Kapal Perang Inggris dihajar Torpedo Argentina |
Perjalanan yang belum selesai (46)
(Bagian ke empat puluh enam, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 6 September 2014, 21.42 WIB)
Baru satu jam duduk di dalam kelas pelajaran Bahasa
Inggris, yang siswanya berasal dari berbagai Negara, selain Indonesia juga asal
dari Jepang, Turki, Malaysia dan Negara-Negara Timur Tengah seperti Arab Saudi,
Irak dan Yaman, kami tengah mempraktekkan bahasa Inggris melalui nonton bersama
siaran televisi, CNN.
Kebetulan pada saat itu CNN secara langsung menyiarkan
perang Malvinas (Perang Falkland) antara Inggris dan Argentina.
‘’sulit dipercaya di zaman modern saat ini masih saja ada
kolonialisme seperti Inggris terhadap Pulau Malvinas,’’ kata dosen Bahasa
Inggris saya di California State University, Fresno, Amerika Serikat.
Lantas saya jawab: ‘’Indonesia juga punya pengalaman
pahit bagaimana rasanya hidup dibawah penjajahan Inggris, Belanda, Portugis dan
Jepang.
Perang Malvinas |
Perang Falkland
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum
Diperiksa
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk
pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan
catatan kaki dari sumber yang terpercaya.
Current event marker.svg
Halaman ini memerlukan pemutakhiran informasi.
Anda dapat membantu memutakhirkan informasi yang ada dan
menghapus templat ini setelah selesai
Perang Falkland
HMS Conqueror (S48).jpg
HMS Conqueror pulang setelah berjaya.
Tanggal 2 April
1982 - 14 Juni 1982
Lokasi Kepulauan
Falkland
Hasil Kemenangan
Britania Raya
Casus belli Invasi
Argentina ke kepulauan Falkland
Pihak yang terlibat
Britania Raya
Kepulauan Falkland Argentina
Korban
258 tewas[1]
777 terluka
59 tertangkap 649
tewas
1.068 terluka
11.313 tertangkap
Perang Kepulauan Falkland atau Malvinas adalah perang
yang berlangsung selama kira-kira 2 bulan antara Argentina dan Britania Raya
karena memperebutkan Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan Kepulauan
Sandwich Selatan. Kepulauan Falkland terdiri dari 2 pulau besar dan beberapa
pulau kecil lainnya di bagian selatan Samudra Atlantik, bagian timur wilayah
Argentina.
Klaim Argentina atas Kep. Falkland (yang disebutnya
Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan ke daratan Argentina dan apa
yang disebutnya sebagai "warisan" kedaulatan dari pemerintahan
Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional penting bagi
rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi menjadi bagian kurikulum
sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada
April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer
Jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina
yang mengancam pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan pengalihan
perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik dan
mempertahankan kontrol di dalam negeri.
Penyerbuan Inggris ke Malvinas |
Awal peperangan
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan
mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera
Argentina. Esok harinya, kapal HMS Endurance dikirim dari Stanley dengan
setengah dari pengawal Falklands di dalamnya - 22 Marinir Kerajaan dan seorang
letnan. Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal rongsokan itu kembali
ke Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu mendarat. Pada
26 Maret, 100 pasukan Argentina tiba lewat laut, konon untuk menyelamatkan
kapal-kapal mereka. Pasukan Inggris yang kalah besar jumlahnya mengamati
pasukan Argentina hingga 3 April, ketika Marinir Kerajaan di Georgia Selatan menyerah
setelah jatuhnya Stanley.
Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina
merupakan kejutan, dan memberikan alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland
Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan tambahan Argentina tiba secara
teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan Argentina mendarat di
pulau-pulau itu.
Jawaban Inggris[sunting | sunting sumber]
Berita serangan balik Inggris.
Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim
200 mil di sekitar pulau-pulau itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina
dan upaya-upaya memperkuat pasukannya. Tiga kapal selam penyerang nuklir
Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air tiga minggu
berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-operasi
blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir April: 20
kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan
Laut Kerajaan dan Angkatan Laut Perdagangan. Gugus tugas Inggris membawa 15.000
orang, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas 7000 Marinir Kerajaan dan
tentara. Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk pertempuran selama sekitar
tiga bulan.
Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air
Inggris yang terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230 pasukan
menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang jumlahnya 156 orang di Georgia
Selatan.
Gugus tugas AL Kerajaan tiba di timur Falkland pada 1
Mei. Rencananya adalah membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat
kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan
menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley. Dua kapal
selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk mengamati
kapal-kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan
kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20
April. Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet
yang dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal
perusak yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo dan
menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368 dari 1042 awaknya. Gugus
tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan dan tetap tinggal di sana hingga
perang berakhir. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya yang beroperasi dari
pangkalan-pangkalan lepas pantai hingga perang usai.
Tentara Inggris di Indonesia |
Serangan udara dari pangkalan-pangkalan di Argentina
terhadap kapal-kapal Inggris sering terjadi selama perang. Meskipun memiliki
pertahanan AAW ("anti-air warfare" - peperangan anti serangan udara)
yang canggih serta menggunakan Sea Harriers yang cukup sukses dalam pertahanan
udara ke udara, AL Inggris hanya bertahan dalam menghadapi kekuatan udara
Argentina. Serangan pesawat Argentina menghantam sekitar 75 persen dari
kapal-kapal Inggris dengan bom. Namun hanya tiga kapal perang Inggris (satu
perusak dan dua fregat) serta dua kapal pendarat yang tenggelam atau rusak
berat oleh bom. Kapal-kapal Inggris lainnya yang tenggelam, satu kapal perusak
(HMS Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam oleh misil Exocet. AL Inggris
berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari 134 pesawat tempur Argentina
selama perang dengan menggunakan kombinasi perang listrik, Harriers, misil
darat ke udara, dan artileri anti pesawat udara.
Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni
1982, setelah tiga minggu operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di
Pulau Falkland Timur.
Sebab-sebab kekalahan Argentina[sunting | sunting sumber]
Selain kurangnya kesatuan di antara bangsa Argentina,
juga terdapat jarak sosial yang lebar antara perwira, perwira administratif dan
para wajib militer (wamil). Para wamil berdinas satu tahun atau kurang di
ketentaraan. Ketika perang meletus, “sebagian besar angkatan 1962 (tahun lahir
mereka) sudah dikirim pulang, sementara angkatan 1963 belum … mendapatkan
pendidikan dasar sekalipun.” Lebih jauh, kebanyakan dari wamil yang tidak
terlatih berasal dari provinsi-provinsi utara yang beriklim tropis dan sama
sekali tidak siap untuk menghadapi “kondisi-kondisi mengerikan dan musuh yang
terlatih baik serta lengkap persenjataannya.”
Marinir Kerajaan secara rutin berlatih di rawa-rawa
Dartmouth Moors dan telah menyelesaikan manuver-manuver tahunan di lingkungan
kutub di Norwegia pada April 1982. Pasukan komandonya berlatih di
dataran-dataran dingin di Salisbury dan baru saja kembali bertugas di Irlandia
Utara. Salah seorang pasukan komando berkata, “Saya mulai dengan kelas yang
terdiri dari 83 orang dan hanya 11 dari kami yang selesai. Kami tahu bahwa kami
adalah pasukan terbaik di dunia ketika selesai dengan latihan itu.” Yang
lainnya mengatakan, “Saya tidak pernah dapat mengerti mengapa kami berlatih
selokan dan lumpur di Salisbury sementara kami sebetulnya akan berperang di
Eropa Utara. Kemudian kami dikirim ke Falkland, dan saya berkata kepada teman
saya, ‘Setan! Tempat ini sungguh seperti rumah sendiri.’” Tradisi adalah tali pengikat
yang kuat. Seorang komando Marinir Kerajaan mengatakan kepada 45 pasukan
komandonya, “Kita berbaris dari Normandia ke Berlin. Sudah pasti kita sanggup
berbaris 120 km. ke Stanley.” Seorang tentara berkata: “Saya pasti akan
dikutuki bila saya mengecewakan teman-teman yang bertempur di Arnhem.” Ini
adalah kata-kata dari pasukan professional yang bangga, terlatih keras dan
penuh percaya diri.
Kontrasnya sangat jelas, dan kedua belah pihak paham
benar. Seorang tentara Argentina berkata: “Bila saya memiliki perwira- perwira
sungguhan, yang laki-laki sungguhan, mungkin saya akan tetap bertahan. Tak
mungkin! Saya orang Argentina, dan kami diciptakan bukan untuk membunuh orang
lain. Kami suka makan, nonton film, minum-minum, dansa. Kami tidak seperti
orang-orang Inggris. Mereka tentara-tentara professional – perang adalah bisnis
mereka.”
Pelajaran dari Perang Falkland[sunting | sunting sumber]
Perang Falkland atau Malvinas membangkitkan sejumlah
pemikiran mengenai sebab-sebab konflik antar bangsa. Perang ini pun menantang
sejumlah asumsi tentang konflik yang telah menjadi aksioma di antara kaum
profesional dalam politik. Asumsi aksiomatik pertama yang ditantang oleh Perang
Malvinas/Falkand adalah pendapat bahwa negara-negara “yang lebih lemah”
biasanya tidak akan menyerang “yang lebih kuat”, khususnya negara-negara
nuklir. Yang kedua menantang asumsi bahwa para pemimpin melakukan perang untuk
mengalihkan perhatian warganya dari masalah-masalah dalam negeri. Perang
Malvinas/Falkland juga menunjukkan potensi berbahaya ketika pemimpin keliru
memperkirakan kepentingan lawan, bahaya kekeliruan persepsi dari watak seorang
kepala pemerintahan, dan pentingnya perspektif-perspektif budaya dan sejarah.
Siapa yang akan mengira bahwa Argentina, sebuah negara
yang terisolir akan pergi berperang melawan pelanggan terbesarnya dalam ekspor
hasil pertanian – Inggris? Siapa yang akan menyangka bahwa negara ini, yang
dalam sejarahnya tidak pernah sungguh-sungguh berperang sejak abad ke-19, akan
menantang sebuah negara yang memiliki kemampuan nuklir? Siapa yang akan
menyangka bahwa Inggris, sebuah anggota Dewan Keamanan PBB dan NATO, akan
berperang gara-gara setumpukan batu karang terasing yang dihuni oleh segelintir
gembala di Samudera Atlantik Selatan? Siapa yang akan menyangka bahwa Inggris
akan pergi berperang untuk mempertahankan sisa-sisa Imperiumnya 37 tahun
setelah Perang Dunia II?
Masalah-masalah ekonomi yang serius, kekalahan oleh
Inggris pada tahun 1982 setelah usaha yang gagal untuk merebut Kep.
Falkland/Malvinas, kemuakan publik terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia
yang parah, dan tuduhan-tuduhan yang meningkat telah bersama-sama
mendiskreditkan dan memperlemah rezim militer Argentina. Hal ini mendorong
transisi bertahap dan membawa negara itu kepada pemerintahan yang demokratis.
Dengan tekanan publik, junta militer Argentina akhirnya menghapuskan
larangan-larangan terhadap partai-partai politik dan memulihkan
kebebasan-kebebasan politik yang mendasar. Argentina berhasil kembali kepada
demokrasi dengan damai.
Pemulihan hubungan diplomatik[sunting | sunting sumber]
Argentina memulihkan hubungan diplomatiknya dengan
Inggris. Pada September 1995, Argentina dan Inggris menandatangani suatu
perjanjian untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas di Atlantik Barat Daya,
dan menghapuskan masalah yang potensial sulit serta membuka jalan untuk kerja
sama lebih jauh antara kedua negara. Pada tahun 1998, Presiden Menem
mengunjungi Inggris dalam kunjungan resmi pertama oleh seorang presiden
Argentina sejak tahun 1960-an.
Pemimpin Penjajah Belanda di Indonesia |
Perang Falklands
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Tanggal 2 April - 14 Juni 1982 [1] [2]
(2 bulan, 1 minggu dan 5 hari)
Lokasi Kepulauan Falkland, Georgia Selatan dan Kepulauan
Sandwich Selatan dan laut sekitarnya dan wilayah udara
Hasil Kemenangan Inggris
Status quo ante bellum di Georgia Selatan dan Falklands.
Pendudukan Argentina Southern Thule berakhir.
Pihak yang terlibat
Inggris Raya Argentina
Komandan dan para pemimpin
Inggris Raya Kabinet Perang [3]
Inggris Raya Perdana Min. M. Thatcher
Inggris Raya Adm. Sir T. Lewin
Inggris Raya Adm. Sir J. Fieldhouse
Inggris Raya R Adm. J. Woodward
Inggris Raya Mayjen. J. Moore
Inggris Raya Brig. J. Thompson
Argentina Militer Junta
Presiden Argentina L. Galtieri
Argentina Adm. J. Anaya
Argentina Brigjen. B. Lami Dozo
Argentina V Adm. J. Lombardo
Argentina Brig. E. Crespo
Argentina B.Gen. M. Menendez
Korban dan kerugian
258 tewas [nb 1]
775 terluka
115 tawanan perang [nb 2]
2 kapal perusak
2 frigat
1 LSL kapal
Kerajinan 1 LCU
Kapal 1 kontainer
24 helikopter
10 pejuang
1 bomber (diinternir)
649 tewas [nb 3]
1,657 terluka [6]
11.313 tawanan perang
1 cruiser
1 kapal selam
4 kapal kargo
2 kapal patroli
Pukat 1 spy
25 helikopter
35 pejuang
2 pembom
Pesawat kargo 4
25 pesawat COIN
9 pelatih bersenjata
3 warga sipil sengaja dibunuh oleh penembakan Inggris
[show] v t e
Perang Falklands
Perang Falklands (Spanyol: Guerra de las Malvinas), juga
dikenal sebagai Falklands Konflik, Falklands Krisis dan Guerra del Atlántico
Sur (bahasa Spanyol untuk "Perang Atlantik Selatan"), adalah perang
sepuluh minggu antara Argentina dan Inggris atas dua wilayah luar negeri
Inggris di Atlantik Selatan: the Kepulauan Falkland dan South Georgia dan South
Sandwich Islands. Ini dimulai pada hari Jumat 2 April 1982 ketika Argentina
menyerbu dan menduduki Kepulauan Falkland (dan, pada hari berikutnya, South
Georgia dan South Sandwich Islands) dalam upaya untuk membangun kedaulatan itu
sudah lama diklaim atas mereka. Pada tanggal 5 April, pemerintah Inggris
mengirimkan sebuah gugus tugas angkatan laut untuk melibatkan Argentina
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebelum melakukan serangan amfibi di
pulau-pulau. Konflik itu berlangsung 74 hari dan berakhir dengan penyerahan
Argentina pada 14 Juni 1982, kembali pulau-pulau untuk kontrol Inggris. 649
personil militer Argentina, 255 personil militer Inggris dan tiga Kepulauan Falkland
meninggal selama pertempuran.
Konflik adalah episode utama dalam konfrontasi sejarah
yang berlarut-larut atas kedaulatan wilayah. Argentina telah menegaskan dan
menyatakan bahwa pulau-pulau telah wilayah Argentina sejak abad ke-19 [7] [8]
[9] dan, dengan demikian, pemerintah Argentina ditandai aksi mereka sebagai
reklamasi wilayah mereka sendiri. Pemerintah Inggris melihatnya sebagai invasi
ke wilayah yang telah Inggris sejak abad ke-19. Baik negara, bagaimanapun,
secara resmi menyatakan perang dan permusuhan yang hampir secara eksklusif
terbatas pada wilayah dalam sengketa dan daerah Atlantik Selatan di mana mereka
berbohong.
Konflik memiliki dampak yang kuat di kedua negara dan
telah menjadi subyek dari berbagai buku, artikel, film dan lagu. Sentimen
Patriotik berlari tinggi di Argentina, tapi hasilnya memicu protes besar
terhadap pemerintah militer yang berkuasa, mempercepat kejatuhannya. Di
Inggris, pemerintah Partai Konservatif, didukung oleh hasil yang sukses,
terpilih kembali pada tahun berikutnya. Berat budaya dan politik dari konflik
memiliki efek yang kurang di Inggris daripada di Argentina, di mana ia tetap
menjadi topik siap diskusi. [10]
Hubungan antara Inggris dan Argentina dipulihkan pada
tahun 1989 setelah pertemuan di Madrid, Spanyol, di mana pemerintah kedua
negara mengeluarkan pernyataan bersama. [11] Tidak ada perubahan dalam posisi
kedua negara mengenai kedaulatan Kepulauan Falkland dibuat eksplisit . Pada
tahun 1994, klaim Argentina ke wilayah ditambahkan ke konstitusi. [12]
4 Pranala luar
Menjelang konflik [sunting]
Artikel utama: Acara yang mengarah ke Perang Falklands
Pada periode menjelang perang - dan, khususnya, setelah
pengalihan kekuasaan antara diktator militer Jenderal Jorge Rafael Videla dan
General Roberto Eduardo Viola akhir Maret 1981 - Argentina telah berada di
tengah-tengah stagnasi ekonomi yang menghancurkan dan besar kerusuhan sipil
-Skala terhadap junta militer yang telah memerintah negara itu sejak 1976 [13]
pada bulan Desember 1981 terjadi perubahan lebih lanjut dalam rezim militer
Argentina membawa ke kantor junta baru yang dipimpin oleh Jenderal Leopoldo
Galtieri (penjabat presiden), Brigadir Basilio Lami Dozo dan Laksamana Jorge
Anaya. Anaya adalah arsitek utama dan pendukung solusi militer untuk klaim lama
atas pulau-pulau, [14] menghitung bahwa Inggris tidak akan merespon secara
militer. [15]
Admiral Jorge Anaya adalah kekuatan pendorong dalam
keputusan Junta untuk menyerang. [16] [17] [18]
Dengan memilih untuk aksi militer, pemerintah Galtieri
berharap untuk memobilisasi perasaan patriotik lama dari Argentina menuju
pulau-pulau, dan dengan demikian mengalihkan perhatian publik dari masalah
ekonomi kronis negara dan pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung
rezim. [19] Tindakan tersebut juga akan meningkatkan legitimasinya berkurang.
Surat kabar La Prensa berspekulasi dalam langkah-demi-langkah rencana yang
diawali dengan memotong pasokan ke Kepulauan, berakhir dalam tindakan langsung
akhir tahun 1982, jika pembicaraan PBB yang sia-sia. [20]
Ketegangan yang sedang berlangsung antara kedua negara
atas pulau-pulau meningkat pada 19 Maret ketika sekelompok pedagang besi tua
Argentina (sebenarnya disusupi oleh Argentina marinir) mengibarkan bendera
Argentina di South Georgia, suatu tindakan yang kemudian akan dilihat sebagai tindakan
ofensif pertama di perang. The Royal Navy kapal patroli es HMS Ketahanan
dikirim dari Stanley Georgia Selatan dalam menanggapi, kemudian mengarah ke
invasi Georgia Selatan oleh pasukan Argentina pada 3 April. Junta militer
Argentina, mencurigai bahwa Inggris akan memperkuat nya Angkatan Atlantic
South, [21] memerintahkan invasi Kepulauan Falkland untuk dibawa ke depan untuk
2 April.
Inggris awalnya terkejut oleh serangan Argentina di
kepulauan Atlantik Selatan, meskipun peringatan berulang-ulang oleh kapten
Royal Navy Nicholas Barker dan lain-lain. Barker percaya bahwa Menteri
Pertahanan John Nott ini 1.981 ulasan (di mana Nott menggambarkan rencana untuk
menarik ketahanan, hanya kehadiran angkatan laut Inggris di Atlantik Selatan)
mengirim sinyal ke Argentina bahwa Inggris tidak mau, dan akan segera mampu,
mempertahankan wilayahnya dan mata pelajaran di Falklands. [22] [23]
Invasi Argentina [sunting]
Artikel utama: 1982 Invasi Kepulauan Falkland, Invasi
South Georgia, pasukan udara Argentina dalam Perang Falklands, angkatan laut
Argentina dalam Perang Falklands dan pasukan darat Argentina dalam Perang
Falklands
Pada tanggal 2 April 1982, pasukan Argentina dipasang
pendaratan amfibi di Kepulauan Falkland, setelah pendudukan sipil South Georgia
pada tanggal 19 Maret, sebelum Perang Falklands dimulai. Invasi bertemu
pertahanan nominal yang diselenggarakan oleh Kepulauan Falkland 'Gubernur Sir
Rex Hunt, memberikan perintah kepada Mayor Mike Norman Royal Marinir. Acara
termasuk pendaratan Letnan Komandan Guillermo Sanchez-Sabarots 'Amfibi Komando
Group, serangan terhadap Moody Brook barak, keterlibatan antara pasukan Hugo
Santillan dan Bill Trollope di Stanley, dan keterlibatan final dan menyerah di
Government House.
Tanggapan Inggris awal [sunting]
Informasi lebih lanjut: angkatan laut Inggris di Perang
Falklands, pasukan darat Inggris di Perang Falklands dan layanan udara Inggris
dalam Perang Falklands
Sampul majalah Newsweek, 19 April 1982, menggambarkan HMS
Hermes, unggulan dari Task Force Inggris.
Firman invasi pertama mencapai Inggris dari sumber
Argentina. [24] Sebuah Departemen Pertahanan operasi di London memiliki
percakapan teleks pendek operator teleks Gubernur Hunt, yang menegaskan bahwa
Argentina berada di pulau dan memegang kendali. [24] [25] kemudian pada hari
itu, wartawan BBC Laurie Margolis mampu berbicara dengan kepulauan di Goose
Green melalui radio amatir, yang mengkonfirmasikan adanya armada Argentina
besar dan bahwa pasukan Argentina telah menguasai pulau. [24] Operasi Perusahaan
adalah codename diberikan kepada operasi militer Inggris di Perang Falklands.
Komandan operasi satuan tugas adalah Laksamana Sir John Fieldhouse. Operasi
berlangsung dari 1 April 1982 dengan 20 Juni 1982 [26] Inggris melakukan
serangkaian operasi militer sebagai alat merebut kembali Falkands dari
pendudukan Argentina. Pemerintah Inggris telah mengambil tindakan sebelum
invasi 2 April. Menanggapi peristiwa di South Georgia kapal selam HMS Splendid
dan HMS Spartan diperintahkan untuk berlayar ke selatan pada 29 Maret,
sementara toko-toko Royal Fleet Auxiliary kapal (RFA) Fort Austin dikirim dari
Mediterania Barat untuk mendukung HMS Ketahanan. [27] Tuhan Carrington telah
berharap untuk mengirim sebuah kapal selam ketiga, namun keputusan itu
ditangguhkan karena kekhawatiran tentang dampak pada komitmen operasional. [27]
Kebetulan pada tanggal 26 Maret, kapal selam HMS Superb meninggalkan Gibraltar
dan diasumsikan dalam pers itu menuju selatan. Ada sejak spekulasi bahwa efek
dari laporan tersebut adalah panik junta Argentina ke menyerang Falklands
sebelum kapal selam nuklir bisa dikerahkan. [27]
Hari berikutnya, selama pertemuan krisis yang dipimpin
oleh Perdana Menteri Margaret Thatcher, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana
Sir Henry Leach, menyarankan mereka bahwa "Inggris dapat dan harus
mengirim satuan tugas jika pulau-pulau diserang". Pada 1 April Leach
mengirim perintah untuk pasukan Angkatan Laut melaksanakan latihan di
Mediterania untuk menjadi siap untuk berlayar ke selatan. Setelah invasi pada 2
April, setelah pertemuan darurat kabinet, persetujuan diberikan untuk
pembentukan gugus tugas untuk merebut kembali pulau-pulau. Hal ini didukung
dalam sidang darurat Dewan Perwakilan hari berikutnya. [28]
Pada tanggal 6 April, Pemerintah Inggris membentuk
Kabinet Perang untuk memberikan hari-hari pengawasan politik kampanye. [3] Ini
adalah instrumen penting dari manajemen krisis untuk Inggris dengan kekuasaanya
yang untuk "tetap meninjau politik dan perkembangan militer yang berkaitan
dengan Atlantik Selatan, dan melaporkan yang diperlukan untuk Pertahanan dan
Komite Kebijakan Luar Negeri. "Sampai dibubarkan pada tanggal 12 Agustus,
Kabinet Perang bertemu setidaknya setiap hari. Meskipun Margaret Thatcher
digambarkan sebagai mendominasi Kabinet Perang, Lawrence Freedman mencatat
dalam Sejarah Resmi Kampanye Falklands bahwa dia tidak mengabaikan oposisi atau
gagal untuk berkonsultasi lain. Namun, setelah keputusan itu dicapai dia
"tidak melihat ke belakang" [3].
Posisi negara-negara pihak ketiga [sunting]
Pada malam 3 April, PBB duta besar Inggris Sir Anthony
Parsons menempatkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB. Resolusi yang
mengutuk permusuhan dan menuntut segera penarikan Argentina dari Kepulauan,
diadopsi oleh dewan hari berikutnya sebagai Dewan Keamanan PBB Resolusi 502,
yang lulus dengan sepuluh orang dalam mendukung, satu melawan (Panama) dan
empat abstain (China , Uni Soviet, Polandia dan Spanyol). [28] [29] [30]
Inggris mendapat dukungan politik lebih lanjut dari Commonwealth of Nations dan
Masyarakat Ekonomi Eropa. The EEC juga memberikan dukungan ekonomi dengan
memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Argentina. Argentina sendiri secara
politis didukung oleh mayoritas negara-negara di Amerika Latin dan Gerakan
Non-Blok. [Rujukan?] Pada tanggal 20 Mei 1982 Perdana Menteri Selandia Baru,
Robert Muldoon, mengumumkan bahwa ia akan membuat HMNZS Canterbury tersedia
untuk digunakan di mana Inggris yang menurutnya cocok untuk melepaskan kapal
Royal Navy untuk Falklands. [31]
Perang merupakan peristiwa tak terduga di dunia tegang
oleh Perang Dingin dan kesenjangan Utara-Selatan. Respon dari beberapa negara
adalah upaya untuk menengahi krisis dan kemudian sebagai perang dimulai,
dukungan (atau kritik) berbasis dalam hal anti-kolonialisme, solidaritas
politik, hubungan sejarah atau politik riil. Dalam kasus lain itu hanya
dukungan verbal. [Rujukan?]
Amerika Serikat prihatin dengan prospek Argentina beralih
ke Uni Soviet untuk dukungan, [32] dan awalnya mencoba untuk menengahi
diakhirinya konflik. Namun, ketika Argentina menolak tawaran perdamaian AS,
Menteri Luar Negeri AS Alexander Haig mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan
melarang penjualan senjata ke Argentina dan memberikan dukungan material untuk
operasi Inggris. Kedua Rumah Kongres AS mengeluarkan resolusi yang mendukung
aksi berpihak AS dengan Inggris. [33]
AS memberikan Inggris dengan peralatan militer mulai dari
detektor kapal selam ke rudal terbaru. [34] [35] [36] [37] Presiden Ronald
Reagan menyetujui permintaan Royal Navy untuk meminjam Sea Harrier-mampu kapal
serbu amfibi USS Iwo Jima (LPH-2) jika Inggris kehilangan sebuah kapal induk.
Angkatan Laut Amerika Serikat mengembangkan rencana untuk membantu pria Inggris
kapal dengan kontraktor militer Amerika, kemungkinan pensiun pelaut dengan
pengetahuan tentang sistem yang Iwo Jima ini. [38] Perancis memberikan
pelatihan pesawat berbeda sehingga Harrier pilot bisa melatih melawan pesawat
Perancis yang digunakan oleh Argentina [39] intelijen Perancis dan Inggris juga
bekerja untuk mencegah Argentina dari mendapatkan lebih banyak rudal Exocet di
pasar internasional, [40] sementara pada saat yang sama Peru mencoba untuk
membeli 12 rudal untuk Argentina, dalam operasi rahasia yang gagal. [41] [. 42]
Chile memberikan dukungan ke Inggris dalam bentuk intelijen tentang militer
Argentina dan radar peringatan dini. [43] [44] Sepanjang perang, Argentina
takut intervensi militer Chili di Patagonia dan terus beberapa gunung
terbaiknya resimen jauh dari Falklands dekat perbatasan Chili sebagai tindakan
pencegahan. [45]
Sementara Prancis terang-terangan mendukung Inggris, tim
teknis Prancis tetap di Argentina selama perang. Sumber-sumber pemerintah
Prancis mengatakan tim Prancis itu terlibat dalam pengumpulan intelijen; Namun,
secara bersamaan memberikan dukungan materi langsung ke Argentina,
mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan di Exocet peluncur rudal. [46]
Menurut buku Operation Israel, penasihat dari Israel Aerospace Industries sudah
di Argentina dan melanjutkan pekerjaan mereka selama konflik. Buku ini juga
mengklaim bahwa Israel menjual senjata dan tank penurunan dalam operasi rahasia
di Peru. [47] [48] Peru juga secara terbuka mengirim "Mirages, pilot dan
rudal" ke Argentina selama perang. [49] Peru sebelumnya ditransfer sepuluh
Hercules pesawat transportasi ke Argentina segera setelah Task Force Inggris
telah berlayar pada bulan April 1982 [50] Nick van der Bijl mencatat bahwa
setelah kekalahan Argentina di Goose Green, Venezuela dan Guatemala menawarkan
untuk mengirim pasukan terjun payung ke Falklands. [51] Melalui Libya , di
bawah Muammar Gaddafi, Argentina menerima 20 peluncur dan 60 SA-7 rudal, serta
senapan mesin, mortir dan ranjau; semua dalam semua, beban dari empat
perjalanan dua Boeing 707 dari AAF, mengisi bahan bakar di Recife dengan
pengetahuan dan persetujuan dari pemerintah Brasil. [52] Beberapa operasi
logistik klandestin yang dipasang oleh Uni Soviet. [53]
British Task Force [sunting]
Artikel utama: logistik Inggris di Perang Falklands
HMS Invincible, bagian dari gugus tugas. Digambarkan pada
tahun 1990
Royal Navy Fleet Air Arm Sea Harrier FRS1. Skema cat
gloss kemudian diubah menjadi kusam satu selatan perjalanan.
Pemerintah Inggris tidak memiliki rencana kontingensi
untuk invasi pulau-pulau, dan gugus tugas dengan cepat mengumpulkan dari kapal
apa pun yang tersedia. [54] Kapal selam nuklir Conqueror berlayar dari Prancis
pada 4 April, sementara dua kapal induk Invincible dan Hermes, di perusahaan
kapal pendamping, meninggalkan Portsmouth hanya sehari kemudian. [28] Setelah
kembalinya ke Southampton dari pelayaran dunia pada 7 April, kapal laut SS
Canberra alih dan berlayar dua hari kemudian dengan 3 Commando Brigade kapal .
[28] kapal samudra Ratu Elizabeth 2 juga alih dan meninggalkan Southampton pada
12 Mei dengan 5 Brigade Infanteri di papan [28] Gugus tugas seluruh akhirnya
terdiri 127 kapal. 43 kapal Royal Navy, Royal Fleet Auxiliary 22 kapal dan 62
kapal-kapal dagang. [54]
The merebut kembali Kepulauan Falkland dianggap sangat
sulit: kendala utama yang menjadi perbedaan dalam penutup udara deployable.
Inggris memiliki total 42 pesawat (28 Sea Harriers dan 14 Harrier GR.3s)
tersedia untuk operasi tempur udara, [55] terhadap sekitar 122 jet tempur
berguna, dimana sekitar 50 dipekerjakan sebagai pejuang superioritas udara dan
sisanya sebagai pemogokan pesawat, di angkatan udara Argentina selama perang.
[56] Angkatan Laut AS dianggap sebagai sukses kontra-invasi oleh Inggris untuk
menjadi 'sebuah kemustahilan militer. [57]
Pada pertengahan April, Royal Air Force telah mendirikan
pangkalan udara RAF Ascension Island, co-located dengan wideawake Airfield (AS)
pada pertengahan Atlantik wilayah Inggris di luar negeri Ascension Island,
termasuk kekuatan yang cukup besar dari Avro Vulcan B Mk 2 pembom, Handley
Halaman Victor K Mk 2 pesawat pengisian bahan bakar, dan McDonnell Douglas
phantom FGR Mk 2 pejuang untuk melindungi mereka. Sementara itu Inggris gugus
tugas angkatan laut utama tiba di Ascension untuk mempersiapkan layanan aktif.
Sebuah kekuatan kecil sudah dikirim ke selatan untuk merebut kembali South
Georgia.
Encounters dimulai pada bulan April; Satuan Tugas Inggris
dibayangi oleh Boeing 707 pesawat dari Angkatan Udara Argentina selama
perjalanan mereka ke selatan [58] Beberapa dari penerbangan tersebut dicegat
oleh Sea Harriers di luar zona eksklusi Inggris dikenakan.; yang 707 tak
bersenjata tidak diserang karena bergerak diplomatik masih sedang berlangsung
dan Inggris belum memutuskan untuk berkomitmen untuk angkatan bersenjata. Pada
tanggal 23 April Brasil komersial Douglas DC-10 dari Varig Airlines perjalanan
ke Afrika Selatan dicegat oleh British Harriers yang secara visual
mengidentifikasi pesawat sipil. [59]
Merebut kembali South Georgia dan serangan dari Santa Fe
[sunting]
The South Georgia kekuatan, Operasi Paraquet, di bawah
komando Mayor Guy Sheridan RM, terdiri dari Marinir dari 42 Commando, pasukan
Service Khusus Air (SAS) dan Special Boat Service (SBS) pasukan yang
dimaksudkan untuk mendarat sebagai pasukan pengintai untuk invasi oleh Royal
Marinir. Semua itu memulai RFA Tidespring. Pertama tiba adalah kapal selam
Churchill kelas HMS Conqueror pada tanggal 19 April, dan pulau itu
over-diterbangkan oleh radar pemetaan Handley Halaman Victor pada tanggal 20
April.
Pendaratan pertama pasukan SAS berlangsung pada 21 April,
tapi-dengan belahan selatan pengaturan musim gugur di-cuaca begitu buruk bahwa
pendaratan mereka dan lain-lain membuat hari berikutnya semua ditarik setelah
dua helikopter jatuh di kabut di Fortuna Glacier. Pada tanggal 23 April,
peringatan kapal selam itu terdengar dan operasi yang dihentikan, dengan
Tidespring ditarik ke perairan yang lebih dalam untuk menghindari intersepsi.
Pada tanggal 24 April, pasukan Inggris berkumpul kembali dan menuju ke serangan.
Pada tanggal 25 April, setelah resupplying garnisun
Argentina di South Georgia, kapal selam ARA Santa Fe terlihat di permukaan [60]
oleh Westland Wessex HAS Mk 3 helikopter dari HMS Antrim, yang menyerang kapal
selam Argentina dengan biaya kedalaman. HMS Plymouth meluncurkan helikopter
Westland Wasp HAS.Mk.1, dan HMS Brilliant meluncurkan Westland Lynx HAS Mk 2
The Lynx meluncurkan torpedo, dan memberondong kapal selam dengan tujuan umum
senapan mesin pintle-mount; Wessex juga dipecat dari Santa Fe dengan perusahaan
GPMG. The Wasp dari HMS Plymouth serta dua Tawon lainnya diluncurkan dari HMS
ketahanan dipecat AS-12 rudal ASM antiship di kapal selam, hit mencetak gol.
Santa Fe rusak cukup parah untuk mencegah dia dari menyelam. Awak kapal selam
ditinggalkan di dermaga di King Edward Point pada South Georgia.
Dengan Tidespring sekarang jauh di laut dan pasukan
Argentina ditambah dengan awak kapal selam, Mayor Sheridan memutuskan untuk
mengumpulkan 76 orang yang ia miliki dan membuat serangan langsung hari itu.
Setelah dipaksa march singkat oleh pasukan Inggris dan pemboman angkatan laut
demonstrasi oleh dua kapal Royal Navy (Antrim dan Plymouth), pasukan Argentina
menyerah tanpa perlawanan. Pesan yang dikirim dari kekuatan angkatan laut di
South Georgia ke London adalah, "Jadilah senang untuk memberitahu Yang
Mulia bahwa Putih Ensign terbang bersama Union Jack di South Georgia. God Save
the Queen." Perdana Menteri, Margaret Thatcher, pecah berita kepada media,
memberitahu mereka untuk "Just bersukacita mendengar berita itu, dan
mengucapkan selamat kepada pasukan kita dan Marinir!" [61]
Hitam Buck penggerebekan [sunting]
Artikel utama: Operasi Hitam Buck
RAF Avro Vulcan B.Mk.2 pembom strategis
Pada tanggal 1 Mei operasi Inggris di Falklands dibuka
dengan "Black Buck 1" serangan (dari serangkaian lima) dari lapangan
udara di Stanley. Seorang pembom Vulcan dari Ascension terbang pada 8.000 mil
laut (15.000 km; 9.200 mi) round trip menjatuhkan bom konvensional di landasan
pacu di Stanley dan kembali ke Ascension. Misi diperlukan pengisian bahan bakar
berulang, dan diperlukan beberapa pesawat Victor tanker yang beroperasi di
konser, termasuk kapal tanker untuk pengisian bahan bakar kapal tanker. Efek
keseluruhan dari penggerebekan perang sulit untuk menentukan, dan serangan yang
dikonsumsi sumber daya berharga tanker dari Ascension, [62] tetapi juga
mencegah Argentina dari penempatan jet cepat di pulau-pulau.
Penggerebekan melakukan sedikit kerusakan landasan pacu,
dan kerusakan radar dengan cepat diperbaiki. Pada 2014 situs Web Royal Air
Force terus menyatakan bahwa semua tiga misi pemboman telah berhasil, [63] tapi
sejarawan Lawrence Freedman, yang memiliki akses ke dokumen rahasia, mengatakan
dalam sebuah buku tahun 2005 bahwa misi pemboman berikutnya adalah kegagalan.
[64] sumber Argentina mengatakan bahwa serangan Vulcan dipengaruhi Argentina
untuk menarik beberapa perusahaan Mirage IIIs dari Southern Argentina ke Zona
Pertahanan Buenos Aires. [65] [66] [67] Hal ini kemudian digambarkan sebagai
propaganda oleh Falklands veteran Komandan Nigel Ward . [68] pengaruh tindakan
ini, bagaimanapun, disiram turun ketika para pejabat Inggris membuat jelas
bahwa tidak akan ada serangan di pangkalan udara di Argentina. [69]
Dari lima serangan Hitam Buck, tiga menentang Stanley
Airfield, dengan dua misi anti-radar lain menggunakan Shrike rudal
anti-radiasi.
Eskalasi perang udara [sunting]
Prancis dibangun Etendard Super dari Aviation Argentina
Naval
Falklands hanya memiliki tiga lapangan udara. Terpanjang
dan hanya beraspal landasan pacu berada di ibukota, Stanley, dan bahkan itu
terlalu pendek untuk mendukung jet cepat (meskipun gigi arrestor dipasang pada
bulan April untuk mendukung Skyhawks). Oleh karena itu, Argentina dipaksa untuk
melancarkan serangan besar mereka dari daratan, sangat menghambat upaya mereka
pada pementasan maju, patroli udara tempur dan dukungan udara atas pulau-pulau.
Waktu berkeliaran efektif pesawat Argentina masuk rendah, dan mereka kemudian
dipaksa untuk overfly pasukan Inggris di setiap upaya untuk menyerang
pulau-pulau.
Besar pertama kekuatan serangan Argentina terdiri 36
pesawat (A-4 Skyhawks, IAI Daggers, Inggris Electric Canberras, dan Mirage III
pendamping), dan dikirim pada tanggal 1 Mei, dengan keyakinan bahwa invasi
Inggris sudah dekat atau pendaratan sudah terjadi . Hanya bagian dari Grupo 6
(menerbangkan pesawat IAI Dagger) menemukan kapal, yang menembaki pertahanan
Argentina dekat kepulauan. The Daggers berhasil menyerang kapal dan kembali
dengan selamat. Ini sangat mendorong semangat dari para pilot Argentina, yang
kini tahu mereka bisa bertahan serangan terhadap kapal perang modern,
dilindungi oleh radar darat kekacauan dari Kepulauan dan dengan menggunakan
profil pop-up akhir. Sementara itu, pesawat Argentina lainnya dicegat oleh BAE
Sea Harriers beroperasi dari HMS Invincible. A Dagger [70] dan Canberra
ditembak jatuh. Memerangi pecah antara Sea Harrier FRS Mk 1 pejuang Nomor 801
Naval Air Squadron dan Mirage III pejuang Grupo 8 Kedua belah pihak menolak
untuk berperang di ketinggian terbaik yang lain, sampai dua Mirages akhirnya
turun untuk terlibat. Satu ditembak jatuh oleh AIM-9L Sidewinder udara-ke-udara
rudal (AAM), sementara yang lain melarikan diri namun rusak dan tanpa cukup
bahan bakar untuk kembali ke pangkalan udara daratan nya. Pesawat dibuat untuk
Stanley, di mana ia menjadi korban salah tembak dari pembela Argentina. [71]
Sebagai hasil dari pengalaman ini, staf Angkatan Udara
Argentina memutuskan untuk menggunakan A-4 Skyhawks dan Daggers hanya sebagai
unit mogok, Canberras hanya pada malam hari, dan Mirage IIIs (tanpa kemampuan
pengisian bahan bakar udara atau AAM mampu) sebagai umpan untuk memikat Inggris
Sea Harriers. Decoying itu akan kemudian diperpanjang dengan pembentukan
Escuadron Fenix, satu skuadron jet sipil terbang 24 jam sehari simulasi
pesawat mogok bersiap menyerang armada. Pada salah satu penerbangan ini,
Angkatan Udara Learjet ditembak jatuh, menewaskan komandan skuadron, Wakil
Commodore Rodolfo De La Colina, petugas Argentina peringkat tertinggi untuk
mati dalam perang. [72] [73] Stanley digunakan sebagai Argentina strongpoint
selama konflik. Meskipun serangan Hitam Buck dan Harrier di Stanley lapangan
udara (tidak ada jet cepat yang ditempatkan di sana untuk pertahanan udara) dan
penembakan semalam oleh kapal-kapal terpisah, itu tidak pernah keluar dari
tindakan seluruhnya. Stanley dipertahankan oleh campuran permukaan-ke-udara
rudal (SAM) sistem (Franco-Jerman Roland dan Inggris Tigercat) dan Swiss-built
Oerlikon 35 mm twin meriam anti-pesawat. Penerbangan transport malam Lockheed
Hercules membawa perlengkapan, senjata, kendaraan, dan bahan bakar, dan
diterbangkan keluar terluka sampai berakhirnya konflik.
Satu-satunya Argentina Hercules ditembak jatuh oleh
Inggris hilang pada tanggal 1 Juni ketika TC-63 dicegat oleh Sea Harrier di
siang hari [74] [75] ketika mencari armada Inggris utara-timur dari pulau-pulau
setelah AL Argentina yang sudah pensiun terakhir SP-2H Neptune karena badan
pesawat gesekan.
Berbagai pilihan untuk menyerang home base dari lima
Argentina Etendards di Río Grande diperiksa dan diskon (Operasi Mikado),
kemudian lima kapal selam Royal Navy berbaris, terendam, di tepi Argentina 12
mil laut (22 km, 14 km ) batas teritorial untuk memberikan peringatan dini dari
serangan bom pada gugus tugas Inggris. [76]
Sinking ARA General Belgrano [sunting]
Dua kekuatan yang terpisah Inggris angkatan laut tugas
(salah satu kapal permukaan dan kapal selam salah satu) dan armada Argentina
beroperasi di lingkungan Falklands, dan segera datang ke dalam konflik.
Hilangnya angkatan laut pertama adalah Perang Dunia II-antik cahaya Argentina
cruiser ARA General Belgrano. Kapal selam bertenaga nuklir HMS Conqueror
tenggelam General Belgrano pada tanggal 2 Mei. Tiga ratus dua puluh tiga
anggota awak General Belgrano meninggal dalam insiden ini. Lebih dari 700 orang
diselamatkan dari laut terbuka meskipun laut dingin dan badai. Kerugian dari
General Belgrano mencapai hampir setengah dari kematian Argentina dalam konflik
Falklands dan hilangnya kapal mengeras sikap pemerintah Argentina.
Terlepas dari kontroversi atas tenggelamnya kapal
tersebut, itu memiliki efek strategis yang penting: penghapusan ancaman
angkatan laut Argentina. Setelah kehilangannya, seluruh armada Argentina,
dengan pengecualian dari kapal selam konvensional ARA San Luis, [60] kembali ke
pelabuhan dan tidak memberikan lagi selama permusuhan. Dua kapal perusak
mengawal dan kelompok pertempuran berpusat pada kapal induk ARA Veinticinco de
Mayo keduanya menarik diri dari daerah tersebut, mengakhiri ancaman langsung
terhadap armada Inggris yang gerakan menjepit mereka telah mewakili.
Dalam insiden terpisah malam itu, pasukan Inggris
terlibat sebuah kapal perang patroli Argentina, ARA Alferez Sobral. Pada saat
itu, Alferez Sobral sedang mencari awak Angkatan Udara Argentina Canberra
cahaya bomber ditembak jatuh pada tanggal 1 Mei. Dua helikopter Angkatan Laut
Kerajaan Lynx menembakkan empat rudal Sea Skua padanya. Rusak parah dan dengan
delapan kru tewas, Alferez Sobral berhasil kembali ke Puerto Deseado dua hari
kemudian. Awak Canberra tidak pernah ditemukan.
Sinking of HMS Sheffield [sunting]
Pada 4 Mei, dua hari setelah tenggelamnya Belgrano,
Inggris kehilangan Type 42 kapal perusak HMS Sheffield api menyusul serangan
rudal Exocet dari Argentina 2 Naval Air Fighter / Serangan Squadron. Sheffield
telah diperintahkan ke depan dengan dua Type 42s lain untuk memberikan jarak
jauh radar dan rudal ketinggian menengah-tinggi piket jauh dari operator
Inggris. Dia dipukul di bagian tengah kapal, dengan dampak buruk, akhirnya
menewaskan 20 anggota awak dan sangat melukai 24 lainnya. Kapal itu
ditinggalkan beberapa jam kemudian, patah hati dan cacat oleh kebakaran yang
terus menyala selama enam hari. Dia akhirnya tenggelam di luar Zona Eksklusif
Maritim pada tanggal 10 Mei.
Insiden ini dijelaskan secara rinci oleh Laksamana Sandy
Woodward dalam bukunya Seratus Hari, Chapter One. Woodward adalah mantan
komandan dari Sheffield. [77]
Tempo operasi meningkat sepanjang paruh kedua Mei sebagai
upaya PBB untuk menengahi perdamaian ditolak oleh Inggris, yang merasa bahwa
keterlambatan akan membuat kampanye praktis dalam badai Atlantik Selatan.
Penghancuran Sheffield (pertama kapal Royal Navy tenggelam dalam aksi sejak
Perang Dunia II) memiliki dampak yang mendalam pada publik Inggris, membawa
pulang fakta bahwa "Falklands Krisis", sebagai BBC News mengatakan,
sekarang benar benar "menembak perang ".
British khusus operasi pasukan [sunting]
Mengingat ancaman terhadap armada Inggris yang
ditimbulkan oleh kombinasi Etendard-Exocet, rencana dibuat untuk menggunakan
pasukan SAS untuk menyerang home base dari lima Etendards di Río Grande, Tierra
del Fuego. Operasi itu diberi kode "Mikado". Operasi itu kemudian
dibatalkan, setelah mengakui peluang keberhasilannya terbatas, dan menggantikan
penggunaan C-130 dengan rencana untuk memimpin HMS Onyx untuk menjatuhkan SAS
koperasi beberapa mil lepas pantai di malam hari bagi mereka untuk membuat
jalan mereka ke pantai kapal karet inflatables dan melanjutkan untuk
menghancurkan sisa Exocet stockpile Argentina. [78]
Sebuah tim pengintai SAS dikirim untuk melakukan
persiapan untuk infiltrasi lewat laut. Sebuah helikopter Westland Sea King
membawa tim ditugaskan lepas landas dari HMS Invincible pada malam 17 Mei, tapi
cuaca buruk memaksanya untuk mendarat 50 mil (80 km) dari target dan misi
dibatalkan. [79] Pilot terbang ke Chile, mendarat selatan dari Punta Arenas,
dan turun tim SAS. Awak helikopter dari tiga kemudian menghancurkan pesawat,
menyerahkan diri kepada polisi Chili pada tanggal 25 Mei, dan dipulangkan ke
Inggris setelah diinterogasi. Penemuan helikopter terbakar habis menarik
perhatian internasional yang cukup besar. Sementara itu, tim SAS menyeberang
dan menembus jauh ke Argentina, tapi dibatalkan misi mereka setelah Argentina
dicurigai operasi SAS dan disebarkan sekitar 2.000 tentara untuk mencari
mereka. SAS pria dapat kembali ke Cile, dan mengambil penerbangan sipil kembali
ke Inggris. [80]
Menurut Kolonel Richard Hutchings, pilot helikopter yang
mengambil bagian dalam operasi itu, serta kesaksian oleh para veteran
Argentina, operasi sabotase dilakukan oleh SAS dan SBS dalam Argentina. Ribuan
tentara Argentina ditempatkan di seluruh Patagonia, menjaga sasaran strategis,
terutama lapangan udara dan pembuangan avtur, dari sabotase oleh pasukan
komando Inggris. Pasukan SAS dan SBS diduga terlibat dalam sejumlah
tembak-menembak dengan pasukan Argentina selama misi sabotase, termasuk
keterlibatan dengan pasukan khusus Argentina. Hutchings, yang diberi akses ke
catatan militer Argentina dan laporan kejadian, mengklaim bahwa 15 tentara
Argentina tewas dalam baku tembak dengan pasukan khusus Inggris di daratan
Argentina. [81]
Pada 14 Mei SAS melaksanakan serangan di Pebble Pulau di
Falklands, di mana Argentina Angkatan Laut telah mengambil alih peta rumput
lapangan terbang untuk FMA IA 58 Pucara pesawat ringan-serangan darat dan T-34
Mentor. Serangan itu menghancurkan beberapa pesawat. [Nb 4]
Pertempuran Tanah [sunting]
Mendarat di San Carlos-Bomb Alley [sunting]
Artikel utama: Operasi Sutton dan Pertempuran San Carlos
Pelaut Inggris di anti-kilat gigi di stasiun aksi HMS
Cardiff dekat San Carlos, Juni 1982.
Selama malam 21 Mei Inggris Amphibious Task Group di
bawah komando Commodore Michael Clapp (Commodore, Amphibious Warfare - COMAW)
dipasang Operasi Sutton, pendaratan amfibi di pantai sekitar San Carlos Air,
[nb 5] di pantai barat laut dari East Falkland menghadap ke Falkland Sound. The
bay, yang dikenal sebagai Gang Bom oleh pasukan Inggris, merupakan tempat
serangan udara berulang-ulang oleh jet Argentina terbang rendah. [82] [83]
4.000 orang dari 3 Commando Brigade ditempatkan darat
sebagai berikut: Batalyon 2, Resimen Parasut (2 Para) dari RORO feri Norland
dan 40 Commando Marinir dari kapal amfibi HMS Fearless yang mendarat di San
Carlos (Blue Beach), Batalyon 3 , Resimen Parasut (3 para) dari kapal amfibi
HMS Intrepid yang mendarat di Pelabuhan San Carlos (Green Beach) dan 45
Commando dari RFA Stromness yang mendarat di Ajax Bay (Red Beach). Terutama
gelombang delapan LCUs dan delapan LCVPs dipimpin oleh Mayor Ewen
Southby-Tailyour, yang telah memerintahkan detasemen Falklands hanya satu tahun
sebelumnya. 42 Commando pada kapal laut SS Canberra adalah cadangan taktis.
Unit dari Royal Artillery, Royal Engineers, dll dan kendaraan lapis baja
pengintaian juga di darat dengan kapal pendarat, Round kelas meja LSL dan
tongkang mexeflote. Rapier peluncur rudal dilakukan sebagai beban underslung
Sea Kings untuk penyebaran cepat.
Dengan fajar hari berikutnya mereka telah mendirikan
tempat berpijak yang aman dari yang untuk melakukan operasi ofensif. Dari sana
rencana Brigadir Julian Thompson adalah untuk menangkap Darwin dan Goose Green
sebelum beralih pada Port Stanley. Sekarang, dengan pasukan Inggris di tanah,
Angkatan Udara Argentina memulai kampanye pengeboman malam terhadap mereka
menggunakan pesawat pembom Canberra sampai hari terakhir dari perang (14 Juni).
HMS Antelope merokok setelah terkena, 23 Mei
Di laut, kurangnya kapal-kapal Inggris 'pertahanan
anti-pesawat ditunjukkan dalam tenggelamnya HMS Ardent pada tanggal 21 Mei, HMS
Antelope pada 24 Mei, dan MV Atlantic Conveyor (dipukul oleh dua AM39 Exocets)
pada tanggal 25 Mei bersama dengan penting kargo helikopter, peralatan
runway-bangunan dan tenda. Hilangnya semua kecuali satu dari helikopter Chinook
yang dilakukan oleh Atlantic Conveyor adalah pukulan telak dari perspektif
logistik.
Juga hilang pada hari ini adalah HMS Coventry, adik ke
Sheffield, sementara di perusahaan dengan HMS Broadsword setelah diperintahkan
untuk bertindak sebagai umpan untuk menarik diri pesawat Argentina dari kapal
lain di San Carlos Bay. [84] HMS Argonaut dan HMS Brilliant yang buruk rusak.
Namun, banyak kapal-kapal Inggris luput tenggelam karena kelemahan taktik
pengeboman pilot Argentina 'dijelaskan di bawah ini.
Untuk menghindari konsentrasi tertinggi pertahanan udara
Inggris, pilot Argentina dirilis persenjataan dari ketinggian yang sangat
rendah, dan karenanya fuzes bom mereka tidak punya waktu yang cukup untuk
lengan sebelum dampak. Rilis rendah dari bom terbelakang (beberapa di antaranya
telah dijual ke Argentina dengan tahun-tahun sebelumnya Inggris) berarti bahwa
banyak yang tidak pernah meledak, karena ada cukup waktu di udara bagi mereka
untuk mempersenjatai diri. Sebuah bom jatuh bebas yang sederhana akan, selama
rilis ketinggian rendah, dampak hampir tepat di bawah pesawat yang kemudian
dalam zona fragmentasi mematikan ledakan yang dihasilkan.
Sebuah bom terbelakang memiliki parasut kecil atau rem
udara yang terbuka untuk mengurangi kecepatan bom untuk menghasilkan pemisahan
horisontal yang aman antara keduanya. The murang untuk sebuah bom terbelakang
membutuhkan minimal waktu yang lebih dari retarder terbuka untuk memastikan
pemisahan yang aman. Para pilot akan menyadari hal ini, namun karena tingkat
konsentrasi tinggi yang diperlukan untuk menghindari SAM dan Artileri
Anti-Pesawat (AAA), serta setiap British Sea Harriers, banyak gagal naik ke
titik rilis yang diperlukan. Pasukan Argentina memecahkan masalah dengan pas
sebuah perangkat perlambatan improvisasi, yang memungkinkan pilot untuk secara
efektif menggunakan serangan bom tingkat rendah pada tanggal 8 Juni.
Dalam akun otobiografinya dari Perang Falklands, Admiral
Woodward menyalahkan BBC World Service untuk mengungkapkan informasi yang
memimpin Argentina untuk mengubah perangkat perlambatan pada bom. The World
Service melaporkan kurangnya ledakan setelah menerima briefing tentang masalah
tersebut dari Kementerian Pertahanan resmi. Dia menjelaskan BBC sebagai lebih
peduli dengan menjadi "pencari kenal takut setelah kebenaran"
daripada dengan kehidupan prajurit Inggris. [85] Kolonel 'H'. Jones menyamakan
kedudukan tuduhan serupa terhadap BBC setelah mereka mengungkapkan serangan
Inggris yang akan datang pada Goose Green oleh 2 Para.
Tiga belas bom menghantam kapal-kapal Inggris tanpa
meledakkan [86] Lord Craig, pensiunan Marsekal Royal Air Force, dikatakan telah
berkata:. "Enam sekering yang lebih baik dan kami akan kehilangan"
[87] meskipun Ardent dan Antelope keduanya hilang meskipun kegagalan bom
meledak. Para fuzes yang berfungsi dengan benar, dan bom itu hanya dilepaskan
dari terlalu rendah ketinggian. [85] [88] The Argentina kehilangan 22 pesawat
dalam serangan. [Nb 6]
Pertempuran Goose Green [sunting]
Penyebaran Infanteri di East Falklands setelah mendarat
di San Carlos
Artikel utama: Pertempuran Goose Green
Dari awal pada 27 Mei sampai 28 Mei 2 Para, (sekitar 500
orang) dengan dukungan artileri dari 8 (Alma) Commando Battery, Royal
Artillery, mendekat dan menyerang Darwin dan Goose Green, yang diselenggarakan
oleh Argentina 12 Resimen Infanteri. Setelah perjuangan keras yang berlangsung sepanjang
malam dan ke hari berikutnya, Inggris memenangkan pertempuran; dalam semua, 17
tentara Inggris dan 47 Argentina tewas. Total 961 tentara Argentina (termasuk
202 Angkatan Udara Argentina personil lapangan udara Condor) ditawan.
BBC mengumumkan pengambilan Goose Green di BBC World
Service sebelum itu benar-benar terjadi. Itu selama serangan ini yang Letnan
Kolonel H. Jones, komandan 2 Para tewas di kepala batalion saat pengisian ke
posisi Argentina disiapkan. Dia secara anumerta dianugerahi Victoria Cross.
Dengan kekuatan Argentina yang cukup besar di Goose Green
keluar dari jalan, pasukan Inggris kini bisa keluar dari tempat berpijak San
Carlos. Pada tanggal 27 Mei, orang-orang 45 Cdo dan 3 Para mulai berdemo dimuat
di East Falkland menuju pemukiman pesisir Teal Inlet.
Pasukan khusus di Gunung Kent [sunting]
Sementara itu, 42 Commando siap untuk bergerak dengan
helikopter ke Gunung Kent. [Nb 7] Tanpa diketahui perwira senior Inggris, para
jenderal Argentina bertekad untuk memaksa pasukan Inggris di wilayah Gunung
Kent, dan pada tanggal 27 dan 28 Mei mereka mengirim pesawat angkut sarat
dengan sumpitan permukaan-ke-udara rudal dan komando (602 Commando Perusahaan
dan 601 National Gendarmerie Pasukan Khusus Squadron) ke Stanley. Operasi ini
dikenal sebagai Operation AUTOIMPUESTA (Penentuan Nasib Sendiri-Initiative).
Untuk minggu depan, SAS dan Gunung dan Arctic Warfare
Kader (M & AWC) dari 3 Commando Brigade dilancarkan pertempuran patroli
intens dengan patroli relawan '602 Commando Perusahaan di bawah Mayor Aldo
Rico, biasanya 2 di Komando 22 Gunung Resimen Infanteri. Sepanjang 30 Mei,
Royal Air Force Harriers yang aktif selama Mount Kent. Salah satunya, Harrier
XZ963, diterbangkan oleh Komandan Skuadron Jerry Pook-dalam menanggapi
panggilan bantuan dari D Skuadron, menyerang timur lereng yang lebih rendah Mount
Kent, dan yang menyebabkan kerugian melalui api kecil-senjata. Pook kemudian
dianugerahi Distinguished Flying Salib. [89]
Argentina Angkatan Laut gunakan terakhir rudal Exocet
AM39 mereka mencoba untuk menyerang HMS Invincible pada tanggal 30 Mei. Ada klaim
bahwa Argentina rudal itu menghantam;. [90] [91] namun Inggris telah menyangkal
hal ini, beberapa mengutip bahwa HMS Avenger menembak ke bawah [92] [93] Ketika
Invincible kembali ke Inggris setelah perang ia tidak menunjukkan tanda-tanda
kerusakan rudal.
Pada tanggal 31 Mei, M & AWC mengalahkan Argentina
Pasukan Khusus pada Pertempuran Top Malo House. A 13-kuat Argentina Army
Commando detasemen (Captain José Vercesi 1st Bagian Assault, 602 Commando
Perusahaan) menemukan dirinya terjebak di dalam rumah seorang gembala kecil itu
di atas Malo. Komando Argentina dipecat dari jendela dan pintu dan kemudian
berlindung di tempat tidur sungai 200 meter (700 kaki) dari rumah yang
terbakar. Benar-benar dikelilingi, mereka bertempur 19 M & AWC marinir di bawah
Kapten Rod Boswell selama empat puluh lima menit sampai, dengan amunisi mereka
hampir habis, mereka memilih untuk menyerah.
Tiga anggota Kader terluka parah. Di sisi Argentina ada
dua tewas termasuk Letnan Ernesto Espinoza dan Sersan Mateo Sbert (yang dihiasi
karena keberanian mereka). Hanya lima Argentina yang tersisa tanpa cedera.
Sebagai Inggris dikoreksi Top Malo House, turun dari Malo Bukit datang Letnan
Fraser Haddow M & AWC patroli, mengacungkan Union Flag besar. Seorang
tentara Argentina terluka, Letnan Horacio Losito, berkomentar bahwa rute
pelarian mereka akan mengambil mereka melalui posisi Haddow ini.
601 Commando mencoba untuk bergerak maju untuk
menyelamatkan 602 Commando Perusahaan di Estancia Mountain. Spotted oleh 42
Commando, mereka terlibat dengan 81mm mortir dan terpaksa mundur ke Two Sisters
gunung. 602 Commando Perusahaan di Estancia Gunung terealisasi posisinya
menjadi tidak bisa dipertahankan dan setelah berunding dengan sesama petugas
memerintahkan penarikan. [94]
Operasi Argentina juga melihat ekstensif menggunakan
dukungan helikopter ke posisi dan ekstrak patroli; Combat 601 Batalyon Aviation
juga menderita korban. Pada sekitar 11:00 pada tanggal 30 Mei, sebuah
Aerospatiale SA-330 Puma helikopter dijatuhkan oleh bahu-diluncurkan Stinger
permukaan-ke-udara rudal (SAM) dipecat oleh SAS di sekitar Gunung Kent. Enam
Nasional Gendarmerie Pasukan Khusus tewas dan delapan lainnya terluka dalam
kecelakaan itu. [95]
Sebagai Brigadir Thompson berkomentar, "Itu
beruntung bahwa saya telah mengabaikan pandangan yang diungkapkan oleh
Northwood HQ bahwa pengintaian Gunung Kent sebelum penyisipan 42 Commando
adalah berlebihan. Apakah D Skuadron belum ada, Pasukan Khusus Argentina akan
menangkap Commando sebelum de -planing dan, dalam kegelapan dan kebingungan
pada zona pendaratan aneh, menimbulkan korban berat pada laki-laki dan
helikopter. "[96]
Bluff Cove dan Fitzroy [sunting]
Artikel utama: Bluff Cove Air Serangan
Pada tanggal 1 Juni, dengan kedatangan lebih lanjut 5.000
pasukan Inggris dari Brigade Infanteri ke-5, komandan divisi Inggris yang baru,
Mayjen Jeremy Moore RM, memiliki kekuatan yang cukup untuk mulai merencanakan
serangan terhadap Stanley. Selama ini build-up, serangan udara Argentina pada
angkatan laut Inggris melanjutkan, membunuh 56. Dari tewas, 32 berasal dari
Welsh Guards pada RFA Sir Galahad dan RFA Sir Tristram pada tanggal 8 Juni.
Menurut Surgeon-Komandan Rick Jolly Rumah Sakit Falklands Field, lebih dari 150
orang menderita luka bakar dan cedera dari beberapa jenis dalam serangan itu,
termasuk, terkenal, Simon Weston. [97]
Para Pengawal dikirim untuk mendukung muka sepanjang sisi
selatan Stanley. Pada 2 Juni pesta muka kecil 2 Para pindah ke Swan Inlet rumah
di sejumlah helikopter Angkatan Darat Westland Scout. Menelepon ke depan untuk
Fitzroy, mereka menemukan wilayah yang jelas dari Argentina dan (melebihi
otoritas mereka) dikomandoi satu yang tersisa RAF Chinook helikopter ke panik
feri kontingen lain dari 2 Para depan untuk Fitzroy (pemukiman di Pelabuhan
Pleasant) dan Bluff Cove (pemukiman di pelabuhan Fitzroy).
Muka tidak terkoordinasi ini menyebabkan perencanaan
mimpi buruk bagi komandan operasi gabungan, karena mereka sekarang menemukan
diri mereka dengan 30 mil (48 km) string dari posisi dapat dipertahankan pada
sisi selatan mereka. Dukungan tidak dapat dikirim melalui udara sebagai sisa
Chinook tunggal sudah sangat oversubscribed. Para prajurit bisa berbaris, tapi
peralatan mereka dan perlengkapan berat akan perlu mengangkut melalui laut.
Rencana disusun untuk setengah Welsh Guards untuk berbaris cahaya pada malam 2
Juni, sementara Pengawal Skotlandia dan paruh kedua Welsh Guards itu harus
mengangkut dari San Carlos Air di Landing Ship Logistik (LSL) Sir Tristram dan
dermaga arahan platform (LPD) Intrepid pada malam 5 Juni. Intrepid direncanakan
untuk tinggal satu hari dan membongkar sendiri dan sebanyak Sir Tristram
mungkin, meninggalkan malam berikutnya untuk keselamatan relatif San Carlos.
Escorts akan disediakan untuk hari ini, setelah Sir Tristram akan ditinggalkan
untuk membongkar menggunakan Mexeflote (rakit bertenaga) selama yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan.
Tekanan politik dari atas untuk tidak risiko LPD memaksa
Commodore Clapp untuk mengubah rencana ini. Dua lSlS-nilai yang lebih rendah
akan dikirim, tetapi tanpa pantai yang cocok yang mendarat, kapal pendarat
Intrepid ini perlu untuk menemani mereka untuk membongkar. Sebuah operasi rumit
di beberapa malam dengan Intrepid dan dia kapal adik berlayar Fearless setengah
jalan untuk mengirimkan kerajinan mereka telah dibuat. Berusaha Pawai darat
oleh setengah Welsh Guards gagal, mungkin karena mereka menolak untuk berbaris
cahaya dan berusaha untuk membawa peralatan mereka. Mereka kembali ke San
Carlos dan mendarat langsung di Bluff Cove ketika Fearless dikirim kapal
pendarat nya. Sir Tristram berlayar pada malam 6 Juni dan bergabung dengan Sir
Galahad saat fajar pada tanggal 7 Juni. Berlabuh 1.200 kaki (370 m) terpisah di
Port Pleasant, kapal pendaratan berada di dekat Fitzroy, landing point yang ditunjuk.
The kapal pendarat seharusnya mampu membongkar kapal ke
titik itu relatif cepat, tapi kebingungan titik disembarcation memerintahkan
(paruh pertama penjaga akan langsung ke Bluff Cove) mengakibatkan Welsh Guards
perwira infantri senior yang kapal bersikeras pasukannya menjadi mengangkut
jarak jauh lebih lama langsung ke Port Fitzroy / Bluff Cove. Alternatif adalah
untuk infanteri untuk berbaris melalui baru-baru ini diperbaiki Bluff Cove
jembatan (dihancurkan dengan mundur insinyur tempur Argentina) ke tujuan
mereka, perjalanan sekitar tujuh mil (11 km).
Pada jalan tegas Sir Galahad ini ada argumen tentang apa
yang harus dilakukan. Para petugas di kapal diberitahu mereka tidak bisa
berlayar ke Bluff Cove hari itu. Mereka diberitahu mereka harus mendapatkan
laki-laki mereka dari kapal dan ke pantai sesegera mungkin sebagai kapal yang
rentan terhadap pesawat musuh. Ini akan mengambil 20 menit untuk mengangkut
orang-orang ke pantai menggunakan LCU dan Mexeflote. Mereka kemudian akan
memiliki pilihan untuk berjalan 7 kilometer ke Bluff Cove atau menunggu sampai
gelap untuk berlayar di sana. Para petugas di kapal mengatakan mereka akan
tetap di papan sampai gelap dan kemudian berlayar. Mereka menolak untuk
mengambil laki-laki mereka dari kapal. Mereka mungkin meragukan bahwa jembatan
telah diperbaiki karena adanya di papan Sir Galahad Royal Insinyur Pasukan yang
tugasnya adalah untuk memperbaiki jembatan. The Welsh Guards yang tertarik
untuk bergabung kembali dengan sisa Batalyon mereka yang berpotensi menghadapi
musuh tanpa dukungan mereka. Mereka juga tidak melihat adanya pesawat musuh
sejak mendarat di San Carlos dan mungkin terlalu percaya pada pertahanan udara.
Ewen Southby-Tailyour memberi perintah langsung bagi orang-orang untuk
meninggalkan kapal dan pergi ke pantai. Perintah itu diabaikan.
Semakin lama waktu perjalanan dari kapal pendarat
mengambil pasukan langsung ke Bluff Cove dan pertengkaran atas bagaimana
pendaratan itu yang akan dilakukan menyebabkan keterlambatan besar dalam
bongkar. Ini memiliki konsekuensi bencana. Tanpa pengawalan, setelah belum
membentuk pertahanan udara mereka, dan masih hampir penuh sarat, dua lSlS di
Port Pleasant duduk target dua gelombang Argentina A-4 Skyhawks.
Bencana di Pelabuhan Pleasant (meskipun sering dikenal
sebagai Bluff Cove) akan memberikan dunia dengan beberapa gambar yang paling
serius dari perang sebagai rekaman video berita TV menunjukkan helikopter
Angkatan Laut melayang dalam asap tebal untuk winch selamat dari kapal
pendaratan terbakar. Korban Inggris adalah 48 tewas dan 115 [98] Tiga pilot
Argentina juga tewas terluka.. Serangan udara tertunda serangan darat yang
dijadwalkan Inggris pada Stanley dua hari. [99] Namun, Argentina General Mario
Menendez, komandan pasukan Argentina di Falklands, diberitahu bahwa 900 tentara
Inggris telah meninggal. Ia berharap bahwa kerugian akan menyebabkan moral
musuh untuk menjatuhkan dan serangan Inggris untuk kios.
Tentara Jepang di Indonesia |
Kejatuhan Stanley [sunting]
Jalan menuju Stanley
Tawanan perang Argentina - Port Stanley.
Pada malam 11 Juni, setelah beberapa hari pengintaian
melelahkan dan logistik build-up, pasukan Inggris melancarkan serangan malam
brigade berukuran terhadap cincin sangat membela tanah tinggi sekitar Stanley.
Unit 3 Commando Brigade, yang didukung oleh tembakan angkatan laut dari
beberapa kapal Royal Navy, secara bersamaan menyerang dalam Pertempuran Gunung
Harriet, Pertempuran Two Sisters, dan Pertempuran Gunung Longdon. Gunung
Harriet diambil dengan biaya 2 Inggris dan 18 tentara Argentina. Pada Two
Sisters, Inggris menghadapi kedua perlawanan musuh dan tembak, tapi berhasil
menangkap tujuan mereka. Pertempuran terberat berada di Gunung Longdon. Pasukan
Inggris yang macet oleh senapan serbu, mortir, senapan mesin, artileri,
penembak gelap, dan penyergapan. Meskipun demikian, Inggris terus muka mereka.
Selama pertempuran ini, 13 tewas ketika HMS Glamorgan,
menyimpang terlalu dekat dengan pantai ketika kembali dari garis gun, ditabrak
berbasis-trailer Exocet MM38 peluncur improvisasi diambil dari perusak ARA
Segui oleh teknisi AL Argentina. [100] Pada hari yang sama, Sersan Ian McKay
dari 4 Peleton, B Company, 3 Para tewas dalam serangan granat di sebuah bunker
Argentina, yang membuatnya mendapatkan anumerta Victoria Cross. Setelah malam
pertempuran sengit, semua tujuan diamankan. Kedua belah pihak mengalami
kerugian besar.
Malam 13 Juni melihat awal dari tahap kedua dari
serangan, di mana momentum serangan awal dipertahankan. 2 Para dengan dukungan
CVRT dari The Blues dan Royals, ditangkap Wireless Ridge pada Pertempuran
Wireless Ridge, dengan hilangnya 3 Inggris dan 25 korban jiwa Argentina, dan 2
batalyon, Scots Guards ditangkap Gunung Tumbledown pada Pertempuran Gunung
Tumbledown, yang biaya 10 Inggris dan 30 hidup Argentina.
Setumpuk senjata Argentina dibuang di Port Stanley
Dengan garis pertahanan alami terakhir di Mount
Tumbledown dilanggar, pertahanan kota Argentina Stanley mulai goyah. Dalam
keremangan pagi, satu komandan kompi tersesat dan perwira muda itu menjadi
sedih. Swasta Santiago Carrizo dari 3 Resimen menggambarkan bagaimana seorang
komandan peleton memerintahkan mereka untuk mengambil posisi di rumah-rumah dan
"jika Kelper menolak, menembaknya", tetapi seluruh perusahaan
melakukan hal semacam itu. [101]
Gencatan senjata dinyatakan pada tanggal 14 Juni dan
komandan garnisun Argentina di Stanley, Brigade Jenderal Mario Menendez
menyerah kepada Mayor Jenderal Jeremy Moore hari yang sama.
Lihat juga: menyerah Argentina dalam Perang Falklands
Merebut kembali Kepulauan Sandwich Selatan [sunting]
Argentina Thule Garrison di dasar Corbeta Uruguay
Pada tanggal 20 Juni, Inggris merebut kembali Kepulauan
Sandwich Selatan, (yang melibatkan menerima penyerahan Selatan Thule Garrison
di dasar Corbeta Uruguay) dan menyatakan permusuhan akan berakhir. Argentina
telah mendirikan Corbeta Uruguay pada tahun 1976, tetapi sebelum 1982 Inggris
telah diperebutkan Keberadaan pangkalan Argentina hanya melalui saluran
diplomatik.
Korban [sunting]
Argentina Pemakaman Militer, di East Falkland
Pemakaman Militer Inggris di San Carlos di East Falkland
Total 907 tewas selama 74 hari konflik:
Argentina - 649 [102]
Ejercito Argentino (Army) - 194 (16 perwira, 35 perwira
Non-ditugaskan (bintara) dan 143 prajurit wajib militer) [103]
Armada de la República Argentina (Navy) - 341 (termasuk
321 di Belgrano dan 4 penerbang angkatan laut)
Imara (Marinir) - 34 [104]
Fuerza Aérea Argentina (Angkatan Udara) - 55 (termasuk 31
pilot dan 14 awak darat) [105]
Gendarmería Nacional Argentina (Penjaga Perbatasan) - 7
Prefectura Naval Argentina (Coast Guard) - 2
Pelaut Sipil - 16
Inggris Raya -. Sebanyak 255 prajurit Inggris dan 3
perempuan warga sipil Pulau Falkland tewas dalam Perang Falklands [106]
Royal Navy - 86 + 2 Hong Kong laundrymen (lihat di bawah)
[107]
Marinir Kerajaan - 27 (2 petugas, 14 bintara dan 11
marinir) [108]
Royal Fleet Auxiliary - 4 + 6 Hong Kong pelaut [109]
[110]
Merchant Navy - 6 [109]
British Army - 123 (7 petugas, 40 bintara dan 76
prajurit) [111] [112] [113]
Royal Air Force - 1 (1 petugas) [109]
Warga sipil Kepulauan Falkland - 3 wanita tewas akibat
tembakan ramah [109]
Dari 86 personil Angkatan Laut, 22 hilang di HMS Ardent,
19 + 1 hilang di HMS Sheffield, 19 + 1 hilang di HMS Coventry dan 13 hilang di
HMS Glamorgan. Empat belas angkatan laut koki adalah di antara yang tewas, jumlah
terbesar dari salah satu cabang di Royal Navy.
Tiga puluh tiga orang mati Angkatan Darat Inggris berasal
dari Welsh Guards, 21 dari Batalyon 3, Resimen Parasut, 18 dari Batalion ke-2,
Resimen Parasut, 19 dari Special Air Service, 3 dari Royal Signals dan 8 dari
masing-masing Pengawal Skotlandia dan Royal Engineers. The 1st batalyon / 7
Duke of Edinburgh Sendiri Gurkha Rifles kehilangan satu orang tewas.
Dua kematian lebih Inggris dapat dikaitkan dengan Operasi
Perusahaan, sehingga total menjadi 260:
Kapten Brian Biddick dari SS Uganda menjalani operasi
darurat di perjalanan ke Falklands. Kemudian ia dipulangkan oleh penerbangan
medis RAF ke rumah sakit di Wroughton di mana ia meninggal pada tanggal 12 Mei.
[114]
Paul Mills dari HMS Coventry menderita komplikasi dari
patah tulang tengkorak berkelanjutan dalam tenggelamnya kapal itu dan meninggal
pada tanggal 29 Maret 1983; ia dimakamkan di kota kelahirannya, Swavesey. [115]
Ada 1.188 Argentina dan 777 korban non-fatal Inggris.
Informasi lebih lanjut tentang rumah sakit lapangan dan
kapal rumah sakit di Ajax Bay dan Daftar rumah sakit dan kapal rumah sakit
Royal Navy. Di sisi Argentina di samping Rumah Sakit Militer di Port Stanley,
Rumah Sakit Angkatan Udara Argentina Handphone Lapangan ditempatkan di Comodoro
Rivadavia.
Palang Merah Box [sunting]
Pertanyaan buku-new.svg
Bagian ini tidak mengutip manapun acuan atau sumber.
Harap membantu meningkatkan bagian ini dengan menambahkan kutipan ke sumber
terpercaya. Disertai rujukan bahan mungkin sulit dan dihapus. (Februari 2014)
Sebelum operasi ofensif Inggris mulai, pemerintah Inggris
dan Argentina sepakat untuk membentuk suatu daerah di laut lepas di mana kedua
belah pihak bisa kapal rumah sakit stasiun tanpa takut serangan oleh pihak
lain. Daerah ini, lingkaran 20 mil laut dengan diameter, disebut sebagai Palang
Merah Box (48 ° 30'S 53 ° 45'W), sekitar 45 mil (72 km) utara dari Falkland
Suara). Pada akhirnya, Inggris ditempatkan empat kapal (HMS Hydra, HMS Hecla dan
HMS Herald dan kapal rumah sakit utama Uganda) dalam kotak, sementara Argentina
ditempatkan tiga (Almirante Irizar, Bahia Paraiso dan Puerto Deseado).
Hecla di HM Naval Base Gibraltar, selama konversi ke
kapal rumah sakit untuk layanan selama Perang Falklands
Kapal-kapal rumah sakit yang non-kapal perang dikonversi
untuk melayani sebagai kapal rumah sakit. Tiga kapal angkatan laut Inggris yang
kapal survei dan Uganda adalah kapal penumpang. Almirante Irizar adalah pemecah
es, Bahia Paraiso adalah transportasi pasokan Antartika dan Puerto Deseado
adalah kapal survey. The beroperasi dalam Box Inggris dan Argentina kapal
berada di kontak radio dan ada beberapa transfer pasien antara kapal rumah
sakit. Misalnya, Inggris kapal rumah sakit SS Uganda empat kali ditransfer
pasien ke kapal rumah sakit Argentina. Kapal-kapal rumah sakit angkatan laut
Inggris dioperasikan sebagai feri korban, membawa korban dari kedua belah pihak
dari Falklands ke Uganda dan mengoperasikan layanan antar-jemput antara Palang
Merah Box dan Montevideo.
Sepanjang pejabat konflik Komite Internasional Palang
Merah (ICRC) melakukan inspeksi untuk memastikan bahwa semua pihak yang
mematuhi aturan Konvensi Jenewa. Pada 12 Juni beberapa pegawai negeri dari
kapal rumah sakit Argentina ke kapal-kapal Inggris dengan helikopter. Perwira
angkatan laut Argentina juga diperiksa feri korban Inggris di muara River
Plate.
British evakuasi korban [sunting]
Hydra bekerja dengan Hecla [116] dan Herald, untuk
mengambil korban dari Uganda ke Montevideo, Uruguay, [117] di mana armada
ambulans Uruguay akan bertemu dengan mereka. Pesawat RAF VC10 kemudian terbang
korban ke Inggris untuk transfer ke Rumah Sakit Royal Air Force Princess
Alexandra di RAF Wroughton, dekat Swindon.
Aftermath [sunting]
Artikel utama: Pasca Perang Falklands
Perang singkat ini membawa banyak konsekuensi bagi semua
pihak yang terlibat, selain tingkat korban yang cukup besar dan kehilangan
material besar, terutama pengiriman dan pesawat, relatif terhadap kekuatan
militer dikerahkan dari sisi yang berlawanan.
Di Inggris, popularitas Margaret Thatcher meningkat.
Keberhasilan kampanye Falklands secara luas dianggap sebagai faktor dalam
perputaran dalam kekayaan bagi pemerintah Konservatif, yang telah mengikuti di
belakang Aliansi SDP-Liberal dalam jajak pendapat selama berbulan-bulan sebelum
konflik dimulai, tetapi setelah keberhasilan di Falklands Konservatif kembali
ke puncak jajak pendapat dengan margin lebar dan pergi untuk memenangkan
pemilihan umum tahun berikutnya oleh tanah longsor. [118] Selanjutnya,
pemotongan yang diusulkan Menteri Pertahanan Nott kepada Royal Navy
ditinggalkan.
Para penduduk pulau kemudian memiliki kewarganegaraan
Inggris penuh dipulihkan pada tahun 1983, gaya hidup mereka ditingkatkan dengan
investasi Inggris dibuat setelah perang dan oleh liberalisasi kebijakan ekonomi
yang telah terhenti karena takut kemarahan Argentina. Pada tahun 1985, sebuah
konstitusi baru disahkan mempromosikan pemerintahan sendiri, yang terus
mengalihkan kekuasaan ke pulau.
Di Argentina, Perang Falklands berarti bahwa kemungkinan
perang dengan Chile dihindari. Selanjutnya, Argentina kembali ke pemerintahan
yang demokratis dalam pemilihan umum 1983, pertama pemilihan umum bebas sejak
1973 ini juga memiliki dampak sosial yang besar, menghancurkan citra militer
sebagai "cadangan moral bangsa" bahwa mereka telah dipertahankan
melalui sebagian besar abad ke-20.
Berbagai tokoh telah diproduksi untuk jumlah veteran yang
telah melakukan bunuh diri sejak perang. Beberapa penelitian telah
memperkirakan bahwa 264 veteran Inggris dan 350-500 veteran Argentina telah
melakukan bunuh diri sejak 1982 [119] [120] [121] Namun, studi rinci [122] dari
21.432 veteran Inggris perang ditugaskan oleh Departemen Inggris dari
Pertahanan menemukan bahwa hanya 95 meninggal dari "sengaja menyakiti diri
dan peristiwa niat belum ditentukan (bunuh diri dan kematian putusan
terbuka)", rasio tidak lebih tinggi daripada populasi umum. [123]
Analisis Militer [sunting]
Secara militer, konflik Falklands tetap yang terbesar
tempur operasi udara angkatan laut antara pasukan yang modern sejak akhir
Perang Dunia Kedua. [Menurut siapa?] Dengan demikian, telah menjadi subyek
penelitian intens oleh para analis militer dan sejarawan. [Menurut kepada
siapa] yang paling signifikan "pelajaran" meliputi:? kerentanan kapal
permukaan untuk rudal anti-kapal dan kapal selam, tantangan koordinasi dukungan
logistik untuk proyeksi jarak jauh dari kekuasaan, dan konfirmasi ulang dari
peran taktis kekuatan udara, termasuk penggunaan helikopter. [menurut siapa?]
Pada tahun 1986 BBC menyiarkan program Horizon;
"Dalam Wake dari HMS Sheffield", di-mana pelajaran dari konflik
dibahas, bersama dengan langkah-langkah sejak diambil-untuk melaksanakannya,
seperti kapal siluman, dan kapal dekat di sistem senjata.
Peringatan [sunting]
The Monumento a los Caídos en Malvinas ("Monumen
untuk the Fallen di Falklands") di Plaza San Martín, Buenos Aires; anggota
dari Patricios resimen bersejarah berdiri penjaga. [nb 8]
Selain peringatan di pulau-pulau, ada sebuah peringatan
di ruang bawah tanah Katedral St Paul, London ke perang mati Inggris. [124] Di
Argentina, ada peringatan di Plaza San Martín di Buenos Aires, [125] satu sama
lain di Rosario, dan yang ketiga di Ushuaia.
Selama perang, Inggris mati dimasukkan ke dalam kantong
mayat plastik dan dimakamkan di kuburan massal. Setelah perang, mayat
ditemukan; 14 yang dikuburkan kembali di Blue Beach Cemetery Militer dan 64
dikembalikan ke Inggris.
Banyak orang mati Argentina dimakamkan di Pemakaman Militer
Argentina barat Darwin Settlement. Pemerintah Argentina menolak tawaran oleh
Inggris untuk memiliki tubuh dipulangkan ke daratan. [126]
Ladang ranjau [sunting]
Meskipun beberapa ladang ranjau telah dibersihkan,
sejumlah besar dari mereka masih ada di pulau-pulau, seperti yang satu ini di
Port William di East Falkland.
Pada 2011 ada 113 ladang ranjau tidak jelas di Kepulauan
Falkland dan artileri yang tidak meledak (UXO) seluas 13 km2 (5.0 sq mi). Dari
daerah ini, 5,5 km2 (2,1 sq mi) di Semenanjung Murrell diklasifikasikan sebagai
"diduga ladang ranjau" - daerah sudah sangat merumput selama 25 tahun
sebelumnya tanpa insiden. Diperkirakan bahwa ladang ranjau ini memiliki 20.000
anti-personil ranjau dan 5.000 ranjau anti-tank. Tidak ada korban jiwa dari
tambang atau UXO telah dilaporkan di Kepulauan Falkland sejak tahun 1984, dan
tidak ada korban ranjau sipil yang pernah terjadi di pulau-pulau. Inggris
melaporkan enam personil militer terluka pada tahun 1982 dan dua lagi terluka
pada tahun 1983 Sebagian besar kecelakaan militer terjadi saat membersihkan
ladang ranjau segera setelah konflik 1982 atau dalam proses mencoba untuk
menetapkan sejauh mana batas-batas ladang ranjau, terutama di mana tidak ada
catatan rinci ada.
Pada tanggal 9 Mei 2008, Pemerintah Kepulauan Falkland
menegaskan bahwa ladang ranjau yang mewakili 0,1% dari lahan pertanian yang
tersedia di pulau-pulau "hadir tanpa jangka panjang kesulitan sosial atau
ekonomi untuk Falklands" dan bahwa dampak dari membersihkan ranjau akan menyebabkan
lebih banyak masalah daripada mengandung mereka. Namun, Pemerintah Inggris,
sesuai dengan komitmennya berdasarkan Perjanjian Pelarangan Ranjau memiliki
komitmen untuk membersihkan ranjau pada akhir 2019 [127] [128] Pada bulan Mei
2012, diumumkan bahwa 3,7 km2 (1,4 sq mi) Stanley umum (yang terletak di antara
Stanley - jalan Mount Pleasant dan garis pantai) dibuat aman dan telah dibuka
untuk umum, membuka 3 kilometer (1,9 mil) bentangan garis pantai dan
selanjutnya dua kilometer dari garis pantai sepanjang Mullet ini [129] Creek.
Tekan dan publisitas [sunting]
Argentina [sunting]
Gente ini "Estamos ganando" judul ("Kami
menang")
Dipilih koresponden perang secara teratur diterbangkan ke
Port Stanley di pesawat militer untuk melaporkan perang. Kembali di Aires surat
kabar dan majalah setia melaporkan pada "tindakan heroik tentara sebagian
besar wajib militer dan keberhasilannya" Buenos. [20]
Petugas dari badan intelijen yang melekat pada surat
kabar dan 'bocor' informasi mengkonfirmasikan komunike resmi dari pemerintah.
Para majalah glossy Gente dan Siete Días membengkak menjadi enam puluh halaman
dengan foto-foto berwarna dari kapal perang Inggris dalam api - banyak dari
mereka pura-pura - dan laporan saksi mata palsu dari komando Argentina 'perang
gerilya di South Georgia (6 Mei) dan serangan yang Pucara percontohan sudah
mati pada HMS Hermes [20] (Letnan Daniel Antonio Jukic telah dibunuh di Goose
Green selama serangan udara Inggris pada tanggal 1 Mei). Sebagian besar foto
Faked benar-benar datang dari pers tabloid. Salah satu berita paling diingat
adalah "Estamos ganando" ("Kami menang") dari majalah
Gente, yang nantinya akan menggunakan variasi itu. [130]
Pasukan Argentina di Kepulauan Falkland bisa membaca
Gaceta Argentina-surat kabar dimaksudkan untuk meningkatkan semangat di antara
prajurit. Beberapa kebohongan yang dengan mudah bisa diresmikan oleh tentara
yang pulih mayat. [131]
The Malvinas saja bersatu Argentina dalam suasana
patriotik yang melindungi junta dari para kritikus, dan bahkan penentang
pemerintahan militer yang didukung Galtieri; Ernesto Sabato mengatakan:
"Jangan keliru, Eropa, itu bukan kediktatoran yang berjuang untuk
Malvinas, itu adalah seluruh Bangsa Penentang kediktatoran militer, seperti
saya, berjuang untuk membasmi habis-habisan jejak terakhir dari kolonialisme..
"[132] The Madres de Plaza de Mayo bahkan terkena ancaman pembunuhan dari
orang-orang biasa. [20]
HMS Invincible berulang kali tenggelam dalam pers
Argentina, [133] dan pada 30 April 1982 majalah Argentina Tal Cual menunjukkan
Perdana Menteri Thatcher dengan penutup mata dan teks: bajak laut, penyihir dan
pembunuh. Bersalah! [134] Tiga wartawan Inggris yang dikirim ke Argentina untuk
menutupi perang dari perspektif Argentina dipenjara sampai akhir perang. [135]
Inggris [sunting]
The Sun "Gotcha" headline
Tujuh belas wartawan surat kabar, dua fotografer, dua
wartawan radio dan tiga wartawan televisi dengan lima teknisi berlayar dengan
Satuan Tugas perang. Asosiasi Penerbit Koran 'memilih mereka dari antara 160
pelamar, termasuk media asing. Pemilihan tergesa-gesa mengakibatkan masuknya
dua wartawan antara wartawan perang yang tertarik hanya dalam anak Ratu
Elizabeth II, Pangeran Andrew, yang bertugas dalam konflik. [136]
Kapal pedagang memiliki Inmarsat uplink sipil, yang aktif
menulis teleks dan laporan suara transmisi melalui satelit. SS Canberra
memiliki mesin faksimili yang digunakan untuk meng-upload 202 gambar dari
Atlantik Selatan selama perang. The Royal Navy disewakan bandwidth pada US
Defense Komunikasi Satelit Sistem komunikasi di seluruh dunia. Televisi
menuntut seribu kali tingkat data telepon, namun Departemen Pertahanan tidak
berhasil meyakinkan AS untuk mengalokasikan lebih banyak bandwidth. [137]
Produsen TV menduga bahwa penyelidikan itu setengah hati;
karena gambar-gambar televisi Perang Vietnam korban dan tentara trauma diakui
sebagai memiliki nilai propaganda negatif. Namun teknologi hanya diperbolehkan
meng-upload satu frame per 20 menit - dan hanya jika satelit militer
dialokasikan 100% untuk transmisi televisi. Rekaman video dikirim ke Pulau
Ascension, di mana uplink satelit broadband yang tersedia, sehingga cakupan TV
yang tertunda tiga minggu. [137]
Pers adalah sangat tergantung pada Royal Navy, dan
disensor di situs. Banyak wartawan di Inggris tahu lebih banyak tentang perang
dibandingkan dengan Satuan Tugas. [137]
The Royal Navy diharapkan Fleet Street untuk melakukan
Perang Dunia II-gaya kampanye berita positif [138] namun sebagian besar media
Inggris, terutama BBC, melaporkan perang secara netral. [139] wartawan ini
disebut "Inggris pasukan "dan" pasukan Argentina
"bukan" pemuda kita "dan" Argies "[140] dua makalah
tabloid utama disajikan menentang sudut pandang. The Daily Mirror adalah jelas
anti-perang, sementara The Sun menjadi terkenal karena berita tersebut sebagai
"Stick It Up Junta Anda!", yang, bersama dengan pelaporan di tabloid
lainnya, [141] menyebabkan tuduhan xenophobia [133] [141] [142] dan jingoisme.
[133] [142] [143] [144] The Sun dikutuk karena "Gotcha" headline
menyusul tenggelamnya ARA General Belgrano. [145] [146] [147]
Dampak budaya [sunting]
Artikel utama: Dampak Budaya Perang Falklands
Ada luas pengaruh pada budaya populer di Inggris dan
Argentina, dari periode sesudah Perang Dunia II hingga saat ini. Penulis
Argentina kemudian tua Jorge Luis Borges menggambarkan perang sebagai
"pertarungan antara dua pria botak lebih dari sisir". [148] Kata-kata
yomp dan Exocet memasuki vernakular Inggris sebagai akibat dari perang. Perang
Falklands juga memberikan materi untuk teater, film dan drama TV dan
mempengaruhi output dari musisi. Di Argentina, pemerintah militer melarang
penyiaran musik dalam bahasa Inggris, memberikan cara untuk munculnya musisi
rock lokal. [149]
Sejarah Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini bagian dari seri
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia.png
Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Kalinyamat (1527–1599)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)
l b s
Perlindungan dari pemindahan
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk
pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan
catatan kaki dari sumber yang terpercaya.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang
sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan
"Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah
Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama
mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama
Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda
selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20;
Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai
jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto
(1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Prasejarah[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nusantara pada
periode prasejarah
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali
ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk
kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga
lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng
Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada
saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es,
sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia
Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal
adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000
tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1]
di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga
masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara
sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan
pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua
dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat,
menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan
membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa
Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM
dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi
(kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan
Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah
barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan
penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara.
Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam
padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau,
pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum,
serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada
abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan
kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat
hubungan perniagaan.
Era pra kolonial[sunting | sunting sumber]
Sejarah awal[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Sejarah Nusantara
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara
atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna dwipa
sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan
bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai
Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun
425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah
mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar
yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan
kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau
saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
Kerajaan Hindu-Buddha[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara
pada era kerajaan Hindu-Buddha
Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman dari Taruma
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat
terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang
dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga
abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah
Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan
Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan
Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364,
Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian
besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan
dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa,
seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara
pada era kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia
sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada
abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina,
Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan
ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di
pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik
yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang
bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam
kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu
raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya
terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi
pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak
wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak
menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda
hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar
tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang
dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang
hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman,
yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama
'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh
Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang
mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak
didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah
Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440.
Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan
ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai
kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang
tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16
dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di
kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan
di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan
utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk
menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara
berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari
penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke
penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama
mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya:
Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik
dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate
dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial[sunting | sunting sumber]
Kolonisasi Portugis dan Spanyol[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara
Zaman Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque.
Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh
orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa
Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah
armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan
hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari
sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah,
komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para
pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos
dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat
saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de
Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati
sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque
juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India
1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz,
Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral
kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu,
bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai
petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam
buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa,
2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu
motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas
dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti
harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi
militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari
Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi
Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba
di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia
dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka,
ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara[sunting | sunting
sumber]
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi
pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi
rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan
Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada.
Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522
dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja
Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah
prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang
saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta
Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau
benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim
Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke
tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di
Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu
tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia
itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih
dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan
Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara
Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah
Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing
dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan
Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk
dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri
Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini
tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus
melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus
Xaverius. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke
Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke
pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan
Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan
Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari
Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan
Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil
memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der
Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris
di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda
berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan
berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa
tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala
Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC
selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir
pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku
menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511,
kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah
perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan
Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan
Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh
David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil
mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai
Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia
sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka
dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan Rakyat terhadap Portugis[sunting | sunting
sumber]
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke
Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis[sunting |
sunting sumber]
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa
melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan
perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis.
Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa diantaranya di
Amurang dan Kema.
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis[sunting |
sunting sumber]
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh
Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di
Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan
persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar,
yang kemudian menjadi Jakarta.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis[sunting |
sunting sumber]
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis
tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada
saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di
Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
Tentara Jepang |
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis[sunting |
sunting sumber]
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada
tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi,
Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh
keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh
rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate
yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap
bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas
terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah
pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Garis waktu kolonialisasi[sunting | sunting sumber]
Kolonialisasi Spanyol[sunting | sunting sumber]
1521 Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara
untuk mengusir kolonial Spanyol.
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara.
Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk
merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang
Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis[sunting | sunting sumber]
1509 - 1520[sunting | sunting sumber]
1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.
1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque
memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal
mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
Pati Unus menaklukkan Jepara
Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah
Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju
Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco
Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore.
Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore,
pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis
di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang
duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah
benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari
Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung
dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam
pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
1514
Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi
Sultan Aceh pertama.
1515
Portugis pertama kali tiba di Timor.
1518
Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di
Johor.
Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan
Demak.
1520
Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
Rakyat Bali menyerang Lombok.
Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan
Solor.
Banjar di Kalimantan menjadi Islam.
1521 – 1530[sunting | sunting sumber]
1521
Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan
orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono
menjadi Sultan Demak.
Portugis merebut Pasai di Sumatra;
Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat
ke Mekkah.
Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling
dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
1522
Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di
Banda.
Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah
benteng Portugis.
Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta
bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim.
Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia
mengunjungi Timor.
Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
1523
Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan
menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
1524
Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di
Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk
memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran dan persekutuannya
dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran,
masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatera Utara.
1525
Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari
Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
1526
Portugis membangun benteng pertama di Timor.
1527
Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan
Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan
Kudus ikut serta.
Demak merebut Tuban.
Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan
Kerajaan Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini
dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan
ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang
diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan
Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian
pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan
Kerajaan Sunda batal terwujud.
Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya
(kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir
Portugis dari Maluku.
1529
Demak menaklukkan Madiun.
Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus
menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
1530
Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut
Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
1531 – 1540[sunting | sunting sumber]
1536
Serangan besar Portugis terhadap Johor.
Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di
Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa
karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya
dengan saudara-saudaranya.
1537
Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh
digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
1539
Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
1540
Portugis berhubungan dengan Gowa.
Kesultanan Butung didirikan.
1541 – 1550[sunting | sunting sumber]
1545
Demak menaklukkan Malang. Gowa membangun benteng di Ujung
Pandang.
1546
Demak menyerang Blambangan namun gagal.
Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh
Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat
Sukoharjo sekarang).
St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan
Ternate.
1547
Aceh menyerang Melaka.
1550
Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
1551 – 1560[sunting | sunting sumber]
1551
Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari
Jepara.
Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo
di Halmahera dengan bantuan Portugis.
1552
Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan
Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Ottoman di
Istanbul.
1558
Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk
menyerang Portugis di Hitu.
Portugis membangun benteng di Bacan.
Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko
Tinggir, memerintah di Pajang.
Wabah cacar di Ternate.
1559
Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun
menjadi Sultan Ternate.
1560
Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di
Panarukan, di ujung timur Jawa.
Spanyol mendirikan pos di Manado.
1561 – 1570[sunting | sunting sumber]
1561
Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
1564
Wabah cacar di Ambon.
1565
Aceh menyerang Johor.
Kutai di Kalimantan menjadi Islam.
1566
Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng
batu.
1568
Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
1569
Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
1570
Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.
Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah
perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni.
Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Baabullah menjadi Sultan (hingga *
1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng
mereka.
Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571 – 1580[sunting | sunting sumber]
1571
Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga
1607.
1574
Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
1575
Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena
itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
1576
Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
1577
Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta
sekarang).
1579
Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut
sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang
enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana,
meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian di
daerah Banten.
November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah
menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan
Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian
persahabatan dengan Britania.
1580
Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha
kolonial Portugis tidak dipedulikan.
Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan
pulang ke Britania.
Ternate menguasai Butung.
1581
Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih
distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang
menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya
menjadi Kyai Gedhe Mataram.
1584
Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram
sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
1585
Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari
Britania.
Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah
benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.
1587
Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal;
garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
Portugis di Melaka menyerang Johor.
Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan
Sultan Aceh.
Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
1588
Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut
Pajang dan Demak.
1590
Desa asli Medan didirikan.
1591 – 1659[sunting | sunting sumber]
1591
Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan
Penang, tetapi misinya gagal.
Ternate menyerang Portugis di Ambon.
1593
Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
1595
2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat
ke Hindia Belanda.
Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah
Kesultanan (belakangan Banjarmasin).
Portugis membangun benteng di Ende, Flores.
Kolonisasi VOC[sunting | sunting sumber]
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi
penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di
antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya
yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal
hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa
pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang
Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II.
Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah
satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi
sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan
kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai
secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama
Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische
Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan
aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.
Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya
terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui
penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan
penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba
berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan
Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh
atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan
pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di
perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada
masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin
Mataram dan Banten.
Kolonisasi pemerintah Belanda[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
Belanda
Era Napoleon (1800-1811)[sunting | sunting sumber]
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh
bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1
Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka
Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di
bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan
Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan
kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan
peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda dan perjanjian, antara lain
Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah
oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah
Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura
sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun
kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika
Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di Batavia, dan
Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens,
penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang
dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.
Interregnum Britania (1811-1816)[sunting | sunting
sumber]
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih
sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816
ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda.
Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan
Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian
membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles
adalah penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di
dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak
langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)[sunting |
sunting sumber]
Setelah [{Kongres Wina]] mengakhiri Perang Napoleon dan
mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan
Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang tertulis
dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848,
1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia-Belanda, hingga 1942 ketika
Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan
Sumatera, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun
1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah
tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa
Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam
hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu,
seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara.
Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang
Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli
pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut
Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang
lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan
politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme[sunting | sunting sumber]
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang
Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis
berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I
dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari
kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di
antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena
kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II[sunting | sunting sumber]
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki
oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli
mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi
dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat
gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan
Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan
Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda
yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
Jepang
Search Wikisource Wikisumber
memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk
mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta,
dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung
di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan
perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target
sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan
Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut
juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh
wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman
Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Proklamasi kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai
kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno
membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai
proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer
Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan
lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai
Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari
sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik
Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk
wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
1945-1949
Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang
bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda
sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun
suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan
yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali
ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta
sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27
Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari
Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950,
Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Demokrasi parlementer[sunting | sunting sumber]
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi
undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya
dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada
partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955,
sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno
lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa
kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi
sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi
Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif
lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh
seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden
menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi Terpimpin[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa
Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR
untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia.
Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan
kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam
rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga
menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang
didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi
resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut
berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk
mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak
lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis
Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di
dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan
penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
Nasib Irian Barat[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konflik Papua
Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan
kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan
langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada
1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah
tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat
di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan
Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan
Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang
menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil
alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konfrontasi
Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan
menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial"
untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu
dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh
imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada
negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia.
Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan
Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan
pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari
1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan
GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini
kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang
dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30
September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi
massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan,
dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk
"Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi
militer menentang hal ini.
Partai Komunis Indonesia
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa
orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal
istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat
itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI.
Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih
dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah
korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di
Jawa dan Bali.
Era Orde Baru[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama
yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi.
Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali
pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima
pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut
pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam
dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan
dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde
Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer
namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa
pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya
alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun
tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Irian Jaya[sunting | sunting sumber]
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia
melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya
pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian
diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya
memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian
memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap
pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil
pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam
atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih
eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur[sunting | sunting sumber]
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan
Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari
pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal,
pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam
pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian
oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai
terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan
kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor
Timur dalam sebuah operasi militer yang disebut Operasi Seroja. Indonesia, yang
mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang
disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur
mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang
strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI)
membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan
kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur
berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk
memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB.
Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk
merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer
Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur
di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang
mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB
(UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga
kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Krisis ekonomi[sunting | sunting sumber]
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J.
Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan
dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai
kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas
ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan
perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para
mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa
yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk
masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J.
Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era
Reformasi
Pemerintahan Habibie[sunting | sunting sumber]
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah
satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter
Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan
ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid[sunting | sunting sumber]
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni
1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar
menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh
suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang
pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan
Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk
kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses
demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di
samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan
Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur
pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden
Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati[sunting | sunting sumber]
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden
Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan
demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan
alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk
memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan
keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama
kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong
royong.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan
dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah
baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan
besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang
meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil
dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan
mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment