/2014).
Tentunya, perasaan negatif meningkat selaras penanganan
semacam itu. Pada bayi usia tiga bulan, pematangan otak memungkinkan sikap itu
untuk menghambat perilaku dan bayi-bayi ini diberi emosi negatif.
Sementara itu, tipe C terbentuk karena orangtua
menanggapi perasaan anak-anak mereka dengan cara yang kadang-kadang sesukanya
atau tidak mempedulikan anak mereka. Anak-anak mengoptimalkan kesempatan mereka
mendapatkan respon orangtua. Anak dengan tipe C juga peka terhadap bahaya.
“Menanggapi ancaman terhadap perasaan keselamatan,
melawan segala rayuan berlebihan untuk memenuhi keinginan untuk kenyamanan dan
menenangkan mereka, kadang tipe C terbentuk karena orangtua tidak fokus saat
mendengarkan perasaan anak mereka untuk mendapatkan perhatian,” simpulnya. (Okezone)
No comments:
Post a Comment