!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, May 1, 2015

Arab Saudi telah menangkal sebuah serangan besar yang dilancarkan pemberontak Houthi



Arab Saudi  telah menangkal sebuah serangan besar yang dilancarkan pemberontak Houthi

Militer Arab Saudi mengklaim telah menangkal sebuah serangan besar yang dilancarkan pemberontak Houthi dari Yaman di perbatasan mereka, kata media pemerintah Arab.
Sebuah pernyataan militer yang dikutip kantor berita Saudi (SPA), mengatakan serangan itu terjadi di perbatasan selatan, dekat Kota Najran.
Pasukan Saudi kemudian terlibat dalam baku tembak dengan para penyerang yang diidentifikasi sebagai pemberontak Houthi dan kelompok yang bersekutu dengan mereka. Militer lalu memanggil serangan udara untuk membombardir posisi pemberontak Houthi.
Meski demikian, BBC belum mendapat pernyataan resmi dari kubu pemberontak Houthi terkait laporan pertempuran di perbatasan Saudi.
Para pemberontak Houthi—yang menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk Ibu Kota Sanaa—telah berperang melawan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi selama beberapa bulan.
Namun serangan pada Kamis (30/04) itu merupakan pertempuran besar pertama di wilayah Arab sejak serangan udara dimulai, akhir Maret lalu. Laporan Saudi mengatakan puluhan pemberontak tewas.
Dari sisi Saudi, serangan tersebut menambah korban tewas menjadi 14 orang selama lima minggu terakhir. Dua minggu lalu, PBB mengatakan 551 warga sipil telah tewas dalam konflik tersebut - sekitar setengah jumlah korban tewas yang diperkirakan pada saat itu.

Pemberontak Houthi masih menguasai sejumlah kawasan di Yaman, walau serangan udara Saudi telah dimulai sejak akhir Maret lalu.
Kelangkaan bahan bakar
Pada Kamis (30/04), lembaga World Food Programme (WFP) mengatakan mereka terpaksa harus menarik diri dari Provinsi al-Hudaydah setelah kehabisan bahan bakar di sana.
Hal serupa dinyatakan oleh oleh Komite Internasional Palang Merah, yang mengatakan bahwa kurangnya bahan bakar - serta pembatasan impor – mengakibatkan rumah sakit harus berjuang untuk memberikan perawatan yang memadai.
WFP telah meminta semua pihak yang terlibat dalam pertempuran untuk mengamankan koridor impor bahan bakar dan makanan.
Purnima Kashyap, direktur WFP di Yaman, mengatakan: "Ini adalah negara di mana setengah populasi mengalami rawan pangan, yang berarti bahwa banyak keluarga tidak tahu dari mana makanan mereka akan datang besok. Sangat penting bagi kami untuk terus membantu keluarga-keluarga ini dengan makanan.

Pesawat-pesawat tempur dari negara-negara koalisi pimpinan Arab Saudi terus menggempur pemberontak Houthi di Yaman, hari Kamis (23/04).
Sasaran serangan udara ini antara lain adalah tank-tank yang berada di pinggiran kota pelabuhan Aden.
Serangan pasukan koalisi juga dilaporkan terjadi di kota Ibb di Yaman utara, sementara itu Houthi dan sekutu-sekutu mereka menyerang kota Al-Dali dengan persenjataan berat.
Pada hari Selasa (21/04) Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka mengurangi serangan udara, yang mereka lancarkan untuk mendukung pemerintah Yaman.
Serangan udara koalisi pimpinan Saudi di Yaman sudah berlangsung selama satu bulan.
Tapi mereka juga mengatakan serangan terhadap posisi-posisi pemberontak akan tetap dilanjutkan jika dirasa perlu.
Para pendukung Houthi
Para pendukung Houthi menggelar demonstrasi di Sanaa menentang serangan Saudi.
Operasi militer ini ditujukan untuk memulihkan kembali pemerintahan pimpinan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dan menghentikan gerak maju kelompok pemberontak Houthi di Yaman barat dan selatan.
Tapi Presiden Hadi masih berada di Riyadh dan Houthi beserta unit-unit militer yang memaksa Presiden Hadi melarikan diri ke Saudi masih menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.

Seorang bangsawan kaya raya Arab Saudi menuai kritik di media sosial setelah menawarkan mobil mewah kepada para penerbang tempur yang berpartisipasi dalam pemboman di Yaman.
Awal pekan ini, Saudi mengumumkan penghentian serangan ke Yaman. Untuk merayakannya, Pangeran Al-Waleed bin Talal, salah satu orang terkaya itu, mengumumkan pada 3 juta pengikut akun Twitternya: "Sebagai penghargaan atas peran mereka dalam operasi tersebut, saya merasa terhormat untuk menawarkan 100 mobil Bentley pada 100 pilot tempur Saudi."
Tawaran itu ditanggapi beragam reaksi. Lebih dari 28 ribu orang membagi postingan tersebut, dan 5.000 lainnya menyukai.
Sebagian memuji sang pangeran karena "murah hati" dan sejumlah orang Saudi mengatakan, para pilot mereka berhak mendapatkan mobil mewah, bahkan lebih lagi, karena telah menunaikan tugas militer.
Namun, bagi mereka yang tinggal di luar Arab Saudi, khususnya di Yaman, menganggap penawaran ini menyinggung. "100 mobil Bentley untuk 100 pilot yang mengebom Yaman. Sementara, tak satu pun ambulans untuk semua rumah sakit yang mereka hancurkan," kata seorang warga Yaman, dalam Twitter.
Prince Al-Waleed bin Talal Al-Saud
Prince Al-Waleed bin Talal Al-Saud
Warga Yaman lain, yang sempat membagi foto yang menunjukkan kehancuran rumahnya akibat serangan udara Arab Saudi menulis di Twitter: "Pangeran Al Waleed memberikan 100 Bentley untuk para pilot tempur Saudi. Sebaliknya, apartemen saya hancur akibat ledakan. Saya yakin, semangat saya lebih tinggi daripada pilot-pilot itu."
Lainnya menyoroti kesenjangan antara orang-orang yang hidup di Yaman, salah satu negara miskin di dunia dan tetangga kayanya di Arab Saudi. "Apakah nyawa 100 atau 200 orang layak dipertukarkan untuk sebuah Bentley. Betapa murahnya nyawa manusia," kata seorang pengguna Twitter di Yordania.
Twitter Pangeran Arab
Cuitan sang pangeran ditanggapi beragam reaksi parea pengguna Twitter
Cuitan asli yang menawarkan hadiah tersebut kini telah dihapus, meski lamannya masih bertebaran di dunia maya. Sejumlah media Arab Saudi melaporkan, akun Twitter sang pangeran telah diretas. Namun tak ada laporan soal peretasan yang disampaikan - dan ia tidak merespon ketika BBC meminta pendapatnya.
Tahun lalu pangeran, yang terkenal karena gaya hidupnya mewah dan pamer pemberian hadiah, menghadiahkan 25 mobil kepada tim sepak bola setempat setelah mereka memenangkan kejuaraan Saudi, sebuah langkah yang memicu perdebatan di Saudi tentang siapa yang harus mendapat hadiah BBC


No comments:

Post a Comment