Perjalanan yang belum selesai (177)
(Bagian ke seratus tujuh puluh tujuh, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 5 Januari 2015, 16.31 WIB)
Sengketa anak dengan orang tuanya soal budaya modern
(sekuler)
Ketika saya kuliah di California State University,
Fresno, USA, saya melihat masalah yang sulit dihadapi para orang tua, terutama
orang tua Muslim, juga di kota lainnya di Amerika Serikat.
Mungkin bagi paham capitalist (secularist) dan pembela hak
asasi manusia, yang hanya memandang manusia dari segi sekuler, tanpa hu hak Allah Tuhan yang maha kuasa atas hokum yang
ada di kitab suci Al Quran dan Hadist (message) nabi Muhammad Sollaulahu Alaihi
Wassalam (SAW) yang diberlakukan bagi seluruh umat manusia.
Salah satu contoh di sebelah apartemen saya, tinggal
perempuan mahasiswi asal Singapura, yang tinggal bersama pria Amerika, tidak
jauh dari kota Fresno, di kota San Diego, seorang Bapak Muslim mengeluh bahwa
anak lelakinya tinggal satu kamar, apartemen dengan perempuan, mahasiswi asal
Jepang.
Kedua perempuan ini beralasan tinggal sekamar dengan pria
lokal, agar kemampuan bahasa Inggris mereka semakin baik dan cepat lancar.
Kita bisa bayangkan perempuan dan laki-laki berusia 20
tahunan ini dari segi libido sex adalah pada masa-masa puncaknya, kalau di
dalam Al Quran dan Hadist, Allah memperingatkan kita agar kita jangan mendekati
zina. Jadi kalau lelaki dan perempuan berdekatan maka syaitan akan menggoda
mereka untuk melakukan zina (hubungan sex tidak sah, berhubungan sex tidak
dengan istri atau suami sah)
Sehingga kadang masalah ini membuat tegang (perselisihan)
antara kedua orang tua dengan anaknya.
Kedua orang tua (terutama Muslim) mencoba menasehati
anaknya sesuai dalil yang ada di dalam Al Quran dan Hadist, sedangkan si anak
yang sudah terpengaruh dengan budaya kebebasan sex paham sekuler, sangat tidak
mengerti (kurang mendengarkan) nasehat-nasehat yang Syar’ie (Islami), sehingga
kadang anak memaki kedua orang tuanya sebagai kolot dan tradisional yang
dianggapnya sudah ketinggalam zaman dan bertentangan dengan budaya kehidupan
modern.
Dosa Besar Mencaci, Memaki Kedua Orang Tua
Penyusunan dalam bab "AL-BUKHARI MENGATAKAN,
"BAB TIDAK BOLEHNYA SESEORANG MENCACI KEDUA ORANGTUANYA." yang dibuat
oleh al-Bukhari tidak lepas dari berbagai manfaat, sehingga sebagian ulama
mengatakan bahwa fiqih Imam al Bukhari tampak dari penyusunan bab-babnya.
Dengan judul bab seperti di atas al-Bukhari meninggalkan
jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan agar Anda berpikir sendiri-hadits-apa
kiranya yang akan ia bawakan-dan apakah ada orang yang mencaci kedua
orangtuanya.
Kemudian al-Bukhari menyebutkan hadits dari Abdullah bin
'Amr yang mengatakan: Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya di antara
yang paling besar di antara dosa-doa besar adalah seseorang melaknat kedua
orangtuanya." Lalu beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana
mungkin seseorang melaknat kedua orang-tuanya?" Beliau menjawab,
"Seseorang mencaci ayah orang lain lalu orang itu mencaci ayahnya dan ia
mencaci ibu orang lain lalu orang itu mencaci ibunya. (Di-takhrij-kan oleh
al-Bukhari (nomor 5836), Abu Daud (nomor 5136))" Alangkah dalamnya
perkataan ini!
Di dalam hadits ini terdapat beberapa masalah:
Masalah Pertama: Penetapan adanya dosa-dosa besar dan
dosa- dosa kecil. Ahlussunnah menetapkan adanya dosa-dosa besar dan dosa-dosa
kecil dalam Islam. Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai pengertian dosa
besar dan dosa kecil. Saya akan sebutkan sebagian pendapat mereka, kemudian
saya akan sebutkan pendapat yang kuat, insya Allah.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa istilah dosa
besar itu adalah relatif. Setiap dosa adalah besar menurut mereka. Tetapi
karena ada yang lebih kecil darinya maka ia dipandang oleh mereka sebagai dosa
besar. Ini adalah suatu pendapat.
Masalah Kedua: Setiap perbuatan yang menyebabkan adanya
suatu had maka ia termasuk dosa besar. Sedangkan yang lainnya adalah tidak.
Masalah Ketiga: Dosa besar adalah yang dinyatakan
(disebutkan) oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan yang lainnya (yang tidak
disebutkan) adalah dosa kecil.
Pendapat yang benar adalah bahwa dosa besar itu adalah
perbuatan yang berlaku padanya had dan Allah mengancamnya dengan azab atau
laknat. Maka ini adalah dosa besar. Inilah pendapat yang benar.
Apakah dosa besar itu ada tu juh? Yang benar, dosa besar
itu lebih dari tujuh. Adapun sabda Nabi saw, "Jauhilah tujuh perkara yang
membinasakan (Ibid, (nomor 2707,6705), Muslim (nomor 222).)" maka ini
adalah jumlah (angka) yang tidak menghendaki suatu pembatasan karena ada
dosa-dosa besar yang lain. Ibn 'Abbas mengatakan bahwa dosa besar itu lebih
dekat kepada tujuh puluh daripada kepada tujuh. Sebagian muhadditsin
menyebutkannya sampai seratus.
Dosa besar harus segera diikuti dengan tobat darinya,
karena Rasulullah saw mengatakan, "Umrah ke umrah berikutnya menjadi
penghapus dosa-dosa yang ada di antara keduanya dan haji mabrur itu tidak ada
balasannya kecuali surga.( Di-takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 1752), Muslim
(3243))"
Beliau juga bersabda, "Shalat lima waktu, Jumat ke
Jumat berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menjadi penghapus
dosa-dosa yang ada di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (Di-takhrij-kan
oleh Muslim (nomor 505))" Jelaslah bahwa dosa besar tidak dapat dihapuskan
oleh ketaatan-ketaatan ini kecuali dengan tobat.
Allah SWT berfirman: "Jika kalian menjauhi dosa-dosa
besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus
kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga)." (QS. an- Nisa': 31)
Allah menjelaskan bahwa orang yang menjauhi dosa- dosa
besar, akan Allah ampuni dosa-dosa kecilnya dengan penghapus dari
perbuatan-perbuatan baiknya. Inilah yang dikatakan tentang dosa besar.
Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim terdapat hadits
dari Abu Bakrah di mana ia mengatakan, "Rasulullah saw bersabda, 'Maukah
kalian aku beritahukan tentang dosa besar?' Kami menjawab, 'Tentu, wahai
Rasulullah.' Beliau berkata, 'Ada tiga: menyekutukan Allah, durhaka kepada
kedua orangtua—beliau yang sebelumnya telentang kemudian duduk lalu melanjutkan
ucapannya—Ketahuilah dan ucapan dusta, ketahuilah dan kesaksian dusta;
ketahuilah dan ucapan dusta, ketahuilah dan kesaksian dusta.' Beliau terus
mengulang-ulanginya sampai kami berkata, 'Mudah-mudahan beliau diam (karena
mereka kasihan melihat Rasulullah saw terus mengatakan hal tersebut).(
Di-takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 5839), Muslim (nomor 219)" Di antara
manfaat-manfaat yang dapat dipahami dari hadits-hadits tersebut adalah bahwa
seseorang harus bertobat dari dosa besar dan tidak cukup hanya dengan
perbuatan-perbuatan baik semata, melainkan harus bertobat kepada Allah.
Adapun dosa-dosa kecil dapat dihapus oleh wudhu, shalat,
dan sedekah. Sedangkan dosa-dosa besar—wahai saudara-saudaraku— tak dapat tidak
harus bertobat darinya. Allah SWT berfirman, "Dan bertobatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian
beruntung." (QS. an-Nur: 31)
Dalam ayat lain Allah berfirman, "Dan [juga]
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS.
Ali 'Imran: 135)
Di antara manfaat-manfaatnya juga adalah bahwa Nabi saw
menamakan orang yang menyebabkan kedua orangtuanya dicaci sebagai orang yang
mencaci orangtuanya.
Beliau mengatakan, "Sesungguhnya di antara yang
paling besar di antara dosa-dosa besar adalah seseorang melaknat kedua
orangtuanya." Hanya sedikit dan jarang orang yang melaknat kedua
orangtuanya. Tetapi orang yang mencaci atau melaknat orangtua orang lain
kemudian orang itu melaknat kedua orangtuanya, berarti ia menjadi sebab dilaknatnya
kedua orangtuanya. Maka seolah-olah ia melaknat mereka secara langsung. Na'udzu
billah. Beliau mengatakan, "Sesungguhnya dosa yang paling besar di antara
dosa-dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orangtuanya." Lalu beliau
ditanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua
orangtuanya?" Beliau menjawab, "Seseorang mencaci ayah orang lain
lalu orang itu mencaci ayahnya dan ia mencaci ibu orang lain itu lalu orang itu
mencaci ibunya." Ini berarti melaknat.
Para ahli ilmu mengatakan bahwa hal tersebut memberikan
pengertian bahwa orang yang menyebabkan terjadinya suatu dosa atau terputusnya
hubungan maka ia seperti orang yang melakukannya secara langsung. Itu seperti
firman Allah, "Dan janganlah kalian memaki sembahan sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui
batas tanpa pengetahuan." (QS. al-An'am: 108)
Jika Anda mengetahui bahwa mereka akan mencaci Allah,
maka Anda tidak boleh mencaci berhala-berhala atau mencaci pemimpin-pemimpin
orang kafir dan thaghut-thaghut mereka. Misalnya, Anda mendatangi seorang kafir
lalu Anda mencaci thaghut-nya atau pemimpinnya, padahal Anda tahu bahwa ia akan
mencaci pemimpin Anda, akan mencaci Rasulullah, atau bahkan akan mencaci Allah.
Maka haram bagi Anda mencaci tuhan-tuhannya, pemimpin-pemimpinnya, dan
thaghut-thaghut-nya, karena Anda menjadi sebab dicacinya Allah SWT. Demikian
pula melaknat orangtua orang lain; itu termasuk dosa besar yang terbesar,
karena dengan demikian ia telah berbuat sesuatu yang menyebabkan kedua
orangtuanya dilaknat, yang akibatnya orang lain membalas seperti yang dikatakan
olehnya. Barangsiapa yang melempar pintu rumah-rumah orang lain, maka pintu
rumahnya akan dilempar pula oleh mereka. Barangsiapa yang mencaci orang lain,
maka ia pun akan dicaci oleh mereka.
Para ahli ilmu mengatakan bahwa yang dilarang tidak
terbatas pada melaknat saja, melainkan haram juga mencaci dan mencela orang
lain, walaupun serendah-rendahnya (sehalus-halusnya) cacian, karena seandainya
Anda melakukan itu terhadap orang, mereka pun akan melakukan hal yang sama
terhadap ayah Anda atau ibu Anda meskipun dengan celaan yang paling sedikit,
sehingga Anda menjadi penyebab hal itu. Dengan demikian, Anda mendapat dosa
yang besar.
Dosa berzina
Dosa zina itu tidaklah sama. Allah SWT berfirman, “Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ : 32)
Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni)
akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali siapa saja yang bertaubat. (QS.
al-Furqan: 68-70)
Perempuan yang berzina. dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS.
an-Nuur : 2)
Para ulama berkata, “Ini adalah hukuman bagi pezina
perempuan dan laki-laki yang masih bujang, belum menikah di dunia. Jika sudah
menikah walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukuman bagi keduanya adalah
dirajam dengan bebatuan sampai mati. Demikian pula telah dijelaskan dalam
hadits dari Nabi SAW bahwasanya jika hukuman qishash ini belum dilaksanakan
bagi keduanya di dunia dan keduanya mati dalam keadaan tidak bertaubat dari
dosa zina itu niscaya keduanya akan diadzab di neraka dengan cambuk api.
Dalam kitab Zabur tertulis, “Sesungguhnya para pezina itu
akan digantung pada kemaluan mereka di neraka dan akan disiksa dengan cambuk
besi. Maka jika mereka melolong karena pedihnya cambukan malaikat Zabaniyah
berkata, “Ke mana suara ini ketika kamu tertawa-tawa, bersuka ria dan tidak
merasa diawasi oleh Allah serta tidak malu kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seorang pezina
itu ketika berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri itu ketika mencuri.
Tidaklah beriman seorang yang menenggak arak itu ketika menenggaknya. Dan
tidaklah beriman orang yang merampas harta yang tinggi nilainya – karenanya
orang-orang memandangnya – itu ketika merampasnya.” (Hadits Riwayat Bukhariy)
Beliau juga bersabda, “Apabila seorang hamba berzina akan
keluarlah iman darinya. Keimanan itu seperti payung yang ada di atasnya.
Kemudian jika ia berhenti dari perbuatan itu maka imannya akan kembali
kepadanya, Beliau juga bersabda, “Barangsiapa berzina atau meminum arak niscaya
Allah mencabut keimanan dari dirinya sebagaimana manusia melepaskan baju dari
kepalanya.” Juga, “Tiga orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada
hari kiamat dan tidak akan dilihat serta disucikan, pun bagi mereka azab yang
pedih, seorang tua yang berzina, raja yang pendusta, dan orang miskin yang
congkak.”
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Aku bertanya kepada
Rasulullah, ‘Apakah dosa yang paling besar di sisi Allah ta’ala?; Beliau
menjawab, ‘Yaitu kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang
menciptakanmu, ‘Sungguh itu sangatlah besar. Lalu apa lagi? Tanyaku kembali.
Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu membunuh anakmu karena takut jika kelak ia makan
bersamamu. ‘Lalu apa lagi’, tanyaku lagi. Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu berzina
dengan kekasih (maksudnya istri) tetanggamu.’
Maka Allah SWT menurunkan pembenaran dari sabda beliau
itu dengan firman-Nya, “Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni)
akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiarnat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan hina, kecuali siapa saja yang bertaubat.” (QS.
Al-Furqan:68-70)
Perhatikan, bagaimana Allah telah rnenyertakan penyebutan
zina dengan istri tetangga dengan menyekutukan Allah dan membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang dibenarkan syara’.
Hadits ini tercantum dalam Bukhari dan Muslim.
Imam Bukhari meriwayatkan hadits tidur Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub. Dalam hadits itu disebutkan bahwa Beliau
SAW didatangi oleh malaikat Jibril dan Mikail. Beliau berkisah,”Kami berangkat
pergi sehingga sampai di suatu tempat semisal tannur bagian atasnya sempit
sedangkan bagian bawahnya luas. Dari situ terdengar suara gaduh dan
ribut-ribut. Kami menengoknya, ternyata disitu banyak laki-laki dan perempuan
telanjang. Jika mereka dijilat api yang ada dibawahnya mereka melolong oleh panasnya
yang dahsyat. Aku bertanya,; Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Jibril menjawab,
‘Mereka adalah para pezina perempuan dan laki-laki. Itulah adzab bagi mereka
sampai tibanya hari kiamat.”
Semoga Allah melimpahkan ampunan dan kesejahteraan batin
bagi kita semua.
Tentang tafsir bahwa Jahannam itu ‘ia memiliki tujuh
pintu’ (al-hijjr:44) ‘Atha’ berkata, “Pintu yang paling hebat panas dan
sengatannya dan yang paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi
para pezina yang berzina setelah mereka tahu keharamannya.”
Makhul ad-Dimasyqiy berkata, “Para penghuni neraka
mencium bau busuk berkata, ‘Kami belum pernah mencium bau yang lebih busuk dari
bau ini. Dijelaskan kepada mereka, ‘Itulah bau kemaluan para pezina.”
Ibnu Zaid, salah seorang imam dalam bidang tafsir berkata
” Sesungguhnya bau kemaluan para pezina itu benar-benar menyiksa para penghuni
neraka.”
Di antara sepuluh ayat yang diperintahkan oleh Allah
kepada Musa as. “Janganlah kamu mencuri dan jangan pula berzina sehingga Aku
menutup wajah-Ku darimu!” Jika ini merupakan khithab (kalimat) untuk Nabi
Allah, Musa, lalu bagaimana dengan yang lainnya?!
Nabi SAW telah menyampaikan bahwa Iblis menyebar para
tentaranya ke muka bumi, berkata, “Siapa di antara kalian yang menyesatkan
seorang muslim akan aku kenakan sebuah mahkota di kepalanya. Siapa yang paling
besar fitnahnya paling dekatlah kedudukannya kepadaku. Salah satu tentaranya
menghadap dan berkata, “Aku akan terus menggoda si Fulan sampai ia mau
menceraikan istrinya.” Iblis berkata, “Aku tidak akan memberikan mahkota sebab
pasti nanti ia menikah lagi dengan yang lain. Tentara yang lain menghadap dan
berkata, “Aku akan terus menggoda si fulan sampai aku berhasil menanamkan
permusuhan antara ia dan saudaranya.” Iblis berkata, “Aku tidak akan memberikan
mahkota sebab suatu saat ia pasti berdamai lagi.” Tentara yang lain menghadap
dan ia berkata, “Aku akan terus menggoda si Fulan sampai ia berzina.” Iblis
berkata, “Wah, bagus sekali itu.” Lalu Iblis mendekatkan tentaranya itu
kepadanya dan meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Kita berlindung kepada Allah dari keburukan setan dan
tentara-tentaranya.
Dari Anas, Rasulullah SAW bersabda, ” Sesungguhnya iman
‘sirbal’, kain panjang yang dipakaikan oleh Allah kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Apabila seorang hamba berzina maka Allah mencabut sirbal itu
darinya. Jika bertaubat, Dia akan mengembalikannya.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Wahai sekalian
orang-orang Islam, takutlah kalian dari (melakukan) zina. Sungguh padanya enam
ancaman; tiga di dunia dan tiga yang lain di akhirat. Yang di dunia adalah
hilangnya kharisma wajah, pendeknya umur, dan kefakiran yang berkepanjangan.
Adapun yang di akhirat adalah kemurkaan Allah Tabara wa ta’ala, buruknya hisab,
dan adzab neraka.”
Beliau juga bersabda, “Barangsiapa mati dalam keadaan
tidak berhenti minum arak, niscaya Allah ta’ala akan memberinya minum air
sungai Ghuthah. Yaitu sungai di neraka yang bersumber dari kemaluan para
pelacur (wanita-wanita pezina).” (Hadist riwayat Imam Ahmad)
Begitulah, di neraka kelak akan mengalir dari kemaluan
mereka nanah dan darah busuk lalu itu semua akan diminumkan kepada orang yang
mati dalam keadaan ‘mushirr’, terus menerus dan tidak berhenti dari minum arak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa setelah syirik
yang lebih besar disisi Allah dari pada ‘setetes air’ yang dituangkan oleh
seorang laki-laki ke kemaluan yang tidak dihalalkan baginya.”
Rasulullah SAW juga bersabda,”Di Jahannam ada sebuah
lembah yang dipenuhi oleh ular berbisa. Ukurannya sebesar leher unta. Ular-ular
ini akan mematuk orang yang meninggalkan shalat dan bisanya akan menggerogoti
tubuhnya selama 70 tahun, lalu terkelupaslah daging-dagingnya.Di sana juada
lembah yang namanya Jubb al-Huzn. la dipenuhi ular dan kalajengking. Ukuran
kalajengkingnya sebesar bighal (peranakan kuda dan keledai). la memiliki 70
sengat. Masing-masingnya memiliki kantung bisa. la akan menyengat pezina dan
memasukkan isi kantung bisanya ke dalam tubuh pezina itu. la akan merasakan
pedih sakitnya selama 1000 tahun. Lalu terkelupaslah daging-dagingnya dan akan
mengalir dari kemaluannya nanah dan darah busuk.”
Disebutkan pula bahwa barangsiapa meletakkan tangannya
pada seorang wanita dengan disertai syahwat, pada hari kiamat nanti akan datang
dengan tangan terbelenggu di leher. Jika ia menciumnya, kedua mulutnya akan
digadaikan di neraka. Dan jika berzina dengannya, pahanya akan berbicara dan
bersaksi pada hari kiamat nanti. Ia akan berkata, “Aku telah berbuat sesuatu
yang haram.” Maka Allah memandangnya dengan pandangan murka. Pandangan Allah
ini mengenai wajah orang itu dan ia pun mengingkarinya. la malah bertanya, Apa
yang telah aku lakukan?” Tiba-tiba seraya bersaksi lidahnya berkata, “Aku telah
mengucapkan kata-kata yang haram.” Kedua tangannya bersaksi, “Aku telah
memegang sesuatu yang haram.” Kedua matanya juga bersaksi, “Aku telah melihat
yang diharamkan.” Kedua kakinya juga, “Aku telah berjalan menuju kepada yang
haram.” Kemaluannya berkata, “Aku telah melakukannya.” Malaikat penjaga berkata
”Aku telah mendengarnya.” Yang satu lagi berkata, “Aku telah melihatnya.;
Akhirnya Allah berfirman, “Adapun Aku telah mengetahui semuanya dan
menutupinya.” Selanjutnya Allah berfirman, “Wahai para Malaikat-Ku, bawa orang
itu dan timpakan kepadanya adzab-Ku. Aku sudah teramat murka kepada seseorang
yang tidak punya malu kepada-Ku.”
Riwayat ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an
surat an-Nuur: 24 “Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi
saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Zina yang paling besar dosanya adalah berzina dengan
saudara kandung, ibu tiri, dan semua wanita yang termasuk mahram. Hakim telah
menyatakan keshahihan hadits yang berbunyi “Barangsiapa berzina dengan wanita
yang masih mahramnya maka bunuhlah ia.” Sahabat Bara’ meriwayatkan bahwa
pamannya (saudara ibu) telah diutus oleh Rasulullah SAW untuk menemui seseorang
yang telah berzina dengan ibu tirinya. Ia diperintahkan untuk membunuh dan
menjadikan hartanya sebagai ghanimah.
Kita memohon kepada Allah yang Maha Pemberi agar
mengampuni semua dosa-dosa kita. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
***
Semoga bermanfaat
Oleh: Said Alwin
Taubat dan Istighfar Untuk Dosa 200 Kali Berzina !!!
Kisah Kakek Sholeh yang Terlupa
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. 39:53)
Pagi itu di Madinah Al Munawarah dalam sebuah kesempatan
Umrah di tahun 2007, seorang ustadz pembimbing dihadang oleh seorang jemaahnya
saat sarapan pagi di restoran hotel. Jemaah tersebut meminta waktu sang ustadz
untuk berkonsultasi sedikit dari permasalahan. “Ustadz…, apakah bila seseorang
mempunyai dosa yang menggunung kemudian dia bertaubat dan minta ampun kepada
Allah maka taubatnya akan diterima?” Sambil tersenyum sang ustadz menjawab
enteng, “Tentu taubatnya akan Allah terima!” “Tapi ustadz, ada seorang sahabat
saya yang kebetulan sedang berumrah dan ada di Madinah saat ini, dan ia ragu
kalau taubatnya tidak diterima oleh Allah…!” sambung sang jemaah.
“Mengapa ia masih ragu?!” sahut pak ustadz. “Sebab dia
pernah melakukan dosa zina, Ustadz!” tandas sang jemaah. Sambil menampakkan
wajah penuh keteduhan dan keseriusan, sang ustadz berkomentar, “Peluang untuk
bertaubat akan senantiasa terbuka untuknya…!”. “Tapi ustadz, zina yang dia
lakukan nggak cuma sekali…!” jelas sang jemaah. “Memangnya berapa kali zina
yang dilakukannya…?” tanya sang ustadz penasaran.
“100 kali zina mungkin pernah dia lakukan, Ustadz!” imbuh
sang jemaah.
“Astaghfirullahal Adzhiim….!” terdengar sang ustadz
beristighfar sebab kaget mendengarnya. Terlihat rona dan mimik wajah sang
ustadz berubah sebab keterjutan itu. Mendapati hal itu sang jemaah bertanya
sekali lagi kepada gurunya tadi, “Kalau dosa zina sebanyak itu…, apakah ada
kesempatan bertaubat untuknya, Ustadz?!” Sang ustadz mengela nafas kemudian
berkata, “Tentu…, kesempatan bertaubat akan selalu terbuka untuknya. Kedua
tangan Allah Swt akan terbentang di waktu malam, agar orang yang berdosa di
waktu siang sempat bertaubat. Kedua tanganNya pun akan selalu terbuka di waktu
siang, agar orang yang berdosa di waktu malam sempat untuk bertaubat.[1]
Pintu taubat selalu terbuka untuk hamba Allah sepanjang
waktu. Baik siang, malam, pagi ataupun petang…!!!” Mendengar penjelasan ini
sang jemaah merasa agak nyaman. Terdengar jemaah itu bergumam lalu ia pun
melanjutkan bicara, “Kayaknya sahabat saya itu tidak berzina sebanyak 100 kali
deh, Ustadz! “Mendengarnya sang ustadz berharap dalam hati bahwa angka zina
yang dilakukannya tidak mencapai sebanyak itu. Namun sang ustadz teramat kaget
begitu mendengar sang jemaah melanjutkan kalimatnya.
“Kayaknya 200 kali zina juga lebih dia lakukan…!!!” imbuh
sang jemaah.
“ASTAGHFIRULLAHAL AZHIM….!!!” sang ustadz beristighfar
kepada Allah dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tak terbayang oleh
sang ustadz tentang sosok hamba Allah Swt yang berani melakukan dosa zina
sebanyak itu. Sang ustadz merenung dan memikirkan kelakukan manusia bejat ini,
hingga rona wajah sang ustadz sungguh berubah secara drastis. Mendapatinya sang
jemaah kembali mengejar, “Ustadz, kalau dosa sebanyak itu…. apakah bila ia
bertaubat maka akan diterima oleh Allah?!” Berat sebenarnya sang ustadz menata
hati saat mendengar peristiwa ini. Namun sang ustadz mencoba untuk tersenyum
dan meyakinkan jemaahnya dengan ucapan, “Meski dosa tiada terhitung. Meski dosa
setinggi langit, bahkan bila dosa itu sepenuh bumi. Selagi sang hamba bertaubat
dan beristigfar kepada Allah, maka pasti Allah Swt akan menerima taubat dan
memberi ampunan untuknya![2]
Jawaban ustadz terakhir membuat sang jemaah merasa lega.
Ia mulai tersenyum dan kemudian mengatakan, “Alhamdulillah…., kalau memang
demikian maka saya akan menyampaikan kabar ini kepada sahabat saya itu. Semoga
ia yakin bahwa taubatnya akan Allah terima. Tapi ustadz, supaya dia bisa dengar
langsung… bisakah saya ajak dia untuk bertemu dengan ustadz?”. “Dengan senang
hati saya bersedia berjumpa dengannya. Silakan datang ke kamar 709. Saya tunggu
ya di kamar pukul 8 pagi ini…! terang pak Ustadz. Sejurus kemudian sang ustadz
meninggalkan jemaahnya di meja restoran. Beliau pergi menuju kamarnya sambil
terus berucap istighfar kepada Allah Swt karena sulit membayangkan betapa besar
dosa yang dilakukan oleh hamba Allah Swt seperti yang diceritakan jemaahnya.
Beliau masuk ke kamar, lalu tepat pukul 8 pagi, sang ustadz mendengar pintu
kamarnya diketuk oleh seseorang. Sang ustadz sigap bangkit untuk membuka pintu,
dan ia menduga di balik pintu kini sudah berdiri dua orang manusia. Pertama
adalah jemaah yang sudah dikenalnya, dan satunya lagi adalah sahabat jemaahnya
yang katanya pernah melakukan dosa zina bahkan 200 kali lebih!
***
Sayang…, begitu sang ustadz membuka pintu ternyata di
sana hanya berdiri sesosok pria yang tiada lain adalah jemaahnya sendiri. “Mana
sahabatmu yang mau konsultasi…?” sang ustadz menanyakan. “Tadinya dia sudah mau
ke sini, namun setelah berpikir beberapa lama ia mengutusku saja untuk menemui
ustadz. Dia bilang, ia malu berjumpa dengan ustadz!” jelas sang jemaah. “Ya
sudah kalau begitu, silakan masuk!” sahut pak ustadz. Jemaah itu kemudian masuk
ke kamar sang ustadz. Dia duduk di salah satu kursi yang ada dalam kamar itu.
Sedikit pembicaraan awal pembuka suasana mulai terdengar, hingga sang jemaah
itu kembali bertanya hal yang sama kepada sang ustadz, “Apakah bila dosa zina
bahkan hingga lebih 200 kali akan bisa diampuni oleh Allah bila sang hamba mau
bertaubat…?!” Sang ustadz mencoba meyakinkan dengan berbagai macam dalil Al
Quran dan hadits yang menyatakan bahwa Allah Swt adalah Maha Penerima taubat.
Berkali-kali usai membacakan dalil sang ustadz menegaskan, “Pasti Allah Swt
akan menerima taubat hambaNya!!!” Jawaban-jawaban ustadz itu rupanya sudah
cukup melegakan bagi sang jemaah. Usai berdiskusi selama setengah jam lamanya
akhirnya sang jemaah kemudian menyalami tangan sang ustadz. Dengan mata
berkaca-kaca jemaah itu kemudian berkata, “Ustadz mohon maaf ya…, orang durjana
yang berzina lebih dari 200 kali itu tiada lain adalah saya orangnya!!!” Bagai
disambar petir sang ustadz teramat kaget mendengarnya. Seolah tak percaya
mendengar penuturan itu, kedua mata sang ustadz memandangi jemaahnya yang kini
sedang menangis di hadapannya mulai dari atas ke bawah hingga dia pandangi
dengan cara yang sama berulang-ulang. “Kok bisa ya, ia melakukan semua dosa
ini…?!” gumam sang ustadz dalam hati. Namun sang ustadz menyadari bahwa ia
sudah menjamin pintu taubat bagi pelaku zina sebanyak ini. Ia tidak akan
menarik ucapannya lagi! Akhirnya sang ustadz memeluk jemaahnya dan ada
kehangatan iman yang kini menjalar masuk menembus relung hati sang jemaah.
***
“Maafkan saya, Ustadz! Saya harus berbohong dalam masalah
ini. Saya semula khawatir ustadz akan marah kepada saya bila tahu saya
melakukan dosa sebanyak ini… Makanya saya berpura-pura bahwa yang melakukan ini
adalah sahabat saya. Sungguh saya ingin bertaubat kepada Allah Swt atas semua
dosa zina yang pernah saya lakukan. Apalagi sekarang Allah Swt sudah beri saya
seorang istri shalihah yang berjilbab. Bahkan dua orang anak saya adalah
perempuan. Setiap kali mau pergi meninggalkan rumah, saya merasa amat khawatir
bila mereka bertiga akan digagahi oleh pria lain, seperti yang sering saya
lakukan dengan banyak wanita. Saya gak sanggup menanggung dosa ini, Ustadz…!!!”
Sang ustadz merasa iba dan haru mendengar penuturan taubat seorang jemaahnya.
Beberapa petuah untuk bertaubat dan beristighfar diajarkan oleh sang ustadz
untuk ketenangan hati jemaahnya.
Akhirnya usai mendapatkan ketenangan batin itu, sang jemaah berpamitan
dan ustadz pun melepasnya hingga ke depan pintu kamar. Lalu pintu itu pun
tertutup kembali.
***
Sang ustadz menghirup nafas yang dalam usai tamunya
pergi. Kini sang ustadz mulai mengerti betapa berat beban dosa yang dipikul
orang pelakunya. Dan betapa usai bertaubat dan beristighfar kepada Allah
terdapat banyak kedamaian, ketenangan dan ketentraman jiwa. “Sungguh taubat
& istighfar akan membawa orang yang melaksanakannya bersih jiwa dan
pikiran!!!” simpul pak Ustadz.
No comments:
Post a Comment