!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Tuesday, August 19, 2014

Polisi di ×Missouri menembak mati pria kulit hitam kedua, di tengah ketegangan menyusul protes dan bentrokan menyusul penembakan remaja lain.




Polisi di ×Missouri menembak mati pria kulit hitam kedua, di tengah ketegangan menyusul protes dan bentrokan menyusul penembakan remaja lain.

Penembakan pertama remaja kulit hitam ×Michael Brown menimbulkan kerusuhan besar.

Otopsi kedua menunjukkan, Klik Brown ditembak berkali-kali.
Polisi di St Louis mengatakan pria itu mengancam dengan pisau dan berteriak "tembak saya, bunuh saya sekarang."

Polisi juga mengatakan pria itu mendekat sekitar dua meter dari polisi yang kemudian melepaskan tembakan.

Pria itu meninggal di tempat kejadian. Penembakan terjadi di daerah yang dekat dengan ×Ferguson, tempat Brown tewas ditembak.

Kepala kepolisian St Louis Sam Dotson mengatakan pria itu tersangka pencurian.
"Kami diberitahu ada tersangka yang terlibat dalam pencurian, kami dikontak dan pria itu bertindak aneh dan membawa pisau. Polisi bertindak saat tersangka tidak menanggapi perintah untuk menjatuhkan senjata," kata Dotson.

Ia juga mengatakan polisi memiliki hak untuk membela diri.
"Saya rasa keselamatan perwira merupakan prioritas pertama. Jadi bila ×Anda adalah keluarga polisi dan seseorang mendekati sekitar tiga kaki dengan pisau, tentu ×Anda berhak membela dan melindungi diri," kata Dotson.

"Saya rasa kita semua mengerti apa yang terjadi di ×Ferguson namun saya rasa setiap polisi di sini memiliki hak untuk membela diri dan masyarakat," tambahnya.

Remaja kulit hitam yang tewas oleh polisi di Ferguson, Missouri, 9 Agustus lalu, ditembak enam kali, dua di antaranya di kepala, pemeriksaan medis menyimpulkan.
Dr Michael Baden ditunjuk khusus oleh keluarga Michael Brown --remaja tak bersenjata korban penembakan itu-- untuk melakukan Klik otopsi kedua yang independen.

Kematian Michael Brown,18, memicu Klik kerusuhan dan bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa di kawasan pinggiran St Louis.

Jam malam diberlakukan "Klik untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban."
Darren Wilson, petugas polisi yang menembak Brown, diskors sejak penembakan itu, sedangkan keluarga Brown menyerukan agar polisi itu ditahan dan diadili.

Pengacara keluarga Brown, Ben Crump mengatakan hari Senin, permintaan otopsi kedua itu karena "tak mau mengandalkan otopsi yang dilakukan oleh penegak hukum St. Louis, sebagai pihak yang sama yang dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan anak mereka di siang hari bolong."

Shawn Parcells, seorang ahli patologi forensik, asisten Dr Baden, menyebut luka di tangan Brown kemungkinan terjadi karena ia mengangkat tangan, "tapi kami tidak tahu."

Dua tembakan mematikan
Sejumlah saksi mengatakan, Brown ditembak saat ia mengangkat tangan dalam posisi menyerah.

Dr Baden, seorang ahli patolosi forensik terkenal mengatakan dalam jumpa pers, "keluarga (korban) memiliki hak untuk mengetahui bagaimana ia tewas. Ini akan menenangkan keluarga dan pertanyaan masyarakat."

Dr. Baden dan asistennya mengatakan, Brown ditembak setidaknya enam kali, dua di antaranya di kepala.

Sebutir peluru menembus bagian atas kepala, dan sebutir lagi persis menembus titik di atas alis kanannya.

Tembakan di bagian atas kepal itulah yang mematikan.
Dr Baden menyebutkan, tak ada tanda-tanda perlawanan, karena lecet di muka Brown kemungkinan besar akibat menghantam lantai setelah ditembak.

Ia juga meyakini, polisi itu tidak menembaknya dari jarak dekat, karena tada ada serbuk peluru di jenazahnya, yang mengisyaratkan bahwa polisi itu berjarak setidaknya 0,6 meter. BBC

No comments:

Post a Comment