Perang Saudara yang kini telah menelan korban sipil ratusan ribu orang yang telah terjadi akibat konflik antara rejim militer yang didukung kelompok sekuler dan syiah kelompok rejim Presiden Assad melawan kelompok oposisi Sunni yang kini mulai dipasok senjata dari Arab Saudi yang membelinya dari Israel, kini juga mengancam Mesir.
Konflik perang saudara semakin mengancam Mesir setelah penguasa militer Mesir meminta kelompok oposisi yang didukung kelompok sekuler dan non-Muslim diminta turun ke jalan berdemonstrasi untuk meminta legitimasi dari Rakyat.
Sementara esbagian besar dari 300 orang yang tewas di jalan-jalan di Mesir adalah kelompok pendukung presiden yang terpilih secara semokratis Mursi yang kini dugulingkan militer melalui kudeta. Sebagian besar mereka yang tewas akibat diterjang peluru du kepala oleh tentara yang menekan para demonstran menentang kudeta yang jumlahnya semakin meningkat di seluruh kota di Mesir.
Konflik politik di Mesir semakin panas seiring bentrokan yang terus terjadi antara kedua kubu, penentang dan pendukung Mohammed Mursi. Dilaporkan, jumlah korban meroket dalam semalam sejak aksi protes massa dari kedua kubu dimulai pada Jumat siang waktu setempat.
Diberitakan CNN, Sabtu 27 Juli 2013, laporan kantor berita MENA yang mengutip tim medis, korban tewas sejak Jumat hingga hari ini telah mencapai 75 orang di Mesir. Sementara itu, lebih dari 1.000 orang terluka dalam bentrok antara massa pro-Mursi dengan polisi di Nasr City, Kairo.
Di Nasr City yang telah jadi tempat pendudukan Ikhwanul Muslimin sebanyak 10 orang tewas. Ikhwanul Muslimin menuduh polisi telah menggunakan peluru tajam dalam menyerang mereka.
Bentrokan antara massa pro-Mursi dengan aparat juga terjadi di Jembatan 6 Oktober di Sungai Nil. Menurut saksi mata, di tempat ini aparat bersama dengan massa anti-Mursi bersatu menggempur Ikhwanul Muslimin. Gas air mata terus melayang ke arah gerombolan massa.
Kelompok anti Mursi turun ke jalan setelah mendapatkan lampu hijau dari pemimpin militer Mesir Abdel Fattah El-Sisi pada Rabu. Dia menyerukan rakyat untuk menggelar protes dan mendukung militer dalam menggempur kekerasan dan terorisme pasca penggulingan Mursi.
Mereka berkumpul di Kairo dan Alexandria. Jutaan massa pendukung militer berkumpul di Tahrir Square. Helikopter militer di atasnya menyebarkan leaflet dan bendera Mesir semakin membakar semangat juang penolakan terhadap Mursi dan Ikhwanul Muslimin.
Aksi besar Ikhwanul Muslimin digelar Jumat setelah Mursi divonis 15 hari penjara karena dituduh bekerja sama dengan Hamas. Mursi juga dituduh membobol penjara pasca revolusi Mesir dan membantu kaburnya banyak tahanan.
Sebelumnya, Jenderal Abdel Fattah El-Sisi telah memberikan ultimatum 48 jam untuk Ikhwanul Muslimin agar bergabung dalam peta politik Mesir. Namun hingga tenggat waktu Sabtu ini, belum ada respon dari Ikhwanul Muslimin.
Pengadilan Mesir mengeluarkan perintah untuk menahan mantan Presiden Muhammad Mursi selama 15 hari sambil menunggu hasil penyelidikan tuduhan yang menyebut dia menjadi mata-mata bagi kelompok militan Hamas.
Selain itu, menurut laporan kantor berita pemerintah, MENA, Mursi juga dianggap ikut membantu pembobolan penjara dalam peristiwa pemberontakan yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak.
Stasiun berita Al Jazeera, Jumat 26 Juli 2013 melansir keputusan itu dikeluarkan oleh pengadilan pada hari ini. Menurut informasi dari pejabat berwenang, keputusan itu diambil oleh Hakim Hassan Sammir, yang menyelidiki tuduhan terhadap Mursi.
Laporan itu muncul saat pendukung dan penentang Mursi tengah bersiap untuk menggelar unjuk rasa besar-besaran nasional sesuai seruan Panglima Militer dan Menteri Pertahanan sementara Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi. Di waktu yang bersamaan kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) juga menyerukan hal yang sama demi memperjuangan masa depan Mesir.
Namun hingga saat ini keberadaan Mursi masih belum diketahui. Banyak pihak menduga dia ditahan di markas Garda Republik. Juru bicara Kemlu, Badr Abdel-Atti pada tanggal 10 Juli lalu memang telah mengkonfirmasi bahwa Mursi kini berada di tempat yang aman dan diperlakukan secara baik.
Menanggapi keputusan pengadilan itu, juru bicara kelompok IM, Gehad El-Haddad, mengatakan bahwa Mesir sudah mulai kembali ke rezim lama ketika diperintah Mubarak.
"Tuduhan itu dibacakan seolah mereka merupakan pembalasan dendam dari rezim lama," ungkap El-Haddad.
Keputusan pengadilan itu merupakan lanjutan dari peryataan bulan lalu yang menyebut kelompok IM bekerja sama dengan kelompok Hamas dan Hizbullah untuk menyerbu penjara Wadi el-Natroun tahun 2011 silam. Saat itu sebanyak 34 anggota tinggi kelomok IM termasuk mantan Presiden Mursi berhasil dikeluarkan dari penjara.
Panglima militer merangkap Menteri Pertahanan kabinet sementara Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, menyerukan kepada para pendukung militer untuk turun ke jalan dan berdemonstrasi secara besar-besaran pada Jumat esok. Namun Sisi membantah seruannya itu merupakan ajakan kepada rakyat Mesir untuk melakukan tindak kekerasan.
Menurut dia, seruan itu lebih ke arah dukungan untuk upaya rekonsiliasi nasional. Stasiun berita Al Jazeera, Kamis 25 Juli, 2013 melansir Sisi menyerukan hal tersebut dalam sebuah pidato pada Rabu kemarin di hadapan para lulusan militer.
"Saya meminta untuk aksi hari Jumat esok, seluruh warga Mesir yang jujur dan dapat dipercaya untuk berpartisipasi. Mengapa Anda harus ikut serta? Mereka ke luar untuk memberikan saya mandat dan perintah, saya harus melawan tindak kekerasan dan aksi potensial terorisme," ungkap Sisi yang disiarkan langsung oleh media pemerintah.
Dalam kesempatan itu, dia turut membantah tuduhan yang menyatakan dirinya telah berkhianat terhadap mantan Presiden terguling, Mohammed Mursi yang dia jungkalkan tanggal 3 Juli kemarin. Dia juga mengatakan hingga saat ini pihak militer masih tetap solid dan tidak seperti yang diisukan telah terpecah.
"Saya bersumpah di hadapan Tuhan, bahwa militer Mesir masih tetap kompak dan solid," ujarnya.
Seruan serupa juga disampaikan oleh penasihat media Presiden Adly Mansour, Ahmed Al-Meslemani. Dia meminta warga Mesir untuk melindungi legitimasi revolusi dan mendukung upaya perlawan terhadap tindak terorisme.
Tanggapan Ikhwanul
Menanggapi seruan Sisi, anggota senior Kelompok Ikhawanul Muslimin Essam al-Erian, mengeluarkan pernyataan yang langsung ditujukan kepada pihak militer. Dia mengatakan ancaman Sisi tidak lantas mematikan perjuangan mereka.
"Ancaman Anda tidak akan menghentikan unjuk rasa melawan kudeta ini. Anda selalu berada di kantor untuk merancang konspirasi," ujar al-Erian.
Di mata kelompok IM seruan Sisi tidak lebih dari pengumuman adanya perang sipil. Oleh sebab itu dalam sebuah jumpa wartawan, kelompok Islamis dari oposisi meminta agar Sisi segera diadili atas kejahatan kemanusiaan.
"Seruan untuk aksi hari Jumat besok jelas merupakan pengumuman adanya perang sipil," kata perwakilan kelompok IM.
Sementara di mata anggota senior IM lainnya, Mohamed el-Beltagy, aksi hari Jumat esok dilakukan Sisi tidak lebih untuk melindungi kudeta militer yang telah dia lakukan. Dia juga mengatakan bahwa dengan adanya seruan hari Rabu kemarin menjadi bukti bahwa dia lah sesungguhnya pemimpin negeri ini dan bukan Presiden Mansour.
"Dia membuktikan diri sebagai pemimpin yang sesungguhnya. Presiden, Wapres dan pemerintahan yang saat ini berkuasa tidak memiliki kekuasaan apa pun," imbuhnya seperti dikutip stasiun berita BBC.
Sementara di tempat terpisah sekitar 10 ribu pendukung Mursi masih berkumpul di kota Nasr, pada Kamis ini dan menuntut kursi kepresidenan dikembalikan kepada Mursi. Sejak peristiwa tergulingnya Mursi, sekitar 100 warga Mesir dilaporkan tewas dalam berbagai aksi unjuk rasa.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, mengeluarkan peringatan khusus, travel advisory, bagi Warga Negara Indonesia (WNI). Mereka diminta untuk sementara waktu tidak berkunjung ke Mesir kecuali ada keperluan mendesak. Keputusan itu diambil setelah memperhatikan bahwa gejolak politik di Mesir sejak pergantian kepemimpinan belum juga mereda hingga hari ini.
Hal itu mendorong terjadinya berbagai unjuk rasa di berbagai wilayah khususnya di ibukota Kairo yang telah memakan banyak korban jiwa di kalangan warga Mesir. Demikian pernyataan tertulis Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang diterima VIVAnews, Kamis 25 Juli 2013.
Menlu meminta agar seluruh WNI menunda perjalanan ke Mesir, khususnya ke wilayah Semenanjung Sinai, hingga situasi kemanan kembali stabil. Sementara pada hari Jumat besok, Menteri Pertahanan Mesir di kabinet transisi, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, menyerukan kepada para pendukung militer untuk turun ke jalan dan berdemonstrasi besar-besaran pada Jumat esok.
Seruan itu kemudian dibalas para pendukung Mursi untuk melakukan aksi serupa. Terkait dengan aksi unjuk rasa yang akan digelar esok, Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesi di ibukota Kairo menghimbau tujuh hal kepada WNI yang masih bermukim di sana.
Hal itu tertuang dalam surat edaran no SE.061/VII/2013/PROTKONS dan terpampang di akun resmi Facebook mereka. Dari tujuh poin himbauan, antara lain meminta WNI menghindari keluar rumah pada hari Jumat esok kecuali untuk kepentingan beribadah dan keperluan menyiapkan bahan kebutuhan pokok, menjauhi pusat konsentrasi massa seperti di Lapangan Tahrir, gedung radio dan televisi, daerah Abbasiyah, Rabeah el-Adaweya, wilayah Universitas Kairo dan Istana Ittihadiyah.
Selain itu WNI juga disarankan untuk tidak ikut campur dalam politik dalam negeri Mesir baik secara verbal atau tulisan melalui media sosial dan selalu membawa tanda pengenal yang berlaku. Bagi Anda yang memerlukan informasi lebih lanjut terkait travel advisory ini dan perkembangan terbaru mengenai Mesir, dapat menghubungi KBRI Kairo di nomor +201 02222 9989, +201 051 85795.
Atau juga dapat menghubungi Kemlu bagian Direktorat Timur Tengah di nomor (021)384 9045.
No comments:
Post a Comment