!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, March 6, 2015

Peperangan dan saling bunuh menghiasi sejarah manusia.

Perjalanan yang belum selesai (233)

(Bagian ke dua ratus tiga puluh tiga, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 5 Maret 2015, 06.25 WIB)

Peperangan dan saling bunuh  menghiasi sejarah manusia.

Manusia dan Jin diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi akan menghadapi ujian dan cobaan dan rintangan, apakah mereka akan lulus dalam ujian itu agar tinggal di sorga yang abadi dibandingkan hidup didunia yang menurut pandangan Allah hina dina, dan hanya sementara, dan hanya sekejab (seribu tahun  di dunia, hanya satu hari di alam barzah (akherat), berarti kalau kita hidup selama 100 tahun di dunia, hanya selama 1 hari di alam akherat).
Jadi betapa singkatnya kita hidup di dunia ini yang tidak bisa kita bandingkan dengan alam akherat. Berarti kalau kita menyia-nyiakan hidup di dunia yang penuh tipu daya syaitan (Iblis), maka kita akan merugi.
Allah dalam Surah: Al-Asr (103): 1. Demi masa 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mencari kebenaran dan nasehat menasehati supaya menepati kebenaran.
Jadi intinya kalau manusia mau selamat di dunia dan akherat harus memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk bertawakal beribadah kepada Allah dan harus mengerjakan amal saleh dan saling mengingatkan kepada sesama manusia, agar jangan terbujuk rayuan Iblis, yang sejak manusia awal di ciptakan sampai hari kiamat berusaha membujuk manusia agar bisa menemani Iblis masuk dalam neraka.
Ketika Adam hendak diciptakan Allah para Malaikat sempat bertanya seperti diabadikan di : Al Quran:
Surah Al Baqarah (ayat 30) Allah berfirman: Ingatlah ketikaTuhanmu berfirman kepada para Malaikat ‘’sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang (Khalifah) di muka bumi ‘’ Para Malaikat berkata ; Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah Berfirman: ‘’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’’.
Jadi penciptaan Allah terhadap semua mahluk termasuk Malaikat, Iblis dan Manusia, sudah Allah tetapkan di dalam kitab: "Lauh Mahfuzh" .

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).

Jadi sebelum Malaikat protes (bertanya) pada Allah 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan tujuh langit dan bumi dan semua mahluk dalam enam masa, Allah sudah tetapkan Takdir semua mahluknya di dalam kitab "Lauh Mahfuzh" .
Bahkan daun yang jatuh dari dahannya pun sudah tertulis dalam kitab ini, hanya saja takdir itu terjadi sesuai fitrah manusia (freedom of will), atau fitrah tumbuh-tumbuhan dan binatang, kalau dia ingin beroleh rezeki (manusia) banyak sedikitnya juga ditentukan ikhtiar mereka sendiri. Juga dalam hal pahala, tergantung ketekunan dan ketakwaan kita pada Allah.
Manusia seperti diabadikan dalam surah Al Baqarah akan membuat kerusakan di bumi dan saling bunuh.
Ini tidak lepas dari upaya iblis membujuk manusia agar mengikuiti syahwat Iblis, nafsu serakah, dan shahwat maksiat lainnya agar terjerumus dalam dosa yang membawanya menjadi pengikut iblis.
Lihat saja syahwat kekuasaan dan syahwat keserakahan manusia dari sejak awal , anak adam Habil dan Qabil yang terjadi pembunuhan pertama di bumi, sejarah saling perang antara penguasa (kerajaan) tua di Cina, India, Eropa, Amerika Latin dan Asia lainnya, sampai peperangan antara Nabi Muhammad dan pengikutnya dari serangan kaum kafir, baik dalam  perang Badr, perang Uhud, sampai peperangan sesama Muslim antara Sahabat Nabi Ali, Istrinya Aisyah dan pengikutnya melawan khalifah Muawiyah dan tentaranya, akibat perbedaan Ijtihad mereka. (mudah-mudahan kedua kelompok ini mati syahid karena Ijtihad mereka).
Betapa manusia saling bunuh dalam perang dunia I, Perang Dunia II, perang Korea, perang di Afghanistan, perang Vietnam, perang Iran-Irak, perang di Sri Lanka, perang di Chehnya, Filipina Selatan, Thailand Selatan, Perang di Aceh antara Gerakan Aceh Merdeka (Gam) melawan pemerintah Indonesia, Gerakan Darul Islam (DI TII) melawan pemerintah.
Perang di Somalia, Perang antara Boko Haram melawan Nigeria dan Negara sekitar Nigeria. Dan konflik di Negara lainnya seperti pasukan Ukraina dengan separatis pro Rusia, pembantaian tentara Burma (Myanmar) terhadap Muslim Rohingya, perang antara Israel (Negara Yahudi) dengan Negara-negara Arab (Palestina), pembunuhan antar sekte dan mashab, beda keyakinan di Pakistan, India , kekerasan terhadap Muslim di Cina (Xin Jiang/Uigur) dan kekerasan terhadap Muslim di seluruh dunia.
Kini di jaman modern, terjadi peperangan habis-habisan antara tentara Pemerintahan Shiah Irak yang dibantu tentara Shiah Iran dan shiah Hezbollah Lebanon, dibantu dengan penasehat Militer dari Amerika Serikat dan sekutunya NATO melawan tentara yang menamakan dirinya Negara Islam Irak, Suriah,dan Syam/Islamic State (Daulah Islam) of Iraq, Siria and Levant/ISIL).
Menurut Wikipedia ISIL bermashab Ahlul Sunnah Waljamaah Salafi, tapi menurut sebagian Ulama Arab Saudi ISIL bukan Salafi tapi Khawarij.
Jadi bagi sebagian penduduk Bangsa Arab, seperti Jordania dan Arab Saudi mereka terpecah, pemerintahnya memusuhi ISIL, sementara banyak warga Jordania banyak yang menjadi sukarelawan ISIL, juga banyak orang kaya Arab Saudi mengirim uang ke ISIL, karena ISIL dianggap tengah berperang melawan rezim shiah di Iraq, dan rezim Assad yang dibantu rezim shiah Iran dan Hezbollah.
Seperti diketahui kelompok Salafi (Arab Saudi) menuduh Shiah telah keluar dari akidah Islam:

Para ulama Salaf menyebutkan Syi'ah, mereka telah meyakini bahwa para sahabat telah murtad setelah kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali beberapa orang saja, lihatlah Al-Kisyiy -salah seorang imam mereka (Shiah)- meriwayatkan satu riwayat dalam kitab Rijalnya hal. 12,13 dari Abu Ja'far, bahwa dia telah menyatakan : Semua orang murtad setelah kematian Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali tiga, saya berkata : Siapakah ketiga orang tersebut ? Beliau jawab : Al-Miqdaad bin Al-Aswaad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisiy.

Dan meriwayatkan dalam hal.13 dari Abu Ja'far, dia berkata : Kaum Muhajirin dan Anshor telah keluar (dari agama) kecuali tiga. [Lihat Al-Kaafiy karya Al-Kulaniy, hal.115]

Lihat juga Khumaini -tokoh besar mereka di zaman ini, yang  setelah pulang dari pengasingan di Paris, Perancis mengulingkan Raja Reza Pahlevi (1982)- mencela dan melaknat Abu Bakar dan Umar dalam kitabnya Kasyful Asroor hal, 131, dia menyatakan : Sesungguhnya syaikhani (Abu Bakar dan Umar) ... dan dari sini kita dapati diri kita terpaksa menyampaikan bukti-bukti penyimpangan mereka berdua yang sangat jelas terhadap Al-Qur'an dalam rangka membuktikan bahwa kedua telah menyelisihinya.

Dan berkata lagi hal 137 : ... dan Nabi menutup matanya (wafat) sedangkan kedua telinga beliau ada ucapan-ucapan Ibnul Khaththab yang tegak diatas kedustaan dan bersumber dari amalan kekufuran, kezindikan dan penyelisihan terhadap ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an yang mulia

Ini menunjukkan bagi sementara Negara Arab, musuh yang paling berbahaya sebenarnya adalah Iran, Irak dan Rezim Assad yang di dukung shiah, bukan ISIL.
Inilah sebabnya sebenarnya Arab Saudi dan Jordania lebih suka Amerika dan sekutunya membantu kelompok moderat di Suriah melawan rezim Assad dibandingkan membantu rezim Irak yang shiah yang kini jadi sekutu Iran dan Hezbollah.
Tapi apa pun itu saling bunuh yang dibalut perbedaan agama, ideology, suku, bangsa, dan perbedaan Mashab akan mewarnai sejarah kehidupan manusia sampai hari kiamat, selama Iblis masih hidup dan menyertai orang yang tidak beriman. Karena orang tidak berimanlah yang selalu berteman dan menjadi pengikut Iblis, agar bisa menemaninya di neraka yang bahan bakarnya manusia dan batubara.
Allah memberi tips pada manusia agar selamat di dunia dan akherat adalah menjalankan rukun iman dan rukun Islam antara lain konsisten Sholat lima waktu.

Kedudukan Shalat Dalam Islam

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi


Shalat wajib ada lima: Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya', dan Shubuh.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Pada malam Isra' (ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dinaikkan ke langit) diwajibkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat lima puluh waktu. Lalu dikurangi hingga menjadi lima waktu. Kemudian beliau diseru, 'Hai Muhammad, sesungguhnya keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah. Dan sesungguhnya bagimu (pahala) lima ini seperti (pahala) lima puluh'.”[1]

Dari Thalhah bin 'Ubaidillah Radhiyallahu anhu, ia menceritakan bahwa pernah seorang Arab Badui berambut acak-acakan mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku shalat apa yang diwajibkan Allah atasku." Beliau menjawab:

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا.

"Shalat lima waktu, kecuali jika engkau ingin menambah sesuatu (dari shalat sunnah)." [2]

Kedudukan Shalat Dalam Islam
Dari 'Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

بُنِيَ اْلإِسْـلاَمُ عَلَى خَمْسٍ، شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.

"Islam dibangun atas lima (perkara): kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan." [3]

A. Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat
Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya shalat, maka dia kafir dan keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan shalat dengan tetap meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan shalat sebagai orang kafir, tanpa membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-malasan mengerjakannya.

Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ.

“Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” [4]

Dari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اَلْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَتُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.

‘Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.’” [5]

Namun yang rajih dari pendapat-pendapat para ulama', bahwa yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur kecil yang tidak mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi antara hadits-hadits tersebut dengan beberapa hadits lain, di antaranya:

Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَـادِ، مَنْ أَتَى بِهِنَّ لَمْ يُضِيْعَ مِنْهُنَّ شَيْئًا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ كَـانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ.
‘Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-ngan Allah untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau jika Dia berkehendak, maka Dia mengampuninya.’”[6]

Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat kekufuran dan kesyirikan. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak mengerjakannya kepada kehendak Allah.

Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya dihisab seperti halnya shalat tadi.’” [7]

Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam, hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang tua dan renta. Mereka berkata, 'Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah dan kami pun mengucapkannya.’” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak bermanfaat untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan shadaqah?”

Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata, “Wahai Shilah, kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.” [8]

B. Kepada Siapa Diwajibkan?
Shalat itu diwajibkan kepada setiap muslim yang telah baligh dan berakal
Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَعْقِلَ.

“Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga orang: dari orang yang tidur hingga terbangun, dari anak-anak hingga baligh, dan dari orang gila hingga kembali sadar.” [9]

Wajib atas orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat meskipun shalat tadi belum diwajibkan atasnya, agar ia terbiasa untuk mengerjakan shalat.

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَـاءُ سَبْعَ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرَ سِنِيْنَ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah ranjang mereka.” [10]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]






No comments:

Post a Comment