!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, July 24, 2014

Pejabat bidang bantuan kemanusian PBB, Valerie Amos, menyatakan sangat prihatin dengan situasi di Gaza dan menegaskan bahwa gencatan senjata sangat penting untuk mengatasi keadaan.

Pejabat bidang bantuan kemanusian PBB, Valerie Amos, menyatakan sangat prihatin dengan situasi di Gaza dan menegaskan bahwa gencatan senjata sangat penting untuk mengatasi keadaan.



Amos menjelaskan konflik yang tengah berlangsung membuat 44% wilayah Gaza tidak bisa didiami atau dimasuki sama sekali oleh warga Palestina, sementara warga mulai kehabisan makanan.

"Ada lebih dari 118.000 orang mencari perlindungan di sekolah-sekolah PBB ... orang-orang kehabisan makanan. Air bersih juga menjadi persoalan," kata Amos.
"Situasi di Gaza memprihatinkan dan juga mengenaskan," tambahnya.

Lebih dari 710 warga Palestina dan 30 warga Israel tewas dalam pertempuran yang telah berjalan selama 16 hari, kata para pejabat.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pihaknya menyesalkan jatuhnya korban di pihak warga sipil Palestina, namun juga mengatakan adalah menjadi tanggung jawab Hamas atas jatuhnya korban ini.

Di lapangan, operasi darat dan udara Israel masih berlanjut dan di sisi lain Hamas terus menembakkan roket ke wilayah Israel.

Israel memulai operasi militer pada 8 Juli dengan tujuan menghentikan penembakan roket dari Gaza.

Pemimpin tertinggi Hamas, Khaled Meshaal, menandaskan tidak mungkin terjadi gencatan senjata di Gaza jika blokade ekonomi oleh Israel tidak diakhiri.
Berbicara dalam pertemuan internasional tentang Gaza di Qatar, Meshaal menegaskan Hamas akan terus menolak genjatan senjata hingga dipenuhinya syarat yang mereka tetapkan.

"Kami tidak akan menerima prakarsa apapun yang tidak mencabut blokade atas rakyat kami dan yang tidak menghargai penderitaan mereka," tegasnya.

Pernyataan pemimpin kelompok Palestina radikal itu muncul di tengah makin gencarnya serangan udara dan serangan darat Israel di Gaza.

Israel melancarkan ofensif militernya 8 Juli, dengan mengumumkan tujuannya adalah untuk menghentikan serangan roket dari Gaza.

Sedikitnya 649 warga Palestina dan 31 warga Israel terbunuh dalam 15 hari serangan, demkian keterangan pejabat Israel.

Dalam kesempatan lain, pejabat HAM PBB, Navi Pillay, mengutuk aksi militer Israel di Gaza.

Ia juga mengecam Hamas untuk 'serangan tanpa pilih sasaran' yang mereka lancarkan ke Israel.


Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mendarat di ibu kota Israel meskipun maskapai penerbangan Amerika dilarang terbang ke sana selama 24 jam.

Larangan diberlakukan setelah sebuah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza mendarat di dekat Bandar Udara Ben Gurion di Tel Aviv.

Benjamin Netanyahu sebelumnya meminta John Kerry mencabut larangan maskapai penerbangan Amerika menggunakan bandar udara di Tel Aviv. Langkah Amerika ini kemudian membuat maskapai-maskapai dari sejumlah negara menghentikan sementara penerbangan ke kota tersebut.

Israel mengatakan larangan ini memberikan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza kemenangan propaganda yang seharusnya tidak diberikan.

Kunjungan Kerry ke Israel pada Rabu (23/07) diadakan ketika upaya merundingkan gencatan senjata antara Israel dan Gaza berlanjut.

Menteri luar negeri Amerika dijadwalkan mengadakan perundingan dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kerry, Netanyahu dan Ban Ki-Moon mendorong Hamas menerima garis besar kesepakatan yang dirancang oleh Mesir, tetapi Mahmoud Abbas telah menyepakati tuntutan yang diajukan oleh Hamas.

Hamas menuntut jaminan agar blokade wilayah oleh Israel dan Mesir dicabut. BBC

No comments:

Post a Comment