!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Sunday, February 1, 2015

Video 'tunjukkan pemenggalan Kenji Goto'

Video 'tunjukkan pemenggalan Kenji Goto'

Sebuah video diunggah ke internet yang diklaim menunjukkan pemenggalan sandera Jepang, Kenjo Goto, oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.
Video menunjukkan seorang pria beraksen Inggris memenggal kepala Goto.
Di video tertera pula simbol yang sama dengan simbol-simbol sejumlah video ISIS sebelumnya.
Pemerintah Jepang menyatakan sedang mencari tahu keaslian video, sementara Amerika Serikat mengecam keras tindakan kelompok militan tersebut.
“Kami bekerja untuk mengukuhkan keaslian video. Amerika Serikat mengecam keras aksi ISIS dan kami menyerukan pembebasan segera semua sandera,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Bernadette Meehan.
Video ini muncul kurang dari seminggu setelah seorang warga negara Jepang, Haruna Yukawa, dipenggal.
Perundingan
Junko Ishido
Junko Ishido, ibu Kenji Goto, menyerukan agar putranya segera dibebaskan.
Goto, 47, adalah seorang wartawan lepas terkenal dan pembuat film yang pergi ke Suriah Oktober lalu.
Dilaporkan ia pergi ke Suriah untuk membebaskan seorang warga Jepang lainnya, Haruna Yukawa.
Video yang diklaim menunjukkan pemenggalan Yukawa muncul kurang dari seminggu lalu.
Jepang, bekerja sama dengan Yordania, berusaha membebaskan Goto dan pilot Yordania, Mu'ath al-Kaseasbeh.
Namun perundingan mencapai jalan buntu Sabtu pagi (31/01).
Laporan Kenji Goto
Nasib para sandera menjadi berita utama di berbagai saluran televisi Jepang.
Dalam pesan video Selasa lalu, ISIS menyatakan Goto hanya “mempunyai waktu hidup 24 jam” dan al-Kaseasbeh "bahkan lebih singkat".
Kelompok yang menyebut diri Negara Islam itu kemudian menentukan tenggat waktu saat matahari terbenam hari Kamis bagi pembebasan Goto dengan syarat Yordania membebaskan perempuan Irak, Sajida al-Rishawi, yang dijatuhi hukuman mati karena pengeboman di Amman pada 2005.
Tetapi perundingan mungkin menjadi rumit karena Yordania juga menuntut Kasasbeh dibebaskan.
Belakangan muncul kabar kelompok militan itu berhubungan lewat email dengan ibu Goto, yang mengeluarkan tuntutan terbuka agar putranya dibebaskan.
Semula ISIS menuntut pembayaran tebusan US$200 juta untuk pembebasan dua warga Jepang.


Pemenggalan Goto tuai beragam kecaman

Kecaman atas pemenggalan tawanan asal Jepang, Kenji Goto, oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS, mengalir dari berbagai belahan dunia.
Pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis bergabung bersama pemerintah Jepang dalam mengecam aksi pemenggalan tersebut.
Dalam pernyataan resmi, Presiden AS Barack Obama mengatakan AS mengecam pembunuhan sadis mendiang Goto. Kemudian Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan ISIS perwujudan kejahatan yang tidak memedulikan nyawa manusia.
Adapun juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan Jepang murka atas perilisan video tersebut. Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan Jepang tidak akan menyerah pada terorisme dan dia akan meningkatkan bantuan ke Timur Tengah.
Dia menambahkan, Jepang akan bekerja sama dengan komunitas internasional dalam membawa pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Kenji Goto ke pengadilan.
Goto, 47, adalah seorang wartawan lepas terkenal dan pembuat film yang pergi ke Suriah Oktober lalu.
Dilaporkan ia pergi ke Suriah untuk membebaskan seorang warga Jepang lainnya, Haruna Yukawa.
Video yang diklaim menunjukkan pemenggalan Yukawa muncul kurang dari seminggu lalu.

Ibunda Kenji Goto mengaku tidak bisa menemukan kata-kata untuk menggambarkan kematian putranya.
Ibunda Goto, Junko Ishido, mengaku dia tidak bisa menemukan kata-kata untuk menggambarkan kematian putranya. Goto, menurutnya, pergi ke Suriah karena kebaikan dan keberanian.
Abang Goto, Junichi, berharap adiknya dapat kembali ke Jepang dalam keadaan hidup.
“Saya dipenuhi kesedihan (karena) dia tidak bisa melakukannya,” kata Junichi.
Jepang, bekerja sama dengan Yordania, berusaha membebaskan Goto dan pilot Yordania, Mu'ath al-Kaseasbeh.
Namun perundingan mencapai jalan buntu Sabtu pagi (31/01). (BBC)

No comments:

Post a Comment