!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Saturday, January 3, 2015

Unjuk rasa anti-rasisme digelar pasca pembakaran masijid di Swedia

Unjuk rasa anti-rasisme digelar pasca pembakaran masijid di Swedia

Demonstrasi anti-rasisme digelar di sejumlah kota di Swedia
Demonstrasi anti-rasisme di pusat kota Stockholm Swedia setelah tiga kasus pembakaran masjid.

Pemrotes memegang spanduk bertuliskan "Jangan sentuh majsid kami" dalam sebuah demonstrasi besar di luar gedung parlemen.
Sebuah bom molotov dilemparkan ke sebuah masjid di Uppsala, bagian timur Swedia, pada Kamis (01/12). Tetapi bom molotov tidak membuat gedung itu tidak terbakar.

Pada akhir Desember lalu, pembakaran masjid terjadi di Esloev, dan sebelumnya bom molotov dilempar ke sebuah masjid di Eskilstuna yang menyebabkan lima orang terluka.
Demonstrasi anti-rasisme juga digelar di kota Malmo dan Gothenburg pada Jumat (02/01) waktu setempat.

Menteri Budaya Swedia Alice Bah Kuhnke di Stockholm mengatakan pemerintah akan meluncurkan sebuah strategi nasional untuk menandingi Islamofobia. Idenya adalah untuk memberikan pendidikan kepada orang-orang mengenai Islam dan menyingkirkan prasangka, kata dia.

Harapan baik ditempelkan di pintu masuk masjid di Uppsala setelah kasus pelemparan molotov

Tindakan solidaritas dilakukan dengan menempelkan kertas berbentuk hati yang berisi harapan yang diletakkan di pintu masuk masjid Uppsala, setelah serangan yang terjadi Kamis (02/01).
Pemerintah telah memerintahkan untuk meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah.

Sekitar 16% populasi di Swedia lahir di negara lain, banyak dari mereka berasal dari negara-negara yang tengah berkonflik yaitu Irak, Afghanistan dan Suriah - seluruhnya merupakan negara mayoritas Islam.

Masalah imigrasi menjadi topik perdebatan di Swedia, yang lebih banyak menerima pencari suaka dibandingkan dengan negara-negera Eropa lain.


Partai yang anti imigran di Swedia, Demokrat, yang mendapatkan 13% suara pada pemilu akhir September lalu, menginginkan pengurangan jumlah imigran yang masuk ke negara tersebut hingga 90%. (BBC)

No comments:

Post a Comment