!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, November 24, 2014

Sumber daya energy terbarukan bisa antar Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia.


Energi tenaga angin
Sumber daya energy terbarukan  bisa antar Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia.


Oleh : Muhammad Jusuf*


Bangsa Indonesia harus bersyukur pada Allah Yang maha pencipta Alam semesta, karena Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam dan bumi yang subur.

Lihat saja tidak semua Negara bisa tumbuh bila ditanami pohon kelapa sawit, di Amerika Serikat, Cina, India dan juga di Rusia kecuali di Indonesia dan beberapa Negara lainnya seperti Malaysia. Padahal minyak kelapa sawit selain menjadi andalan ekspor dalam bentuk minyak goreng, tetapi juga bisa menjadi energy biodiesel , untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan energy lainnya.
Indonesia juga merupakan negeri gunung api yang memiliki potensi energy panas bumi terbesar di dunia, namun kini kalah dibandingkan Filipina dan Amerika Serikat yang sudah mengandalkan energy panas bumi untuk pembangkit listrik.
Belum lagi potensi energy surya, energy angin dan energy ombak serta energy air, sehingga bila energy terbarukan ini dimaksimalkan penggunaannya, maka energy yang dimiliki Indonesia seperti batu bara dan minyak bumi bisa dimaksimalkan nilai ekspornya, sehinnga devisa yang masuk semakin meningkat.
Energi terbarukan yang ada bisa memberikan insentif bagi industry dalam negeri, sehingga produk-produk dari teknologi canggih sampai sederhana akan memiliki biaya produksi rendah (murah) sehingga berdaya saing tinggi di pasaran dunia. Bila ini terjadi bukan tidak mungkin dalam 20 tahun ke depan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia menyaingi kekuatan ekonomi Amerika Serikat, Cina, Jepang dan India, termasuk Rusia.

Memang kini Indonesia sudah mengisaratkan akan meningkatkan Produksi Listrik dari Panas Bumi 3 Kali Lipat
Jika itu terjadi , Indonesia akan mengikuti jejak Filipina, tempat bahan bakar panas bumi memenuhi seperempat dari kebutuhan listrik, sehingga mengurangi polusi dan impor bahan bakar.
Pemerintah telah mengungkapkan target-target ambisius untuk meningkatkan produksi listrik dari panas bumi sampai tiga kali lipat pada dekade ini, dan mengumumkan serangkaian reformasi lahan dan aturan untuk menjadi produsen terbesar di dunia untuk bahan bakar alternatif tersebut.

"Karena semakin banyak mengimpor minyak, ditambah dengan meningkatnya permintaan akan listrik, penting bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi basis pembangkitan listrik," ujar Chris de Lavigne dari lembaga konsultansi Frost & Sullivan, seperti lapor VOA.

"Indonesia memiliki potensi untuk menjadi produsen panas bumi terbesar di dunia."

Sebagai produsen panas bumi terbesar ketiga di dunia dengan kapasitas 1.4 gigawatt (GW), Indonesia tertinggal dari Filipina dan Amerika Serikat yang berkapasitas masing-masing 1,9 GW dan 3,4 GW. Pemerintah berencana meningkatkan kapasitasnya menjadi 4,9 GW pada 2019.

Namun kemajuannya lambat akibat birokrasi, tarif listrik yang tidak kompetitif dan ketidakpastian mengenai kepemilikan aset. Waktu 25 tahun yang diperlukan dari tahap perencanaan sampai pembuatan fondasi untuk proyek terbaru menunjukkan kendala-kendala besar yang dihadapi sektor ini.

Pemerintah mengatakan reformasi-reformasi untuk menghalangi kekuasaan pemerintah daerah untuk mengganggu proyek-proyek ini, dan untuk mempermudah pembangunan di wilayah-wilayah hutan, seharusnya dapat mempercepat pembangunan 25 proyek yang akan ditenderkan awal 2015.

"Tidak ada kendala lagi di sektor ini. Ini saatnya kita bekerja. Ini peluang bisnis," ujar Tisnaldi, direktur panas bumi di Direktorat Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Para investor panas bumi berharap pemerintah Presiden Joko Widodo akan mengikuti rencana-rencana untuk mereforamsi harga listrik dengan cara yang sama dalam mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi, selain juga menanggulangi kendala-kendala lainnya.

"Jika kendala dalam pembebasan dan izin lahan dihilangkan, akan sangat membantu," ujar Fazil Alfitri, presiden direktur PT Medco Power Indonesia, perusahaan yang aktif dalam produksi listrik dari panas bumi.

Proyek-proyek panas bumi secara umum mengambil panas di bawah kerak bumi dengan memompa air ke dalam sumur dalam tempat panas itu diubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin-turbin.

Namun sektor ini terhalang birokrasi karena proyek panas bumi biasanya memerlukan komitmen kebijakan pemerintah yang kompleks dan berjangka panjang. Sektor ini juga ada di bawah undang-undang pertambangan, membatasi pembangunan-pembangunan di wilayah hutan sampai amandemen baru-baru ini.

Rencana pemerintah dapat membuat panas bumi memenuhi 10 persen permintaan akan listrik pada 2020, naik dari 3 persen saat ini. Sekarang ini sekitar setengah pasokan listrik dipenuhi batu bara, bahan bakar yang sedianya akan dikurangi untuk mendorong ekspor. Gas mencakup sekitar 20 persen dan minyak 12 persen.

Banyak negara-negara dengan panas bumi yang aktif berencana membangun pembangkit-pembangkit listrik baru, dengan kapasitas global melonjak dari 2 GW menjadi 12 GW sejak 1980.

Lavigne dari Frost and Sullivan mengatakan kapasitas panas bumi Indonesia dapat mencapai setinggi 29 GW, hampir dua pertiga pembangkitan listrik keseluruhan negara ini sekarang.

"Pengubah Permainan"

Pembangunan proyek Sarulla senilai US$1,6 miliar di Sumatra Utara, yang merupakan terbesar di dunia, dimulai tahun ini, 25 tahun sejak pertama kali direncanakan, terhambat kendala keuangan dan birokrasi.

Menggambarkan Sarulla sebagai "game-changer" (pengubah permainan), Shamim Razavi, pengacara sektor energi dari firma hukum multinasional Norton Rose Fulbright, mengatakan hal ini dapat berarti bahwa para investor dapat bersiap untuk mencari proyek-proyek baru.
"Jika kendala dalam pembebasan dan izin lahan dihilangkan, akan sangat membantu," ujar Fazil Alfitri, presiden direktur PT Medco Power Indonesia, perusahaan yang aktif dalam produksi listrik dari panas bumi.

Proyek-proyek panas bumi secara umum mengambil panas di bawah kerak bumi dengan memompa air ke dalam sumur dalam tempat panas itu diubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin-turbin.

Namun sektor ini terhalang birokrasi karena proyek panas bumi biasanya memerlukan komitmen kebijakan pemerintah yang kompleks dan berjangka panjang. Sektor ini juga ada di bawah undang-undang pertambangan, membatasi pembangunan-pembangunan di wilayah hutan sampai amandemen baru-baru ini.

Rencana pemerintah dapat membuat panas bumi memenuhi 10 persen permintaan akan listrik pada 2020, naik dari 3 persen saat ini. Sekarang ini sekitar setengah pasokan listrik dipenuhi batu bara, bahan bakar yang sedianya akan dikurangi untuk mendorong ekspor. Gas mencakup sekitar 20 persen dan minyak 12 persen.

Banyak negara-negara dengan panas bumi yang aktif berencana membangun pembangkit-pembangkit listrik baru, dengan kapasitas global melonjak dari 2 GW menjadi 12 GW sejak 1980.

Lavigne dari Frost and Sullivan mengatakan kapasitas panas bumi Indonesia dapat mencapai setinggi 29 GW, hampir dua pertiga pembangkitan listrik keseluruhan negara ini sekarang.

"Pengubah Permainan"

Pembangunan proyek Sarulla senilai US$1,6 miliar di Sumatra Utara, yang merupakan terbesar di dunia, dimulai tahun ini, 25 tahun sejak pertama kali direncanakan, terhambat kendala keuangan dan birokrasi.

Menggambarkan Sarulla sebagai "game-changer" (pengubah permainan), Shamim Razavi, pengacara sektor energi dari firma hukum multinasional Norton Rose Fulbright, mengatakan hal ini dapat berarti bahwa para investor dapat bersiap untuk mencari proyek-proyek baru.

Sebagian besar dari pembangkit-pembangkit listrik besar yang ada, seperti Salak milik Chevron, berada di Pulau Jawa.

Sarulla akan menghubungkan jaringan nasional, meski kapasitas beberapa pembangkit di tempat-tempat terpencil terbatas untuk melayani daerah-daerah setempat. Dua puluh lima situs baru yang akan ditenderkan pada awal 2015 sebagian besar ada di wilayah-wilayah hutan di Jawa dan Sumatra.

Sarulla akan memiliki kapasitas 330 MW, cukup untuk menyalakan listrik sekitar 330.000 rumah.

Jika berhasil, Indonesia akan mengikuti Filipina, tempat bahan bakar panas bumi memenuhi seperempat dari kebutuhan listrik, mengurangi polusi dan impor bahan bakar. (Reuters)


Harga minyak mentah di pasaran dunia Juni 2014 lalu masih sekitar US$ 100 per barel, kini 20 Nofwmber merosot jadi di bawah U$ 80 per barel (antara U$ 84- U$ 86 perbarel, atau merosot terus dalam tiga bulan terakhir.
Tapi, anehnya pemerintahan Joko Widodo – Muhammad Jusuf Kalla berani-beraninya justru menaikkan harga minyak solar dan bensin sehingga bisa memicu meroketnya inflasi dan memperlemah daya beli masyarakat. Sehingga harga Sembilan bahan pokok dan biaya transportasi juga naik, inilah yang mengundang berbagai protest di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa.
Terlepas dari polemik naiknya harga BBM (solar dan bensin) itu mari kita lihat seberapa besar potensi cadangan dan ketanan energy Indonesia.

Lima belas tahun lalu para peneliti dan lembaga energy Internasional, sudah memperkirakan cadangan minyak bumi di Indonesia dengan tingkat konsumsi yang ada akan habis dalam waktu lima belas tahun.

Lima belas tahun lalu kemampuan produksi Indonesia bisa mencapai 1,5 jut barel per hari, separuhnya di konsumsi dalam negeri.
Kini, mengapa Indonesia masih bisa memproduksi minyak mentah, walaupun jumlahnya terus merosot hanya sekitar 1 juta barel per hari, yang sebagian besar di konsumsi dalam negeri.
Salah satu alasannya adalah ditemukannya teknologi eksploitasi minyak baru. Seperti kita ketahui dengan metode konvensional cadangan minyak bumi yang bisa kita sedot dari perut bumi paling banyak 15% dari cadangan yang ada.
Namun dengan teknologi enhanced oil recovery steam flood, dengan menyuntuikkan uap panas (steam flood) ke sumur minyak yang ada, cadangan minyak bum ibisa di eksploitasi lebih banyak 15% lagi seperti yang telah lama dilakukan PT Caltex Indonesia (Kini Cheron) di lapangan minyak duri, Riau.
Alasan kedua, inestasi baru dibidang eksploitasi minyak bumi terus dilakukan sehingga cadangan minyak baru, walaupun kecil, terus ditemukan.

Semula ketergantungan minyak bumi untuk konsumsi kendaraan dan pembangkit listrik di Indonesia cukup besar.

Namun, karena diversifikasi penggunaan energy untuk pembangkit listrik kini dilakukan dengan menggunakan energi batubara.
Hampir semua pembangkit listrik baru kini menggunakan energy batubara.
Semula penggunaan batubara untuk pembangkit listrik tidak popular , lantaran pencemaran udara yang ditimbulkannya. Kini dengan ditemukannya system penyaringan udara maka debu batubara bisa disaring, bahkan debu batubara bisa dimanfaatkan sebagai bahan pencanpu semen, sehingga energy batubara kembali popular di dunia.

Itu sebabnya Indonesia kini bukan saja menkonsumsi batu bara untuk pembangkit listriknya, tetapi juga mengekspornya ke berbagai Negara.

Tidak heran Indonesia adalah salah satu dari lima Negara di dunia yang lolos dari dampak krisis ekonomi dunia, selain Korea Selatan, Mexico, Turki dan Polandia.
Indonesia selamat dari dampak krisis ekonomi dunia berkat ekspor komoditas seperti batubara, timah dan Kelapa sawit.

US Geological Survey Oil and Gas Journal, 1995 – 2000 lalu dalam laporannya memperkirakan, cadangan minyak bumi Indonesia mulai menipis, yang kini diperkirakan  hanya tersedia untuk jangka waktu sekitar 15 tahun. Hitungan tersebut dengan asumsi tingkat konsumsi tinggi seperti sekarang, yang berada pada kisaran tingkat pertumbuhan konsumsi 5-6 persen setahun. Perkiraan itu  bisa lebih parah lagi kalau pola hidup dari  masyarakat Indonesia  yang sangat boros dalam penggunaan energi fosil ini masih dipertahankan. Sulit dibayangkan apa yang terjadi pada negeri ini jika mengalami kekurangan pasokan energy yang berkepanjangan.
US Geological Survey Oil and Gas Journal, 1995 – 2000, juga melaporkan  Amerika Serikat yang hanya bisa memproduksi dan menikmati minyak bumi kurang dari 1 dekade, termasuk Kanada, Inggris, Norwegia, Mesir, Argentina, Australia, dan Ekuador. Dalam kelompok ini menurut US Geological Survey Oil and Gas Journal, termasuk Indonesia. Sumber yang sama juga memperkirakan Negara-negaraseperti China, Negeria, Aljazair, Malaysia, Kolombia, Oman, India, Qatar, Angola, Rumania, Yaman, dan Brunei, masih bisa menikmati enegi fosil ini dalam 50 tahun mendatang. Disamping itu dilaporkan juga Negara-negara yang produksi minyak buminya bisa berkelanjutan sampai 100 tahun seperti : Saudi Arabia, Rusia, Meksiko, Libya, Brazil, Azerbeijan, dan Trinidad, Iran dan Venezuela. Dan ternyata ada beberapa Negara yang bisa berpesta pora melanjutkan produksi minyaknya untuk masa lebih dari 100 tahun kedepan seperti Irak, Emirat Arab, Kuwait, Kazakhstan, Turkmenistan, Tunisia, dan Uzbekistan.
Walapun cadangan minyak bumi masih terdapat di berbagai belahan wilayah dunia, tetapi tak mungkin sanggup mengimbangi tingkat ketergantungan kita yang sangat tinggi pada energi fosil tersebut. Setidaknya ada perkiraan batasan, sekali waktu minyak bumi tak bisa disedot lagi dari perut bumi. Dengan  melihat kondisi cadangan energi minyak bumi yang semakin menipis, prioritas utama yang harus dilakukan untuk menanggulanginya adalah  mengurangi konsumsi BBM. Setelah itu usaha untuk mengganti energi fosil dengan energi alternatif.Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Brazil, China, India dan beberapa negara Eropa sudah bersiap-siap untuk mengatasi pasca habisnya minyak bumi. Mereka sudah mulai memanfaatkan etanol dan biodiesel sebagai alternatif pengganti energi minyak bumi.
Memang perlunya energi alternatif untuk mengurangi penggunaan BBM sudah sangat mendesak. Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah energi tersebut, seperti mengembangkan bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan (biofuel) saat ini sedang menjadi bahan perhatian banyak kalangan. Biofuel adalah sejenis bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati. Beberapa sumber bahan baku biofuel adalah sawit (palm), jarak (jatropha), sorgum, jagung, tebu dan singkong (casava). Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber-sumber alam nabati yang dibutuhkan sebagai bahan dasar biofuel tsb, tinggal permasalahan penyediaan tenaga ahlinya.
Disamping Biofuel energi nuklir salah satu alternatif yang cocok untuk Indonesia. Seperti diketahui Negara Perancis menggunakan energi nuklir untuk memenuhi 80 persen kebutuhan energinya.Sayangnya, pengembangan energi nuklir terkendala masalah teknologi dan sumber daya manusia sehingga perlu kerja sama dengan pihak asing.
Apa yang membuat nuklir kurang popular di Indonesia? Mungkin usaha pemerintah untuk mensosialisikan nuklir masih kurang. Nuklir hanya dipandang dari sisi negatifnya saja. Peran media massa sangat dibutuhkan dalam mensosialisasikan energi nuklir yang selama ini hanya di gambarkan sebagai alat pembunuh masal. Sangat diharapkan kita tidak terlambat untuk memutuskan penggunaan energi nuklir.
Jangan sampai pada saat kita sudah mulai bisa menerima kenyataan untuk mau tidak mau menerima penggunaan energi nuklir, kita sudah sangat jauh tertinggal dalam penyediaan tenaga ahlinya.
Indonesia cukup beruntung selain minyak bumi, kita juga punyak gas alam, walaupun Produksinya kini kian merosot. Bila 10 tahun lalu Indonesia adalah pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di didunia, kini merosot ke peringkat ke lima dilewati Qatar, Malaysia, Australia dan Brunei Darussalam.
Cadangan gas alam andalan Indonesia di lapangan gas Arun, Lhok Seumawe, Aceh terus berkurang. Dari kapasitas kilang LNG di Arun yang dulu mencapi enam train, kini tinggal satu train yang beroperasi.
Begitu juga kilang gas alam cair di Bontang, Kalimantan Timur, dari enam train, kini tinggal dua train yang beoperasi.
Untung Indonesia menemukan cadangan gas baru di Tangguh, Papua, yang gas alam cairnya kini diekspor ke Cina.
Potensi gas di Indonesia, sebenarnya masih lumayan besar. Bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi minyak mentah yang diperkirakan dalam 12 tahun lagi habis.

"Potensi gas di Indonesia mencapai 107,34 triliun kaki kubik, lokasinya merata di seluruh Indonesia, berbeda dengan potensi cadangan minyak yang semakin menipis.

Potensi (proven) gas di Indonesia tersebut, kemungkinan juga masih bisa berkembang. Masih ada potensi yang kemungkinan masih bisa dikembangkan lagi sebesar 52,29 triliun kaki kubik.

Melihat potensi gas itu pemerintah berusaha mengalihkan pemanfaatan energi dari minyak ke gas. "Apalagi, produksi gas Indonesia juga masih rendah sekitar 670 ribu kaki kubik per harinya.

Sementara potensi minyak di Indonesia mencapai 4,303.10 miliar barel, sedangkan potensi yang kemungkinan masih bisa dikembangkan mencapai 3,685,39 miliar barel.

Dengan kondisi itu, lanjutnya, pontesi minyak yang ada tersebut, dengan produksi minyak, sekarang ini sekitar 900 ribu barel per hari, diperkirakan dalam 12 tahun habis. Hanya saja, , perkiraan habisnya minyak tersebut, juga belum tentu kebenarannya, sebab kemungkinan masih ada temuan cadangan minyak baru.

"Dulu 10 tahun lalu ada perkiraan  minyak di Indonesia dalam 10 tahun habis. Kenyataan setelah 20 tahun masih ada dan ada perkiraan baru 12 tahun habis," paparnya.

 Besarnya cadangan migas di Indonesia itu, memang relatif sangat minim, dibandingkan dengan potensi cadangan migas yang ada di negara penghasil minyak di dunia, seperti Arab Saudi.

Sebaliknya, katanya, Indonesia relatif kaya dengan sumber daya alam, air, matahari, hutan, tapi tidak kaya dengan sumber migas, tapi juga kaya energy batubara.

Pada 2012, Indonesia mampu mengekspor batubara mencapai 330 juta ton dari total kapasitas produksi mencapai 400 juta. Sisanya, digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 
Indonesia menjadi negara dengan jumlah produksi dan cadangan batubara terbesar di dunia, ekspor batubara Indonesia masih sebatas negara-negara di Asia seperti China, India, Korea Selatan, Jepang serta beberapa negara Asean seperti Laos, Thailand, Myanmar dan Filipina.
 “Rata-rata nilai ekspor batubara kita mencapai US$20 miliar per tahunnya. Batubara di dalam negeri sekitar 53% digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sedangkan untuk kebutuhan industri dalam negeri hanya mencapai 47%. Tantangan perdagangan batubara nasional masih terbentur kualitas yang masih harus ditingkatkan. Pasalnya, China kini menerima batu bara dengan kualitas lebih tinggi dan rendah emisi. Meski begitu, kebutuhan ekspor batubara ke negara tradisional seperti China dan India serta beberapa negara Asean terus meningkat.
Cadangan batubara Indonesia diperkirakan mencapai 28 miliar ton yang sudah siap ditambang serta 156 miliar ton potensi batubara yang belum digali. Oleh karenanya, jika produksi batubara Indonesia tidak dikendalikan akan berdampak buruk pada industri dalam negeri. “Kalau produksi terlalu banyak, harga di pasaran akan anjlok. Jika seperti itu, ini akan memukul kita sendiri. Kalau harga jatuh negara enggak dapat apa-apa.

Salah satu energy masa depan Indonesia diantaranya adalah biodiesel.
Biodiesel selain berasal dari minyak pohon jarak juga berasal dari minyak kelapa sawit. Kini Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia, karena komoditi ini tidak bisa tumbuh di Negara lain kecuali di beberapa Negara tropis seperti Indonesia dan Malaysia.

Produksi komoditas kelapa sawit Indonesia yang merupakan bahan mentah minyak goreng (crude palm oil/CPO) rata-rata mencapai 23,5 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, 16,5 juta ton diekspor ke sejumlah negara di dunia, terutama AS dan Eropa.

Sawit merupakan salah satu komoditas unggulan negara karena jadi salah satu penyumbang devisa terbesar nonmigas.

Karena itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan industri sawit nasional. Dalam hal kelapa sawit. Indonesia memiliki pesaing kuat yaitu Malaysia. Meski secara volume Indonesia masih unggul dalam produktivitas Indonesia kalah oleh Malaysia. “Saat ini, luas lahan di Indonesia sekitar 7,9 juta hektare. Lahan seluas itu menghasilkan CPO 23,5 juta ton per tahun. Malaysia yang luas lahannya 4 juta hektare mampu memproduksi CPO 18,5 juta ton per tahun,” ujarnya.

Melihat kondisi itu perlu upaya meningkatkan produktivitas dengan penggunaan bibit berkualitas tinggi yang ditopang sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu, serta perlu adanya akses menuju pabrik pengolahan.

Pada tahun 2020 Indonesia mampu memproduksi 40 juta ton CPO per tahun. apabila penggunaan bibit berkualitas tinggi ditopang sistem pemeliharaan dan pemupukan terpadu.

Guna merealisasikan target itu, pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011-2030, pemerintah telah mengalokasikan kawasan hutan yang pemanfaatannya bagi sektor perkebunan.

“Saat ini, luas Hutan Produksi Konversi (HPK) sekitar 17,94 hektare. Sekitar 4,06  juta hektare di antaranya, dialokasikan pemerintah dalam RKTN 2011-2030 tentang kawasan hutan yang pemanfaatannya bagi sektor non-kehutanan, seperti perkebunan,” ujarnya.
"Biodiesel dan Bioetanol, kedua bahan bakar ini dihasilkan dari berbagai tanaman yang ada di Indonesia. Dengan kemampuan seperti itu, maka tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan energi biodiesel ini.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan pesat sejak awal tahun 80-an dan hingga akhir 2003 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 4,9 juta hektar dengan produksi CPO (crude palm oil) sebesar 10,68 juta ton.
Perkembangan perkebunan sawit ini,  masih akan terus berlanjut dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton/tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia - selain sebagian besar hasilnya masih dieskpor dalam bentuk CPO, dan di dalam negeri diolah menjadi produk pangan, terutama minyak goreng--adalah biodiesel, yang dapat digunakan sebagai "bahan bakar alternatif", terutama untuk mesin diesel.
"Dengan semakin tingginya harga minyak bumi akhir-akhir ini, sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkan biodiesel, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor.
Biodiesel ini adalah bahan bakar cair yang diformulasikan khusus untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil), tanpa perlu memodifikasi mesin dieselnya.
"Untuk pemakaian Biodiesel ini, bisa pure biodiesel, maupun sebagai bahan substitusi pada petrodiesel, dengan campuran antara 5 sampai 20%. Berbagai kendaraan, mulai dari truk, bus, traktor, hingga mesin-mesin industri bisa menggunakan bahan bakar biodiesel ini.
Bahkan sebuah mobil Toyota Innova keluaran terbaru - dengan mesin commond real-nya--bisa menggunakannya. Ia memberi contoh bahwa salah satu mobil Toyota Innova milik para peneliti sudah mampu menempuh jarak 9.195 km dengan menggunakan bahan bakar biodiesel.

*Senior freelance Journalist
yusuf.agusno@gmail.com




Berdasarkan studi kelompok penelitian Panas Bumi Pusat Sumber Data Geologi Badan Geologi Sampai di penghujung tahun 2009, telah  diketahui sedikitnya 265 lokasi sumber energi panasbumi di seluruh Indonesia dengan potensi 28,1 GWe. Sebagian besar  potensi tersebut berasosiasi dengan jalur vulkanik, yang umumnya berentalpi tinggi dan dapat dikembangkan secara komersial untuk pembangkitan tenaga listrik. Sebagian kecil adalah sumber panasbumi yang berasosiasi dengan sistem non-vulkanik, biasanya memiliki suhu reservoir relatif rendah.  Sistem panas bumi di Indonesia berdasarkan tatanan geologinya pada umumnya dapat dibedakan menjadi lima tipe:  gunung api strato tunggal, komplek gunung api, kaldera, graben –kerucut vulkanik, dan non vulkanik. Tipe-tipe sistem panas bumi ini mencerminkan besarnya potensi yang dikandungnya: tipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik pada umumnya mempunyai potensi energi yang jauh lebih besar  dari pada tipe lainnya.  Pemanfataan untuk pembangkit listrik hingga saat ini baru 1189 MWe atau sekitar 4 % dari potensi total. Semua sistem panas bumi yang telah dimanfaatkan  bertipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik. Sementara itu pemanfaatan langsung (direct use) masih jauh dari harapan.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Presiden RI dalam pernyataannya pada pertemuan G-20 baru-baru ini, telah menargetkan pengurangan sebanyak 26% emisi CO2 menjelang tahun 2020. 
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan  untuk mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia.
Hingga saat ini telah teridentifikasi 265 lokasi sumber energi panas bumi Indonesia dengan potensi mencapai sekitar 28,1 GWe (Gambar 1) atau setara dengan 12 (duabelas) milyar barel minyak bumi untuk masa pengoperasian 30 tahun, menempatkan sebagai salah satu negara terkaya akan potensi energi panas bumi. Tulisan ini disamping  membahas tentang  status potensi dan penyelidikan saat ini, juga akan disampaikan tentang tipe sistem panas bumi di Indonesia, yang barangkali dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan estimasi awal  bagi pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Daerah.
STATUS POTENSI DAN PENYELIDIKAN PANAS BUMI 2009
Pemerintah c.q Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Badan Geologi sejak tahun 1970-an telah melakukan kegiatan survei panas bumi. Apalagi dengan adanya undang-undang panas bumi, yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk melakukan penyelidikan pendahuluan membuat kegiatan ini semakin intensif. Data yang diperoleh digunakan untuk penetapan wilayah kerja pertambangan panas bumi. Kegiatan yang dilakukan meliputi geologi, geokimia dan geofisika.
Mengingat besarnya potensi energi panas bumi di Indonesia, dan  berkembangnya tingkat penyelidikan dan pengusahaannya, maka pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral  telah merumuskan suatu pedoman untuk mengklasifikasikan potensi energi panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik reservoar serta estimasi kesetaraan listrik. Pedoman tersebut telah disahkan sebagai Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, SNI 18-6009-1999. 
Berdasarkan Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, ada beberapa tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang terkait dengan pengklasifikasian potensi energi panas bumi. Setiap tahapan memiliki tingkat akurasii dan teknik yang berbeda-beda yang didukung oleh penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia, serta pengeboran kelandaian suhu.Dengan adanya kegiatan inventarisasi dan eksplorasi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, maka data potensi energi  panas bumi di Indonesia berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat penyelidikan yang telah dilakukan.
Sampai saat ini di Indonesia terdapat 265 lokasi panas bumi yang tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari P. Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku serta daerah-daerah non vulkanik seperti kalimantan dan Papua (Gambar 1). Perkiraan total potensi energi panas bumi di Indonesia sekitar 28.112 MWe  atau setara dengan 12 milyar barel minyak bumi. Dengan total  potensi sebesar ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkaya akan energi  panas bumi.  Pada  tahun 2009 terdapat penemuan 8 lokasi daerah baru  dengan potensi sekitar 400 Mwe dari hasil kegiatan survei panas bumi yang dilakukan oleh Badan Geologi. Lokasi daerah panas bumi baru ini adalah Lili, Mapili dan Alu , Sulawesi Barat;  Tehoru, Banda Baru dan pohon Batu , dan Kelapa Dua , Maluku ;  dan Kebar, Papua Barat.  Lokasi survei panas bumi tahun 2009  yang dilakukan  oleh Badan Geologi ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan  potensi enegi panas bumi untuk status tahun 2009 terlihat pada Tabel 1.
Dilihat dari status penyelidikannya, dari 265 daerah panas bumi yang ada, 138 lokasi (52,07 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan pendahuluan awal atau inventarisasi  dengan potensi pada kelas sumber daya spekulatif, 24 lokasi (9,05 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan pendahuluan dengan potensi pada kelas sumber daya hipotetis. Daerah yang telah disurvei secara rinci melalui survei permukaan dengan atau tanpa pengeboran landaian suhu dengan potensi cadangan terduga sebanyak 88 lokasi (33,21%). Daerah yang telah dilakukan pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan sebanyak 8 daerah (3,01%). Daerah panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik saat ini baru 7 lokasi atau 2,64 % dengan kapasitas total terpasang 1189 MW.
Jumlah lokasi panas bumi yang berpotensi mengalami tumpang tindih sebagian atau seluruhnya dengan kawasan hutan adalah  sekitar 81 lokasi  atau  sekitar  30 % dari total lokasi panas bumi di  Indonesia dengan potensi sekitar 12.000 MW Tabel 2). Dari sejumlah ini, sekitar 11 % ( 29 lokasi) berada di kawasan hutan konservasi dengan potensi sekitar 3400 MW dan sekitar 19 % (52 lokasi) berada di kawasan hutan lindung dengan potensi sekitar 8600 MW.Lokasi panas bumi yang sebagian berpotensi berada di kawasan hutan (konservasi) juga terjadi pada WKP eksisting seperti: Kamojang.
PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
Sumber daya energi panas bumi dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Energi yang digunakan merupakan hasil konversi dalam bentuk uap dan panas. Energi panas bumi yang digunakan secara langsung disebut direct use sedangkan energi panas bumi yang berupa konversi dalam bentuk listrik merupakan hasil konversi uap. Direct use memanfaatkan panas secara efisien dan pembiayaannya jauh lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik
Pemanfaatan panas bumi telah dilakukan sejak 1904 di Italy dimana dimasa itu uap panas bumi dapat menyalakan lima buah lampu. Di Indonesia pembangkit listrik tenaga panas bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di Kamojang dengan potensi sebesar 30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya seperti di G.Salak, Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga saat ini baru 1189 Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan.  Ketujuh lapangan panas bumi tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375 MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (227 MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (60 MW).
Pemanfaatan energi panas bumi secara direct use dilakukan tanpa adanya konversi energi ke dalam bentuk lain. Karena sifatnya yang mudah maka pemanfaatannya bisa dilakukan dalam berbagai cara. Untuk mengefektifkan penggunaannya pemanfaatan direct use dilakukan sesuai dengan kebutuhan temperaturnya. Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah melakukan pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata, pemanasan hasil kebun dan pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan. Namun secara umum pemanfaatan langsung bagi kepentingan bahan bakar industri pertanian belum berkembang.
WILAYAH KERJA PANAS BUMI
Dalam rangka mempercepat pengembangan energi panas bumi terutama untuk pemanfaatan tidak langsung (pembangkitan listrik), Pemerintah telah menetapkan beberapa WKP baru untuk daerah-daerah panas bumi yang kelengkapan datanya telah mencukupi.
Sampai saat ini telah ditetapkan sebanyak 22 WKP baru (Tabel  3). Dari 22 WKP ini, 5 WKP telah selesai dilelangkan.  6 WKP sedang dalam proses lelang dan 11 WKP  belum di lelang. WKP yang sudah selesai  dilelang yaitu Tampomas ( Jawa Barat), Cisolok-Cisukarame (Jawa Barat), Tangkuban Parahu (Jawa Barat), Sokoria  (NTT), Jailolo (Maluku Utara) dan Jaboi (NAD.  Sedangkan WP yang sedang dalam proses lelang tahun ini adalah Ungaran (Jawa Tengah), Ngebel Wilis (Jawa Timur), Blawan-Ijen (Jawa Timur),  Siaholon Ria Ria ( Sumatra Utara), dan Liki Pinangawan ( Sumatera Barat).
SISTEM PANAS BUMI  DI INDONESIA
Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia. Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan proses tersebut membentuk kantong – kantong magma (silisic / basaltic) yang berperan dalam pembentukan jalur gunungapi yang dikenal sebagai lingkaran api (ring of fire). Munculnya rentetan gunung api Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan sebagai model konseptual pembentukan sistem panas bumi Indonesia.
Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :  vulkanik, vulkano – tektonik dan Non-vulkanik. Sistem panas bumi vulkanik adalah sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunungapi api Kuarter yang umumnya terletak pada busur vulkanik Kuarter yang memanjang dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi Utara.Pembentukan sistem panas bumi ini biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah (andesit-basaltis) hingga  asam dan umumnya memiliki karakteristik reservoir ? 1,5 km dengan temperature reservoir tinggi (~250  -  ? 370°C). Pada daerah vulkanik aktif biasanya memiliki umur batuan yang relatif muda dengan kondisi temperatur yang tinggi dan kandungan gas magmatik besar. Ruang antar batuan (permeabilitas) relatif kecil karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam membentuk celah-celah / rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir. Daerah vulkanik yang tidak aktif biasanya berumur relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik yang cukup kuat untuk membentuk permeabilitas batuan melalui rekahan dan celah yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya terbentuk temperatur menengah - tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih sedikit. Sistem vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa sistem, misal : sistem tubuh gunung api  strato jika hanya terdiri dari satu gunungapi utama, sistem komplek gunung api jika terdiri dari beberapa gunungapi, sistem kaldera jika sudah terbentuk kaldera dan sebagainya.
Sistem panas bumi  vulkano – tektonik, sistem yang berasosisasi antara  graben dan  kerucut vulkanik, umumnya ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem sesar sumatera (Sesar Semangko). Sistem panas bumi Non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter. Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya tersebar di bagian timur sundaland (paparan sunda) karena pada daerah tersebut didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua Asia seperti batuan metamorf dan sedimen. Di Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga Irian didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen laut
PENUTUP
Sampai dengan November 2009, total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 28.112 MWe yang tersebar di 265 daerah prospek panas bumi.  Dari sisi jumlah lokasi yang ada, terdapat penambahan sebanyak 8 lokasi  dengan potensi sekitar 400 MWe yang merupakan hasil penemuan pada kegiatan lapangan tahun 2009.
Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan 22 WKP baru dengan total potensi mencapai 2376 MWe. Dari WKP baru tersebut, 6 WKP telah selesai  dilelang, 5 WKP sedang dalam proses lelang, dan 11 WKP belum di lelang .
Potensi panas bumi di Indonesia terdapat dalam berbagai tipe sistem panas bumi. Pengelompokan tipe sistem panas bumi  ini dapat memberikan estimasi awal besarnya potensi energi yang terkandung dalam suatu daerah panas bumi, dan barangkali  dapat digunakan sebagai pedoman awal dalam memilih lokasi-lokasi panas bumi untuk dilakukan penyelidikan selanjutnya bagi pemangku kepentingan.

Potensi energi matahari di Indonesia sangat besar. Potensi ini seharusnya dapat dijadikan energi alternatif. Peran Pertamina selain meningkatkan pasokan energi juga menkonversikan penggunaan energi fosil yang mendominasi energi mix di Indonesia menjadi jenis energi lain.

"Indonesia potensi energi matahari besar tapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal matahari di Indonesia bersinar sepanjang tahun bahkan di musim hujan sekalipun," kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir dalam acara Pertamina Goes to Campus (PGTC) 2013 'Kaum Muda Intelektual: Menciptakan Ketahanan Energi untuk Negeri' di Aula Timur Institut Teknologi Bandung ( ITB), Jln. Ganeca, Kota Bandung, Selasa (3/9/2013).

Terkait ketahanan energi, Ali mebgatakan di Indonesia kalau tidak melakukan apa-apa maka cadangan minyak hanya akan cukup dalam 15 tahun. Sementara Irak dan Iran bisa sampai 100 tahun."Indonesia yang punya sedikit minyak saja sudah dihambur-hamburkan, diobral," ujarnya.

Oleh karena itu PT Pertamina memainkan peran dalam penyediaan energi nasional maka supplay dan demand harus berimbang. Dari supplay akan tingkatkan cadangan dari dalam dan luar. Pertamina agresif ke luar negeri karena concern cadangan di dalam negeri berkurang. Pertamina sedang upayakan beli ladang minyak di Aljeria. Paling tidak bisa dibawa ke Indonesia.

"Langkah Pertamina ekspansi ke luar negeri sebenarnya sudah sangat terlambat tapi lebih baik daripada tidak. Negara seperti Jepang yang miskin SDA sudah mendorong perusahaan minyak untuk ekapansi ke luar negeri," kata Ali.

Potensi energi angin di Indonesia mencapai 9,4 Gigawatt per Hour (Gwh). Boleh dibilang cukup besar. Namun, pemanfaatannya belum maksimal dan kebijakan pemerintah belum mendukung penggunaan energi angin sebagai sumber energi terbarukan.

Untuk mengembangkan energi angin, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) membangun proyek Wind Hybrid Power Generation (WhyPGen) Market Development Intiatives.

Proyek yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) ini bertujuan mendorong komersialisasi pembangkit listrik hibrid berbasis energi angin di Indonesia. Targetnya menghasilkan sebesar 18,115 GWh, dan dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 16.050 metric ton.

Namun, dalam pengembanan energi angin di Indonesia masih terkendala masalah kebijakan dari pemerintah. Perusahaan-perusahaan di bidang energi mendesak pemerintah agar cepat menetapkan tarif dasar penjualan energi angin.

"Agar para perusahaan mau berinvestasi, pemerintah harus menetapkan harga dari energi angin. Jika tidak ada harga, bagaimana perusahaan mau menjualnya?" ujar Poempida Hidayahtullah, CEO PT Viron Energy, di BPPT, Jakarta, 14 Mei 2013.

Penyesuaian Tarif

Menanggapi kendala dalam penciptaan pasar energi angin, Kepala B2TE BPPT, Sony Sulistiawan mengatakan, proyek WHyPGen merencanakan fitting tarif dari energi angin. Ini bertujuan untuk menarik para investor agar mau bergabung dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB).

"Memang kendala dari pembangunan PLTB adalah masalah tarifnya yang belum jelas. Ketidakjelasan ini yang menyebabkan PLTB tidak maju-maju," kata Sony.

Dia menambahkan, WHyPGen mengusulkan fitting tarif untuk energi angin kepada pemerintah, yakni antara Rp1.250 sampai Rp1.750 per Kilowatt per hour.

"Selain harga, proyek WHyPGen juga telah membuat peta potensi energi angin di Indonesia. Saat ini, sudah ada delapan titik lokasi potensi energi angin di Indonesia, yang tersebar di Nusa Tenggara Timur, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Bali," ujar Sony.

INFO IPTEK
Senin 02 Juli 2007
Energi Listrik Tenaga OmbakPrint PDF Facebook Twitter Email
Potensi energi terbarukan untuk menjawab kebutuhan energi listrik

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia. Sayangnya potensi energi pantai yang ada belum banyak dimanfaatkan. hal ini membuat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tergerak mengembnagkan dan memanfaatkan potensi energi terbarukan, berupa angin, omba dan energi surya untuk menjawab kebutuhan energi listrik.

Model yang dikembnagkan di Parang Racuk Technopark untuk menjawab tantangan itu, kita membuka ilmuan dari berbagai bidang di Indonesia memanfaatkan kawasan sesuai minatnya, ini yang pertama di Indonesia, kata Kepala BPPT Said D Jenie kepada Jurnal Nasional di Yogyakarta, Jumat (22/6)

Di kawasan seluas 12 hektare yang ada disepanjang pantai itu kini telah hadir beberapa perangkat teknologi pembangkit listrik terbarukan yaitu Oscillating Water Column (OWC) dengan biaya pengembangan Rp2,5 miliar yang mengubah energi ombak menjaaadi energi listrik. Selain itu telah terpasang juga pembangkit tenaga bayu (angin) berupa kincir angin serta panel sel surya untuk mengolah energi listrik dari matahari.

Di tahap awal memang dikembangkan model fix based, ke floating base yang ada di perairan. secara bertahap akan terus dilanjutkan proyek pwemhembangan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan, ujar Said melanjutkan.

Energi Persilangan
Melengkapi faasilitas penyimpanan energi listrik yang dibangkitkan dari tenaga ombak, angin dan srya disediakan pula sistem pengendali beban otomatis berbasis DC dengan kapasitas 3599 kW.

Sistem energi persilangan (hybrid) itu telah diujicobakan dan dapat bekerja dengan optimal, meski pasokan energi sangat teergantung dari kondisi alam yaitu ada atau tidaknya ombak ataupun angin yang mencukupi untuk sumber energi pembnagkit listrik.

Sistem pengendali beban diperlukan setelah ada konversi sebelum listrik dimanfaatkan oleh konsumen, kata Dr Erzi Agson Gani Meng, Kepala Divisi Mesin Perkakas, Teknik, Produksi dan Otomatisasi (MEPPO) BPPT.

Sejak tahun 2005 telah ada upaya pemanfaatan energi terbarukan seperti ombak, angin dan energi surya yang ditangkap panel surya untuk memnuhi kebutuhan energi listrik. Meski hasilnya masih terbatas, karena perlu pengembangan lebih lanjut teknologi yang disebutkan cocok untuk pasokan listrik di daerah terpencil atau sbagai bagian daari sumber daya rambu navigasi.

Di luar itu, dapat juga menjadi wisata teknologi energi dan riset dari akademisi dan lembaga litbang lainnya. Itu menjadi sumber energi bersih yang potensial di masa depan, kata Erzi.

Bagi masyarakat Gunung Kidul, hadirnya taman teknologi yang memanfaatkan tanah Sultan (Aultan Ground) tentu saja menjadikan keuntungan tersendiri. Jika selama ini hanya mengandalkan wisata pantai, ke depan pengembangan teknologi itu jelas akan memancing hadirnya rekayasa baru yang dapat memanfaatkan potnsi alam di kawasan pesisir pantai.

Guning Kidul itu sudah dikenal dengan kondisi alam yang kering, tepi memiliki sumber daya alan di pesisir pantai yang belum dikembangkan. Hadirnya teknologi untuk energi tebarukan membantu pengembangan di kawasan pantai, kata Bupati Gunungkidul Suharto, SH.

Setidaknya dengan hadirnya teknologi energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di kawasan yang selama ini sulit dijangkau aliran listrik PLN dengan alasan ekonomi dan efisiensi.

Kita punya potensi alam saja, itu pun dnegan kondisi yang cukup berat bagi upaya mengundang investor. Jika ada teknologi yang masuk jelas membantu kebutuhan energi wrga, kata Suharto.



Efek Tekanan Udara
Energi ombak adalah energi alterbatif yang dibangkitkan melalui efek osilasi tekanan udara (pumping efect) di dalam banunan chamber (geometri kolom) akibat fluktuasi pergerakan gelombang yang masuk ke dalam chamber.

Berkaitan dengan hal tersebut pada 22 Juni 2007 bertempat di Parang Racuk Yogyakarta telah diresmikan Technopark Parang racuk melalui Uji Operasional PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak) pada Konsi Air Pasang oleh Kepla BPPT Said D Jenie.

Acara yang dihadiri Sekretaris Utama, Deputi TIRBR, Deputi TPSA, Deputi TAB, Eselon II di lingkungan Setama dan Eselon I, II, III di lingkungan TIRBR, dan Bupati Gunung Kidul, Staf Ahli Kepala BPPT serta pimpinan dan peneliti dari BPDP Yogyakarta.

Tujuan kegiatan ini untuk memberikan paket model sumber energi alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia.

paket model tersebut akan menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameter-parameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis untuk melakukan konversi energi.

Hasil survey hidroosenografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukan, sistem akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan sebelum gelombang pecah atau pada kedalaman 4 m-11 m.

*Senior freelance Journalist
yusuf.agusno@gmail.com


No comments:

Post a Comment