!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, July 19, 2013

Gerakan demokratisasi Islam sulit di bendung di Timur Tengah


Gerakan demokratisasi  Islam sulit di bendung di Timur Tengah

Gerakan prinsip politik demokratis yang diawali Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 di kota Madinah, Arab Saudi, kini mulai menjangkiti negara-negara Timur – Temgah, walaupun coba dibendung negara-negara sekuler dengan sekutunya namun sulit dibendung gerakannya.

Gerakan ini terlihat dengan kemenangan Hamas di Palestina, namun kemenangan itu dijegal negara Amerika Serikat dengan tidak mengakuinya, sehingga Hamas hanya ‘’dipasung’’ di jalur Gaza, dan gerakan Fatah kembali mengusai Palestina di Tepi Barat.

Kini di Mesir kembali Partai Islam Ikhwanul Muslimin yang didukung Partai Annur Salafi memenangkan pemilihan umum paling demokratis di Mesir dengan 51 persen suara, sehingga Presiden Mursi jadi Presiden.
Namun baru satu tahun berkuasa, Mursi dikudeta kelompok Militer yang di dukung kelompok oposisi yang sekuler.

Terjadinya proses demokratisasi di Mesir nampaknya tidak disukai Amerika Serikat yang nampaknya ragu-ragu mendukung Mursi, apalagi negara-negara Arab,seperti Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab yang kuatir gerakan demokratisasi di Mesir bisa merembet ke negara mereka hinnga bisa menumbangkan sistem monarki absolut yang hanya menguntungkan segelintir penguasa (raja), bukan mayoritas rakyat.

Itulah ketika Pemerintahan sekuler dukungan militerkembali berkuasa di Mesir , segera Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab menjanjikan bentuan pinjaman lunak US$ 12 miliar, bentuan yang tidak ditawarkan ketika Mursi ketika berkuasa. Mursi ketika itu dibiarkan membangun ekonomi Mesir yang morat marit akibat peninggalan rezim Mubarak dengan mengajukan pinjaman pada Bank Dunia.

Kini prinsip demokratis mulai marak di Timur Tengah, dalam hitungan bulan mulai akan menumbangkan rezim dukungan militer Assad di Suriah, serta rejim otoritarian lainnya di Timur Tengah. Dan Rakyat Arab di Timur Tengah mulai sadar siapa-siapa saja yang betul-betul kampiun mendukung gerakan demokratis.

Dua orang tewas dan tujuh orang cedera dalam bentrokan pada Jumat malam (19/7) antara pendukung dan penentang presiden Mesir yang dikudeta Muhammad Mursi di Mesir Utara, demikian laporan edisi daring media resmi, Ahram, Sabtu.

Di Kota Mansoura di Delta Nil, seorang perempuan dan seorang anak perempuan yang berusia 13 tahun ditembak hingga tewas, sementara tujuh orang menderita luka serius akibat penembakan dan penikaman, kata laporan tersebut.

Ketujuh orang yang cedera telah dipindahkan ke rumah sakit terdekat.

Bentrokan itu terjadi saat sejumlah pendukung Mursi turun ke jalan sesudah Shalat Jumat, dan menyerukan pemulihan presiden terguling Mesir tersebut sebagai pemimpin sah negeri itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.

Penentang Mursi mendukung Angkatan Bersenjata dan peta jalannya. Mereka menyalahkan pendukung Moursi atas kerusuhan baru-baru ini.

Sementara itu, di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat malam, Menteri Dalam Negeri Mesir Muhammad Ibrahim kembali menyampaikan komitmennya untuk melindungi pemrotes damai dan pawai mereka sejalan dengan Angkatan Bersenjata.

Ia juga memperingatkan warga agar tidak melakukan kerusuhan dan pengrusakan, dan menambahkan Angkatan Bersenjata serta polisi Mesir takkan membiarkan setiap orang yang berupaya melanggar hukum, merusak jalan, membuat sesak lembaga negara atau menduduki kompleks penting.

Ikhwanul Muslimin pada Sabtu (20/7) dini hari waktu Kairo, Mesir, mengungkapkan bahwa empat wanita pendukung presiden terguling Muhammad Mursi tewas dan lebih 200 orang cedera akibat diserang di kota Provinsi Mansoura, 126 kilometer utara Kairo.

"Kami diserang oleh perusuh dan menewaskan empat wanita dan lebih 200 orang cedera," kata Satuan Media Darurat Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi. Disebutkan, sebagian korban telah dilarikan ke rumah sakit terdekat dan lainnyan dirawat di satuan medis darurat di lapangan,demikian laporan wartawan Antara dari Kairo.

Pendukung Mursi pada Jumat melancarkan unjuk rasa akbar di Kairo dan berbagai kota provinsi untuk menuntut pengembalian keabsahan Presiden Mursi yang digulingkan dalam kudeta militer pada tiga pekan lalu. Sejak digulingkan pada 3 Juli, Mursi ditahan di suatu tempat yang dirahasiakan.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mendesak penguasa transisi, namun ditolak dengan alasan keamanan. Kelompok anti-Mursi juga pada Jumat melakukan unjuk rasa di Bundaran Tahrir untuk menuntut Mursi diadili.

Hingga Sabtu dini hari waktu setempat, suasana kota Kairo relatif aman kendati terjadi demo besar dari kedua pihak yang berseberangan. Selain di Kairo, unjuk rasa dari kedua kubu juga dilancarkan di berbagai kota provinsi.

No comments:

Post a Comment