!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, November 26, 2014

Cuci Darah (hemo dialysis): berarti vonis mati ?

Perjalanan yang belum selesai (153)

Depok, Jawa Barat, Indonesia, 27 Nonember 2014, 02.19 (WIB)



Rumah Sakit Esnawan Antariksa
Cuci Darah (hemo dialysis): berarti vonis mati ?

Sudah hampir 18 kali, lebih dari dua bulan saya melakukan proses cuci darah (hemo dialysis), Alhamdulillah (segala puji bagi Allah ) saya kini semakin sehat (fit), tidak lagi seperti orang mau mati (pingsan) sebelum saya mengikuti cuci darah di Rumah Sakit Milik Angkatan Udara Rumah Sakit dr Esnawan Antariksa.

Saya dan istri saya semula menolak rekomendasi dokter penyakit dalam di Rumah Sakit Tugu Ibu, Depok, dr Salman agar saya harus segera cuci darah.
Setelah diancam dr Salman : ‘’Kalau suamu ibu tidak cuci darah, saya bukan mau mendahului Tuhan, tetapi secara teori ilmiah kedokteran kalau suami ibu tidak dicuci darah, maka umur suami Ibu hanya tinggal menghitung bulan, kalau dicuci darah bisa tahunan,’’ ancam dokter Salman.

Saya, Istri dan anak saya tersentak mendengar ancaman dokter Salman itu, karena di Rumah Sakit Tugu Ibu walaupun sudah tersedia peralatan mesin cuci darah, namun belum tersedia dokter bedah yang bisa memasang doublelement dan semino maka saya di rekomendasikan memasang doublement di rumah sakit esnawan antariksa.

Di rumah sakit esnawan antariksa saya menemui dokter penyakit dalam dr widodo yang akan memasangkan doublelement, semacam alat di leher untuk memudahkan proses cuci darah.

Di bantu dua suster senior suster Eta dan suster dina, pada hari pertama dr widodo menunda proses pemasangan doublelement karena darah tinggi saya tiba-tiba melonjak jadi 210/90. Saya kembali dua hari berikutnya, walaupun kembali ditunda dua jam karena darah tinggi saya masih 280/80. Setelah diberi obat penurun darah tinggi saya disuruh tidur sebentar di ruang operasi, darah tinggi saya turun jadi 260/80, baru dr Widodo berani memasang doublelement.
Sebagai peserta Jaminan Sosial Kesehatan Pemerintah (JPPS) saya beberapi hari sebelumnya meminta rekomendasi dari seorang dokter muda perempuan di Poliklimik, Villa Pertiwi , Depok. Saya mengutarakan ingin minta surat rekomendasi akan cuci darah di rumah sakit Esnawan Antariksa.
‘’Apa cuci darah bisa sembuh ibu dokter,’’ Tanya saya., Jawa Ibu dokter ini: ‘’ Yah mudah-mudahan Allah masih memberi rezeki pada Bapak’’, Itu artinya selama kita masih diberi nafas itu artinya Allah masih member rezeki pada kita. Allamdulilah.

Saya memilih rumah sakit esnawan antariksa berkat rekomendasi tetangga saya yang tinggal satu blok dengan saya di Villa Pertiwi,Depok, bapak Yusuf Effendi yang sudah setahun ini melakukan cuci darah mulai dari rumah sakit cikini, rumah sakit Islam Sukapura, Jakarta Utara dan terakhir di rumah sakit esnawan antariksa.

Saya memilih menyesuaikan diri dua hari seminggu sama dengan Bapak Yusuf Effendi, karena saya bisa ‘’Numpang’’ kendaraannya sama-sama ke rumah sakit. Bapak yusuf , 71 tahun, mantan pensiunan guru Sekolah Teknik Menengah (STM) negeri ini selalu dengan setia ditemani isterinya, 61 tahun, yang selalu mengurutinya (message) selama 4 jam cuci darah.
Dari rumah berangkat jam 10.00 pagi, sampai dirumah sakit sekitar pukul 11.00. Wib pagi, biasanya kita menunggu sekitar satu jam di ruang tunggu yng kini nyaman ber-AC, sambil ngobrol (berbincang) dengan sesama pasien lainnya.

Obrolan biasanya didominasi Bapak Cecep, pensiunan kolonel angkatan Udara, yang sudah enam tahun cuci darah. Bapak Cecep ini kerap membawa mobil sendiri dari rumahnya di jalan Kali Malang menuju rumah sakit. ‘’Tapi , tiga tahun pertama saya menderita, saya ke rumah sakit digotong pakai tandu,’’cerita Bapak Cecep. ‘’Saya ke rumah sakit sendiri , agar isteri saya bisa jaga cucu di rumah kata Bapak Cecep, yang sekali-kali juga ditemani isterinya di ke rumah sakit.
Bapak Cecep ini mengaku gagal ginjal karena komplikasi darah tinggi.

Berbagai ragam penyebab pasien gagal ginjal harus melalui cuci darah, ada yang masih berdinas polisi aktif, mahasiswa, buruh dan kebanyakan pensiunan.

Sebagian besar gagal ginjal adalah komplikasi darah tinggi, diabetes, ada yang keracunan obat, minum obat sembarangan tanpa resep dokter, minim tonikum obat kuat dan soda-soda dan makanan dan minuman menggunakan bahan pengawet, atau gemar miniman keras.
Kini anak saya yang bekerja jadi konsultan Risk Manajemen (resiko manajemen) kliennya antara lain di PT Batu Bara Bukit Asam dan PT Pelindo (Pelabuhan) pernah ‘’memperingati’’ bos nya yang gemar makan dan minum di restayrant cepat saji. ‘’Bos jangan sering minum minuman pengawet seperti itu, nanti cuci darah seperti ayah saya,’’ teriak anak saya, pada bos,’’ yang suka beli minuman pengawet berdos-dos.
Setiap saya mengawali cuci darah saya selalu berbincang dengan parawat yang akan memasang selang mesin cuci darah di doublelement. ‘’Mas, suster, ada tidak pasien cuci darah yang berhasil sembuh keluar dari rumah sakit ini ,’’ Tanya saya. Hampi semua perawat tidak ada yang berani jawab “Iya ada. Tapi ada seorang nenek, yang tadinya cuci darah tiga kali seminggu, kemudian berhasil cuci darah hanya sekali seminggu.’’ Itu pun nenek ini bandel, setelah cuci darah hanya sekali seminggu, tapi karena bandel, makann sembarangan maka nenek ini kembali cuci darah dua kali seminggu,’’ cerita seorang perawat.

Ada juga pasien yang sudah cuci darah selama 14 tahun di rumah sakit Esnawan, tahun ke enam dia sudah tidak lagi keluar air seni (kencing/urines).
Ada seorang pekerja sudah tiga tahun cuci darah, dia memilih cuci darah shift malam, agar paginya bisa aktif bekerja di sebuah supermakrket.

Memang bosan juga kalau kita selama empat jam telentang tidur melakukan cuci darah. Sekali-kali saya memejamkan mata berzikir dan beristighfar (meminta ampun pada Allah dan berdoa), sekali-kali melek sekadar nonton TV yang ada di depan tempat tidur, atau Ngobrol sama isteri atau tetangga sesama pasien.

Betul kata artis senior Ria Irawan, yang seperti pengakuannya di televisi, Ria Irawan yang terkena kanker services menuturkan’’kita terkena musibah berupa penyakit ini agar kita bisa instrospeksi diri dan bertaubat Pada Allah maha pencipta’’.





No comments:

Post a Comment