!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, June 21, 2013

Kekuatan ekonomi indonesia masih belum mampu memberikan subsidi kepada rakyatnya, sehingga terpaksa harus menaikkan harga bahan bakar minyak yang dituding akan meningkatkan inflasi dan semakinmencekik kehidupan sebagian besar rakyatnya yang belum memiliki daya beli yang kuat dan semakin menyulitkan kehidupan para petani, nelayan, kaum buruh, dan pedagang kecil.


Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga
Kekuatan ekonomi indonesia masih belum mampu memberikan subsidi kepada rakyatnya, sehingga terpaksa harus menaikkan harga bahan bakar minyak yang dituding akan meningkatkan inflasi dan semakinmencekik kehidupan sebagian besar rakyatnya yang belum memiliki daya beli yang kuat dan semakin menyulitkan kehidupan para petani, nelayan, kaum buruh, dan pedagang kecil.



Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 6.500 untuk jenis premium dan Rp 5.500 untuk solar per liter.

Pengumuman dilakukan di kantor Menko Perekonomian, Jl Lapangan Banteng Timur  2-4 Jakarta. Sebanyak 22 menteri hadir dalam pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi itu, di antaranya Menko Ekonomi M Hatta Rajasa, Menteri Keuangan M Chatib Basri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.

Pengumuman kenaikan dibacakan oleh Menteri ESDM Jero Wacik. Sementara itu, Menko Perekonomian M Hatta Rajasa dalam penjelasannya mengatakan harga BBM bersubsidi memang harus dinaikkan agar beban APBN tidak terlalu berat.

"Ini juga untuk menjaga perekonomian kita secara keseluruhan. Krisis ekonomi global telah kita rasakan. Naiknya harga minyak dunia dan konsumsi BBM dan menurunnya produksi minyak berpotensi meningkatnya subsidi BBM," ujarnya, Jumat (21/6/2013) malam.

Dalam postur APBN-P 2013, pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp 1.502 triliun dari pengajuan pemerintah sebelumnya Rp 1.488 triliun. Sementara itu untuk belanja negara dalam APBN-P 2013 disepakati Rp 1.726 triliun, yang di dalamnya terdapat belanja pemerintah pusat Rp 1.196 triliun.

Adapun anggaran subsidi energi untuk BBM pada APBN-P 2013 disepakati menjadi Rp 199,850 triliun, sedangkan subsidi listrik Rp 99,8 triliun.

Meskipun ada kenaikan harga BBM bersubsidi, alokasi anggaran belanja subsidi meningkat Rp 30,9 triliun. Hal ini disebabkan adanya perubahan parameter yang digunakan sebagai basis perhitungan subsidi energi, seperti volume konsumsi BBM bersubsidi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menulis bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terpaksa naik.

"Setelah 2 tahun pemerintah bertahan untuk tidak naikkan harga BBM meskipun subsidi sangat membengkak, kali ini terpaksa dinaikkan," tulis SBY dalam akun  jejaring sosial, Twitter, Jumat (21/6/2013) pagi.

Presiden menyebutkan, kenaikan harga BBM bersubsidi ini merupakan keputusan yang pahit. "Tetapi, harus kita ambil. Saya tidak ingin ekonomi kita menjadi buruk & akhirnya menyulitkan kehidupan rakyat," tulisnya.

"Jika saya tidak naikkan harga BBM karena berhitung untung rugi dari segi politik, beban kita ke depan justru akan terus bertambah," tulisnya lagi.

Pengurangan subsidi BBM, lanjut Presiden, adalah untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia. "Agar uang negara bisa untuk bantu rakyat tidak mampu & bangun infrastruktur," sebut SBY.

Komunitas mahasiswa melakukan aksi blokade jalan dengan berjalan kaki di kawasan Jalan Dago, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/6/2013) malam. Aksi itu diwarnai pembakaran ban. Kemacetan parah terjadi di sepanjang ruas Dago Bandung (pusat kota) akibat dari aksi ini.

Aksi mahasiswa diawali dengan edaran SMS di kalangan mahasiswa yang juga diterima wartawan. SMS berisi ajakan untuk fight (bertarung) melawan kebijakan menaikkan harga BBM. Melalui SMS tersebut, mahasiswa Bandung mengajak komunitas mahasiswa lainnya turun ke jalan, dan memilih aksi di dekat kampus ITB dengan mengenakan jas almamater.

Dimulai sekitar pukul 20.00 WIB, para mahasiswa menguasai satu dari dua jalur jalan yang ada. Polisi datang 15 menit setelah aksi dimulai. Sampai pukul 21.00, mahasiswa masih cukup leluasa menjalankan aksinya kendati kendaraan dan lalu lintas harus memutari jalan masuk gang.

Namun, informasi perihal bakal naiknya harga BBM pada pukul 22.00 WIB juga telah mengakibatkan antrean mengular di SPBU. Di Jalan RE Martadinata, misalnya, antrean mengular sejak pukul 18.00 WIB. Panjangnya antrean sampai ke perempatan sebelum SPBU.

Aparat kepolisian tampak berjaga-jaga, sebagaimana telah dijanjikan oleh Kapolda Jawa Barat Irjen Suhardi Alius. Dia mengatakan, kepolisian akan menjaga SPBU hingga kondisi keamanan dianggap kondusif terkait kenaikan harga BBM ini.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Firmanzah menyampaikan alasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara langsung. Menurutnya, kenaikan itu akan diumumkan oleh menteri. Pasalnya, kenaikan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri (Permen).

"Kan itu diatur melalui Peraturan Menteri ESDM. Jadi, harga BBM eceran," kata Firmanzah seusai menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Efektivitas BLSM di Daerah di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (21/6/2013).

Namun, Firmanzah belum bisa memastikan siapa menteri yang akan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Tetapi, asumsinya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa atau Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik yang akan mengumumkannya.

Sebelumnya, rapat paripurna DPR RI yang digelar pada Senin 17 Juni 2013 menyetujui Undang-Undang (UU) APBN Perubahan 2013 yang salah satu pasalnya berisi mengenai pengurangan anggaran subsidi BBM. Dalam UU itu, juga teralokasi dana sebesar Rp 9 triliun untuk kompensasi kenaikan BBM bersubsidi.

Pemerintah tetap menaikkan harga BBM bersubsidi walau gejolak penolakan begitu besar. Alasan pemerintah adalah untuk menyelematkan keuangan negara.


Mahasiswa Universitas Bung Karno kembali menggelar aksi anarkistis, Jumat (21/6/2013) malam, menjelang pemberlakuan kenaikan harga bahan bakar minyak. Di tengah unjuk rasa, mereka merusak fasilitas umum, bahkan membakar pos polisi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Kejadian bermula saat puluhan mahasiswa mulai melakukan aksi unjuk rasa dengan kembali menutup Jalan Diponegoro. Mereka membakar ban dan mulai melakukan orasi sekitar pukul 20.30 WIB, Jumat (21/6/2013).

Sekitar pukul 22.40 WIB, belasan petugas polisi mulai mendatangi loksi. Petugas datang dari arah Jalan Imam Bonjol mengarah ke Jalan Diponegoro, tepatnya di depan Megaria.

Melihat petugas berdatangan, para mahasiswa "agen perubahan" itu mulai beringas. Mereka mulai melempari petugas dengan batu, bom molotov, bahkan kembang api.

Kalah jumlah, polisi memilih mundur. Melihat polisi mundur, para mahasiswa masih terus mengejar polisi.

Selain melempari petugas, mahasiswa juga merusak beberapa fasilitas umum, seperti pot-pot yang berada di taman median di depan Megaria.

Semua pot di taman kecil itu hancur berantakan. Rumput-rumput taman pun sudah banyak yang berada di jalanan. Bahkan mahasiswa melempari salah satu gedung kantor yang berada di dekatnya dengan menggunakan batu dan kembang api.

Puncak keberingasan mahasiswa terjadi ketika mereka membakar satu pos polisi di Jalan Diponegoro. Mereka menimpuki pos dengan beragam benda sehingga kaca-kaca pos tersebut pecah. Keadaan makin mencekam ketika pos polisi tersebut akhirnya terbakar setelah petasan tak henti dilemparkan mahasiswa ke arahnya.

Setelah itu, mahasiswa kembali ke tempat mereka berdemo di depan gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Mereka pun melanjutkan berorasi. Ketika itu Jalan Diponegoro sudah ditutup mulai dari Jalan Imam Bonjol.

Mahasiswa pun kembali membakar ban bekas di tengah jalan dan berteriak-teriak. Jalanan yang sudah berantakan dipenuhi beling dan batu.

Ratusan petugas kepolisian berpakaian lengkap, didukung mobil barakuda, datang pada pukul 23.30 WIB. Lagi-lagi, para polisi ditimpuki.

Kali ini, polisi membalas lemparan tersebut dengan tembakan gas air mata. Mahasiswa yang tadinya bertindak anarkistis sontak berhamburan berlari menuju kampus mereka di Jalan Kimia.

Sementara itu, asap gas air mata yang ditembakkan polisi mengabutkan Jalan Diponegoro. Apalagi kemudian polisi juga menembakkan gas air mata ke arah Jalan Kimia dan melakukan sweeping terhadap mahasiswa.

Tak ada satu pun mahasiswa yang tertangkap polisi di lokasi ini. Baru sekitar pukul 00.00 WIB situasi kembali tenang. Tetapi, petugas kepolisian masih berjaga.

Sekitar pukul 00.30 WIB barulah polisi meninggalkan lokasi dengan menggunakan puluhan tronton sembari membuka akses Jalan Diponegoro. Warga sekitar pun langsung memenuhi lokasi kejadian.

Aksi anarkistis mahasiswa UBK ini bukan pertama kali terjadi dalam kurun sepekan terakhir. Mereka sudah tiga kali bentrok dengan petugas kepolisian di lokasi yang sama, sejak pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi pada awal pekan ini.

Tidak hanya dengan kepolisian, mereka juga kerap menyerang pengendara kendaraan yang melintas. Saat ini kondisi Jalan Diponegoro masih berantakan. Beling dan batu yang memenuhi jalan masih belum dibersihkan.

Aparat kepolisian diduga memakai peluru tajam saat membubarkan demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak yang digelar mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, Sabtu (22/6/2013) dini hari. Selongsong peluru ditemukan di lokasi.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa IISIP, Tintus Formancius, menjelaskan, semula selongsong peluru tersebut ditemukan warga sekitar di depan pintu gerbang kampus IISIP. Selongsong peluru berwarna emas dengan ukuran sekitar 2 sentimeter itu pun diberikan kepada mahasiswa.

"Ini menunjukkan tindakan aparat kepolisian kepada kami merupakan pelanggaran hak asasi manusia," ujar Tintus, sembari menunjukkan selongsong peluru itu. Dia mempertanyakan keberadaan selongsong peluru tersebut di lokasi unjuk rasa mahasiswa kampusnya.

Tintus yakin bukti itu adalah milik polisi. Dia pun meminta petinggi kepolisian menjelaskan temuan tersebut di depan media massa nasional sesegera mungkin. "Bagaimana jika peluru tersebut terkena warga atau mahasiswa. Apakah itu termasuk prosedur kepolisian, itu yang harus dijelaskan," lanjutnya.

Sebelumnya diberitakan, unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak oleh puluhan mahasiswa IISIP di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, berujung bentrok. Dalam kurun waktu pukul 02.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB, setidaknya terjadi dua kali kericuhan antara mahasiswa dan aparat polisi bersenjata lengkap.

Gas air mata yang ditembakkan kepolisian juga mengenai masyarakat yang bermukim di sekitar kampus. Tak ayal, kericuhan pun meluas tidak hanya antara mahasiswa dan polisi, tetapi juga antara warga sekitar dan polisi. Kericuhan baru reda sekitar pukul 03.00 WIB. Baik mahasiswa, warga, maupun polisi kemudian masing-masing menarik diri.

No comments:

Post a Comment