!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Sunday, November 23, 2014

Perjalanan hidup yang belum selesai ?


Bersama Koresponden ASntara di Berlin Nanang Soenarto
Perjalanan hidup yang belum selesai ?

Depok, Jawa Barat Indonesia, 24 November 2014, 04.51 WIB


Wartawan itu orang miskin, tapi bergaya hidup mewah

Sebagai seorang wartawan di Indonesia itu kita bisa bilang adalah orang miskin, tetapi bisa hidup mewah, layaknya orang kaya atau ceo (pemimpin perusahaan bergaji besar).
Perlu saya garis bawahi wartawan di Indonesia, karena masing-masing Negara memiliki standar gaji yang berbeda. Semakin besar medianya semakin besar juga gajinya.
Pada tahun 1984, sebagai reporter Kantor Berita Antara gaji saya hanya Rp. 125.000 per bulan, sebesar Rp 90.000 per bulan saya sisihkan untuk nyicil rumah Kredit Bank Tabungan Negara tipe 45 di Villa Pertiwi, Depok selama 15 tahun. Lalu untuk hidup sehari-hari saya mengandalkan gaji Istri saya Rp 225.000 per bulan yang bekerja di Rumah Sakit Islam, Cempaka Putih Jakarta.
Sekitar tahun 1986, saya diundang Raja Oman Sultan Qabus, bersama para wartawan lainnya dari manca Negara kami diundang ke Oman, untuk meliput Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Kerajaan Oman dan objek wisata di Oman.
Dari Jakarta kita terbang dengan Singapore Airlines, rute Jakarta- Singapore, Islamabad, Pakistan, lalu menuju ibukota Oman , Muscat, Oman.
Sampai di Muscat, kita menginap di hotel mewah Al-Bustan, dan disediakan Mobil mercedez Benz bersama supirnya siap membawa crew wartawan ke berbagai lokasi di Oman.
Kebetulan saya satu kamar dengan wartawan TV3 Malaysia. Di Hotel ini para wartawan sudah disediakan makan pagi, makan siang dan makan malam secara prasmanan, makanan mewah khas Arab, seperti nasi goreng minyak samin dicampur kismis (anggur dan kacang mete) kambing bakar, anggur, kurma, dan berbagai ragam menu khas Arab.
Memang Oman dengan hasil mentahnya digunakan untuk membangun negaranya dan mensejahterakan rakyatnya. Kota ditata dengan apik, rapi, setiap pohon (bunga) di taman selalu dipasangi pipa air mancur agar tetap membasahi pohon-pohon (bunga) yang ada, tidak heran kota Muscat, Oman walaupun terletak di tengan padang pasir yang gersang, namun segar karena dikelilingi pepohonan (bunga) dan pohon kurma yang rindang.
Puas menikmati hidup gaya orang kaya, menggunakan mobil mewah mercedez benz, kamar hotel mewah, dan makanan lezat, selama tiga hari tiga malam, kami kembali ke Negara-negara masing-masing, dan kembali bekerja rutin di Jakarta dengan kendaraan operasional sepeda motor Honda Win 90 CC, makan siang di Warung Tegal (warung/ restoran kecil) di pinggir jalan dengan menu sederhana nasi, ikan , temped an tahu dengan harga murah. Kalau kita makan siang biasanya Antara menyediakan makan siang gratis di kantinnya.
Pulang dari Muscat, kita singgah di Bangkok, Thailand, dan memanfaatkan berdarmawisata di kota Bangkok dan sekitarnya.
Pada kesempatan lain ketika Indonesia masih menjadi anggota Negara Pengekspor Minyak OPEC, ada beberapa kali saya meliput Konferensi OPEC di markas OPEC di Wina, Austria, biasanya acara jamuan makan para Menteri Perminyakan OPEC di hotel-hotel Mewah di Austria, para wartawan yang meliput kegiatan itu juga ikut menikmatinya secara gratis.
Biasanya usai meliput konferensi OPEC di Wina , kita para wartawan selalu menyempatkan diri tour ke berbagai Negara di Eropa, seperti Hongaria, Belanda, Jerman , dan berbagai Negara Eropa lainnya.
Ketika kita meliput Konferensi Energi Dunia di Mandrid, Spanyol pun kita diberi kesempatan untuk tour ke Sevilla, dan banyak kota wisata di Spanyol.
Karena, rute pesawat ke Madrid dari Jakarta- via Singapore, Amsterdam, Belanda, lalu ke Madrid, pulangnya saya tidak menggunakan rute yang sama, tapi, Madrid, New York,Amerika Serikat, Los Angeles, California, baru Kuala Lumpur- Jakarta.
Sewaktu singgah di Los Angeles, saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah adik kandung saya yang tinggal di San Diego, California.

Kunjungan ini saya ulangi lagi ketika saya meliput pengapalan gas alam cair dari Bontang, Kalimantan Timur menuju Osaka, kami wartawan dari Jakarta menggunakan Japan Airlines (JAL) dari Jakarta ke Osaka, lalu dari Osaka ke Tokyo menggunakan Kereta api cepat. Dari Tokyo rute penerbangan saya belokkan via Los Angeles, agar saya kembali bisa nengok adik kandung saya secara gratis.

Sebagai Wartawan kita bukan saja bisa keliling dunia secara gratis, tapi juga keliling Indonesia dari Sabang- Aceh sampai Merauke, Papua, dengan jaminan keamanan penuh layaknya pejabat Negara.


Ketika bersama Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam, Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja, dan Menteri Pertambangan dan Energi Ginanjar Kartasasmita ke Timor Timur,ketika masih menjadi bagian propinsi Indonesia, kita para wartawan bersama menteri harus menggunakan jaket anti peluru naik kendaraan panser lapis baja (tank) keliling kota-kota dan desa di Timor Timur.

No comments:

Post a Comment