!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Saturday, September 6, 2014

Perjalanan yang belum selesai (46)

Kapal Perang Inggris dihajar Torpedo Argentina
Perjalanan yang belum selesai (46)

(Bagian ke empat puluh enam, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 6 September 2014, 21.42 WIB)

Baru satu jam duduk di dalam kelas pelajaran Bahasa Inggris, yang siswanya berasal dari berbagai Negara, selain Indonesia juga asal dari Jepang, Turki, Malaysia dan Negara-Negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Irak dan Yaman, kami tengah mempraktekkan bahasa Inggris melalui nonton bersama siaran televisi, CNN.

 Kebetulan pada saat itu CNN secara langsung menyiarkan perang Malvinas (Perang Falkland) antara Inggris dan Argentina.

‘’sulit dipercaya di zaman modern saat ini masih saja ada kolonialisme seperti Inggris terhadap Pulau Malvinas,’’ kata dosen Bahasa Inggris saya di California State University, Fresno, Amerika Serikat.

Lantas saya jawab: ‘’Indonesia juga punya pengalaman pahit bagaimana rasanya hidup dibawah penjajahan Inggris, Belanda, Portugis dan Jepang.




Perang Malvinas




Perang Falkland
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.
Current event marker.svg
Halaman ini memerlukan pemutakhiran informasi.
Anda dapat membantu memutakhirkan informasi yang ada dan menghapus templat ini setelah selesai
Perang Falkland
HMS Conqueror (S48).jpg
HMS Conqueror pulang setelah berjaya.
Tanggal     2 April 1982 - 14 Juni 1982
Lokasi        Kepulauan Falkland
Hasil Kemenangan Britania Raya
Casus belli          Invasi Argentina ke kepulauan Falkland
Pihak yang terlibat
 Britania Raya
 Kepulauan Falkland   Argentina
Korban
258 tewas[1]
777 terluka
59 tertangkap     649 tewas
1.068 terluka
11.313 tertangkap
Perang Kepulauan Falkland atau Malvinas adalah perang yang berlangsung selama kira-kira 2 bulan antara Argentina dan Britania Raya karena memperebutkan Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan. Kepulauan Falkland terdiri dari 2 pulau besar dan beberapa pulau kecil lainnya di bagian selatan Samudra Atlantik, bagian timur wilayah Argentina.
Klaim Argentina atas Kep. Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan ke daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai "warisan" kedaulatan dari pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional penting bagi rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi menjadi bagian kurikulum sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina yang mengancam pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol di dalam negeri.







Penyerbuan Inggris ke Malvinas


Awal peperangan
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Esok harinya, kapal HMS Endurance dikirim dari Stanley dengan setengah dari pengawal Falklands di dalamnya - 22 Marinir Kerajaan dan seorang letnan. Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal rongsokan itu kembali ke Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu mendarat. Pada 26 Maret, 100 pasukan Argentina tiba lewat laut, konon untuk menyelamatkan kapal-kapal mereka. Pasukan Inggris yang kalah besar jumlahnya mengamati pasukan Argentina hingga 3 April, ketika Marinir Kerajaan di Georgia Selatan menyerah setelah jatuhnya Stanley.
Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan kejutan, dan memberikan alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan tambahan Argentina tiba secara teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan Argentina mendarat di pulau-pulau itu.
Jawaban Inggris[sunting | sunting sumber]

Berita serangan balik Inggris.
Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina dan upaya-upaya memperkuat pasukannya. Tiga kapal selam penyerang nuklir Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air tiga minggu berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-operasi blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir April: 20 kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan dan Angkatan Laut Perdagangan. Gugus tugas Inggris membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas 7000 Marinir Kerajaan dan tentara. Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk pertempuran selama sekitar tiga bulan.
Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air Inggris yang terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230 pasukan menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang jumlahnya 156 orang di Georgia Selatan.
Gugus tugas AL Kerajaan tiba di timur Falkland pada 1 Mei. Rencananya adalah membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley. Dua kapal selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk mengamati kapal-kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April. Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet yang dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal perusak yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo dan menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368 dari 1042 awaknya. Gugus tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan dan tetap tinggal di sana hingga perang berakhir. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan lepas pantai hingga perang usai.







Tentara Inggris di Indonesia

Serangan udara dari pangkalan-pangkalan di Argentina terhadap kapal-kapal Inggris sering terjadi selama perang. Meskipun memiliki pertahanan AAW ("anti-air warfare" - peperangan anti serangan udara) yang canggih serta menggunakan Sea Harriers yang cukup sukses dalam pertahanan udara ke udara, AL Inggris hanya bertahan dalam menghadapi kekuatan udara Argentina. Serangan pesawat Argentina menghantam sekitar 75 persen dari kapal-kapal Inggris dengan bom. Namun hanya tiga kapal perang Inggris (satu perusak dan dua fregat) serta dua kapal pendarat yang tenggelam atau rusak berat oleh bom. Kapal-kapal Inggris lainnya yang tenggelam, satu kapal perusak (HMS Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam oleh misil Exocet. AL Inggris berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari 134 pesawat tempur Argentina selama perang dengan menggunakan kombinasi perang listrik, Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti pesawat udara.
Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga minggu operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur.
Sebab-sebab kekalahan Argentina[sunting | sunting sumber]
Selain kurangnya kesatuan di antara bangsa Argentina, juga terdapat jarak sosial yang lebar antara perwira, perwira administratif dan para wajib militer (wamil). Para wamil berdinas satu tahun atau kurang di ketentaraan. Ketika perang meletus, “sebagian besar angkatan 1962 (tahun lahir mereka) sudah dikirim pulang, sementara angkatan 1963 belum … mendapatkan pendidikan dasar sekalipun.” Lebih jauh, kebanyakan dari wamil yang tidak terlatih berasal dari provinsi-provinsi utara yang beriklim tropis dan sama sekali tidak siap untuk menghadapi “kondisi-kondisi mengerikan dan musuh yang terlatih baik serta lengkap persenjataannya.”
Marinir Kerajaan secara rutin berlatih di rawa-rawa Dartmouth Moors dan telah menyelesaikan manuver-manuver tahunan di lingkungan kutub di Norwegia pada April 1982. Pasukan komandonya berlatih di dataran-dataran dingin di Salisbury dan baru saja kembali bertugas di Irlandia Utara. Salah seorang pasukan komando berkata, “Saya mulai dengan kelas yang terdiri dari 83 orang dan hanya 11 dari kami yang selesai. Kami tahu bahwa kami adalah pasukan terbaik di dunia ketika selesai dengan latihan itu.” Yang lainnya mengatakan, “Saya tidak pernah dapat mengerti mengapa kami berlatih selokan dan lumpur di Salisbury sementara kami sebetulnya akan berperang di Eropa Utara. Kemudian kami dikirim ke Falkland, dan saya berkata kepada teman saya, ‘Setan! Tempat ini sungguh seperti rumah sendiri.’” Tradisi adalah tali pengikat yang kuat. Seorang komando Marinir Kerajaan mengatakan kepada 45 pasukan komandonya, “Kita berbaris dari Normandia ke Berlin. Sudah pasti kita sanggup berbaris 120 km. ke Stanley.” Seorang tentara berkata: “Saya pasti akan dikutuki bila saya mengecewakan teman-teman yang bertempur di Arnhem.” Ini adalah kata-kata dari pasukan professional yang bangga, terlatih keras dan penuh percaya diri.
Kontrasnya sangat jelas, dan kedua belah pihak paham benar. Seorang tentara Argentina berkata: “Bila saya memiliki perwira- perwira sungguhan, yang laki-laki sungguhan, mungkin saya akan tetap bertahan. Tak mungkin! Saya orang Argentina, dan kami diciptakan bukan untuk membunuh orang lain. Kami suka makan, nonton film, minum-minum, dansa. Kami tidak seperti orang-orang Inggris. Mereka tentara-tentara professional – perang adalah bisnis mereka.”
Pelajaran dari Perang Falkland[sunting | sunting sumber]
Perang Falkland atau Malvinas membangkitkan sejumlah pemikiran mengenai sebab-sebab konflik antar bangsa. Perang ini pun menantang sejumlah asumsi tentang konflik yang telah menjadi aksioma di antara kaum profesional dalam politik. Asumsi aksiomatik pertama yang ditantang oleh Perang Malvinas/Falkand adalah pendapat bahwa negara-negara “yang lebih lemah” biasanya tidak akan menyerang “yang lebih kuat”, khususnya negara-negara nuklir. Yang kedua menantang asumsi bahwa para pemimpin melakukan perang untuk mengalihkan perhatian warganya dari masalah-masalah dalam negeri. Perang Malvinas/Falkland juga menunjukkan potensi berbahaya ketika pemimpin keliru memperkirakan kepentingan lawan, bahaya kekeliruan persepsi dari watak seorang kepala pemerintahan, dan pentingnya perspektif-perspektif budaya dan sejarah.
Siapa yang akan mengira bahwa Argentina, sebuah negara yang terisolir akan pergi berperang melawan pelanggan terbesarnya dalam ekspor hasil pertanian – Inggris? Siapa yang akan menyangka bahwa negara ini, yang dalam sejarahnya tidak pernah sungguh-sungguh berperang sejak abad ke-19, akan menantang sebuah negara yang memiliki kemampuan nuklir? Siapa yang akan menyangka bahwa Inggris, sebuah anggota Dewan Keamanan PBB dan NATO, akan berperang gara-gara setumpukan batu karang terasing yang dihuni oleh segelintir gembala di Samudera Atlantik Selatan? Siapa yang akan menyangka bahwa Inggris akan pergi berperang untuk mempertahankan sisa-sisa Imperiumnya 37 tahun setelah Perang Dunia II?
Masalah-masalah ekonomi yang serius, kekalahan oleh Inggris pada tahun 1982 setelah usaha yang gagal untuk merebut Kep. Falkland/Malvinas, kemuakan publik terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia yang parah, dan tuduhan-tuduhan yang meningkat telah bersama-sama mendiskreditkan dan memperlemah rezim militer Argentina. Hal ini mendorong transisi bertahap dan membawa negara itu kepada pemerintahan yang demokratis. Dengan tekanan publik, junta militer Argentina akhirnya menghapuskan larangan-larangan terhadap partai-partai politik dan memulihkan kebebasan-kebebasan politik yang mendasar. Argentina berhasil kembali kepada demokrasi dengan damai.
Pemulihan hubungan diplomatik[sunting | sunting sumber]
Argentina memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Inggris. Pada September 1995, Argentina dan Inggris menandatangani suatu perjanjian untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas di Atlantik Barat Daya, dan menghapuskan masalah yang potensial sulit serta membuka jalan untuk kerja sama lebih jauh antara kedua negara. Pada tahun 1998, Presiden Menem mengunjungi Inggris dalam kunjungan resmi pertama oleh seorang presiden Argentina sejak tahun 1960-an.






Pemimpin Penjajah Belanda di Indonesia



Perang Falklands
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Tanggal 2 April - 14 Juni 1982 [1] [2]
(2 bulan, 1 minggu dan 5 hari)
Lokasi Kepulauan Falkland, Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan dan laut sekitarnya dan wilayah udara
Hasil Kemenangan Inggris
Status quo ante bellum di Georgia Selatan dan Falklands.
Pendudukan Argentina Southern Thule berakhir.
Pihak yang terlibat
  Inggris Raya Argentina
Komandan dan para pemimpin
Inggris Raya Kabinet Perang [3]
Inggris Raya Perdana Min. M. Thatcher
Inggris Raya Adm. Sir T. Lewin
Inggris Raya Adm. Sir J. Fieldhouse
Inggris Raya R Adm. J. Woodward
Inggris Raya Mayjen. J. Moore
Inggris Raya Brig. J. Thompson
Argentina Militer Junta
Presiden Argentina L. Galtieri
Argentina Adm. J. Anaya
Argentina Brigjen. B. Lami Dozo
Argentina V Adm. J. Lombardo
Argentina Brig. E. Crespo
Argentina B.Gen. M. Menendez
Korban dan kerugian
258 tewas [nb 1]
775 terluka
115 tawanan perang [nb 2]
2 kapal perusak
2 frigat
1 LSL kapal
Kerajinan 1 LCU
Kapal 1 kontainer
24 helikopter
10 pejuang
1 bomber (diinternir)
649 tewas [nb 3]
1,657 terluka [6]
11.313 tawanan perang
1 cruiser
1 kapal selam
4 kapal kargo
2 kapal patroli
Pukat 1 spy
25 helikopter
35 pejuang
2 pembom
Pesawat kargo 4
25 pesawat COIN
9 pelatih bersenjata
3 warga sipil sengaja dibunuh oleh penembakan Inggris
[show] v t e
Perang Falklands
Perang Falklands (Spanyol: Guerra de las Malvinas), juga dikenal sebagai Falklands Konflik, Falklands Krisis dan Guerra del Atlántico Sur (bahasa Spanyol untuk "Perang Atlantik Selatan"), adalah perang sepuluh minggu antara Argentina dan Inggris atas dua wilayah luar negeri Inggris di Atlantik Selatan: the Kepulauan Falkland dan South Georgia dan South Sandwich Islands. Ini dimulai pada hari Jumat 2 April 1982 ketika Argentina menyerbu dan menduduki Kepulauan Falkland (dan, pada hari berikutnya, South Georgia dan South Sandwich Islands) dalam upaya untuk membangun kedaulatan itu sudah lama diklaim atas mereka. Pada tanggal 5 April, pemerintah Inggris mengirimkan sebuah gugus tugas angkatan laut untuk melibatkan Argentina Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebelum melakukan serangan amfibi di pulau-pulau. Konflik itu berlangsung 74 hari dan berakhir dengan penyerahan Argentina pada 14 Juni 1982, kembali pulau-pulau untuk kontrol Inggris. 649 personil militer Argentina, 255 personil militer Inggris dan tiga Kepulauan Falkland meninggal selama pertempuran.

Konflik adalah episode utama dalam konfrontasi sejarah yang berlarut-larut atas kedaulatan wilayah. Argentina telah menegaskan dan menyatakan bahwa pulau-pulau telah wilayah Argentina sejak abad ke-19 [7] [8] [9] dan, dengan demikian, pemerintah Argentina ditandai aksi mereka sebagai reklamasi wilayah mereka sendiri. Pemerintah Inggris melihatnya sebagai invasi ke wilayah yang telah Inggris sejak abad ke-19. Baik negara, bagaimanapun, secara resmi menyatakan perang dan permusuhan yang hampir secara eksklusif terbatas pada wilayah dalam sengketa dan daerah Atlantik Selatan di mana mereka berbohong.

Konflik memiliki dampak yang kuat di kedua negara dan telah menjadi subyek dari berbagai buku, artikel, film dan lagu. Sentimen Patriotik berlari tinggi di Argentina, tapi hasilnya memicu protes besar terhadap pemerintah militer yang berkuasa, mempercepat kejatuhannya. Di Inggris, pemerintah Partai Konservatif, didukung oleh hasil yang sukses, terpilih kembali pada tahun berikutnya. Berat budaya dan politik dari konflik memiliki efek yang kurang di Inggris daripada di Argentina, di mana ia tetap menjadi topik siap diskusi. [10]

Hubungan antara Inggris dan Argentina dipulihkan pada tahun 1989 setelah pertemuan di Madrid, Spanyol, di mana pemerintah kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama. [11] Tidak ada perubahan dalam posisi kedua negara mengenai kedaulatan Kepulauan Falkland dibuat eksplisit . Pada tahun 1994, klaim Argentina ke wilayah ditambahkan ke konstitusi. [12]

4 Pranala luar
Menjelang konflik [sunting]
Artikel utama: Acara yang mengarah ke Perang Falklands
Pada periode menjelang perang - dan, khususnya, setelah pengalihan kekuasaan antara diktator militer Jenderal Jorge Rafael Videla dan General Roberto Eduardo Viola akhir Maret 1981 - Argentina telah berada di tengah-tengah stagnasi ekonomi yang menghancurkan dan besar kerusuhan sipil -Skala terhadap junta militer yang telah memerintah negara itu sejak 1976 [13] pada bulan Desember 1981 terjadi perubahan lebih lanjut dalam rezim militer Argentina membawa ke kantor junta baru yang dipimpin oleh Jenderal Leopoldo Galtieri (penjabat presiden), Brigadir Basilio Lami Dozo dan Laksamana Jorge Anaya. Anaya adalah arsitek utama dan pendukung solusi militer untuk klaim lama atas pulau-pulau, [14] menghitung bahwa Inggris tidak akan merespon secara militer. [15]


Admiral Jorge Anaya adalah kekuatan pendorong dalam keputusan Junta untuk menyerang. [16] [17] [18]
Dengan memilih untuk aksi militer, pemerintah Galtieri berharap untuk memobilisasi perasaan patriotik lama dari Argentina menuju pulau-pulau, dan dengan demikian mengalihkan perhatian publik dari masalah ekonomi kronis negara dan pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung rezim. [19] Tindakan tersebut juga akan meningkatkan legitimasinya berkurang. Surat kabar La Prensa berspekulasi dalam langkah-demi-langkah rencana yang diawali dengan memotong pasokan ke Kepulauan, berakhir dalam tindakan langsung akhir tahun 1982, jika pembicaraan PBB yang sia-sia. [20]

Ketegangan yang sedang berlangsung antara kedua negara atas pulau-pulau meningkat pada 19 Maret ketika sekelompok pedagang besi tua Argentina (sebenarnya disusupi oleh Argentina marinir) mengibarkan bendera Argentina di South Georgia, suatu tindakan yang kemudian akan dilihat sebagai tindakan ofensif pertama di perang. The Royal Navy kapal patroli es HMS Ketahanan dikirim dari Stanley Georgia Selatan dalam menanggapi, kemudian mengarah ke invasi Georgia Selatan oleh pasukan Argentina pada 3 April. Junta militer Argentina, mencurigai bahwa Inggris akan memperkuat nya Angkatan Atlantic South, [21] memerintahkan invasi Kepulauan Falkland untuk dibawa ke depan untuk 2 April.

Inggris awalnya terkejut oleh serangan Argentina di kepulauan Atlantik Selatan, meskipun peringatan berulang-ulang oleh kapten Royal Navy Nicholas Barker dan lain-lain. Barker percaya bahwa Menteri Pertahanan John Nott ini 1.981 ulasan (di mana Nott menggambarkan rencana untuk menarik ketahanan, hanya kehadiran angkatan laut Inggris di Atlantik Selatan) mengirim sinyal ke Argentina bahwa Inggris tidak mau, dan akan segera mampu, mempertahankan wilayahnya dan mata pelajaran di Falklands. [22] [23]

Invasi Argentina [sunting]
Artikel utama: 1982 Invasi Kepulauan Falkland, Invasi South Georgia, pasukan udara Argentina dalam Perang Falklands, angkatan laut Argentina dalam Perang Falklands dan pasukan darat Argentina dalam Perang Falklands
Pada tanggal 2 April 1982, pasukan Argentina dipasang pendaratan amfibi di Kepulauan Falkland, setelah pendudukan sipil South Georgia pada tanggal 19 Maret, sebelum Perang Falklands dimulai. Invasi bertemu pertahanan nominal yang diselenggarakan oleh Kepulauan Falkland 'Gubernur Sir Rex Hunt, memberikan perintah kepada Mayor Mike Norman Royal Marinir. Acara termasuk pendaratan Letnan Komandan Guillermo Sanchez-Sabarots 'Amfibi Komando Group, serangan terhadap Moody Brook barak, keterlibatan antara pasukan Hugo Santillan dan Bill Trollope di Stanley, dan keterlibatan final dan menyerah di Government House.

Tanggapan Inggris awal [sunting]
Informasi lebih lanjut: angkatan laut Inggris di Perang Falklands, pasukan darat Inggris di Perang Falklands dan layanan udara Inggris dalam Perang Falklands

Sampul majalah Newsweek, 19 April 1982, menggambarkan HMS Hermes, unggulan dari Task Force Inggris.
Firman invasi pertama mencapai Inggris dari sumber Argentina. [24] Sebuah Departemen Pertahanan operasi di London memiliki percakapan teleks pendek operator teleks Gubernur Hunt, yang menegaskan bahwa Argentina berada di pulau dan memegang kendali. [24] [25] kemudian pada hari itu, wartawan BBC Laurie Margolis mampu berbicara dengan kepulauan di Goose Green melalui radio amatir, yang mengkonfirmasikan adanya armada Argentina besar dan bahwa pasukan Argentina telah menguasai pulau. [24] Operasi Perusahaan adalah codename diberikan kepada operasi militer Inggris di Perang Falklands. Komandan operasi satuan tugas adalah Laksamana Sir John Fieldhouse. Operasi berlangsung dari 1 April 1982 dengan 20 Juni 1982 [26] Inggris melakukan serangkaian operasi militer sebagai alat merebut kembali Falkands dari pendudukan Argentina. Pemerintah Inggris telah mengambil tindakan sebelum invasi 2 April. Menanggapi peristiwa di South Georgia kapal selam HMS Splendid dan HMS Spartan diperintahkan untuk berlayar ke selatan pada 29 Maret, sementara toko-toko Royal Fleet Auxiliary kapal (RFA) Fort Austin dikirim dari Mediterania Barat untuk mendukung HMS Ketahanan. [27] Tuhan Carrington telah berharap untuk mengirim sebuah kapal selam ketiga, namun keputusan itu ditangguhkan karena kekhawatiran tentang dampak pada komitmen operasional. [27] Kebetulan pada tanggal 26 Maret, kapal selam HMS Superb meninggalkan Gibraltar dan diasumsikan dalam pers itu menuju selatan. Ada sejak spekulasi bahwa efek dari laporan tersebut adalah panik junta Argentina ke menyerang Falklands sebelum kapal selam nuklir bisa dikerahkan. [27]

Hari berikutnya, selama pertemuan krisis yang dipimpin oleh Perdana Menteri Margaret Thatcher, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Sir Henry Leach, menyarankan mereka bahwa "Inggris dapat dan harus mengirim satuan tugas jika pulau-pulau diserang". Pada 1 April Leach mengirim perintah untuk pasukan Angkatan Laut melaksanakan latihan di Mediterania untuk menjadi siap untuk berlayar ke selatan. Setelah invasi pada 2 April, setelah pertemuan darurat kabinet, persetujuan diberikan untuk pembentukan gugus tugas untuk merebut kembali pulau-pulau. Hal ini didukung dalam sidang darurat Dewan Perwakilan hari berikutnya. [28]

Pada tanggal 6 April, Pemerintah Inggris membentuk Kabinet Perang untuk memberikan hari-hari pengawasan politik kampanye. [3] Ini adalah instrumen penting dari manajemen krisis untuk Inggris dengan kekuasaanya yang untuk "tetap meninjau politik dan perkembangan militer yang berkaitan dengan Atlantik Selatan, dan melaporkan yang diperlukan untuk Pertahanan dan Komite Kebijakan Luar Negeri. "Sampai dibubarkan pada tanggal 12 Agustus, Kabinet Perang bertemu setidaknya setiap hari. Meskipun Margaret Thatcher digambarkan sebagai mendominasi Kabinet Perang, Lawrence Freedman mencatat dalam Sejarah Resmi Kampanye Falklands bahwa dia tidak mengabaikan oposisi atau gagal untuk berkonsultasi lain. Namun, setelah keputusan itu dicapai dia "tidak melihat ke belakang" [3].

Posisi negara-negara pihak ketiga [sunting]
Pada malam 3 April, PBB duta besar Inggris Sir Anthony Parsons menempatkan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB. Resolusi yang mengutuk permusuhan dan menuntut segera penarikan Argentina dari Kepulauan, diadopsi oleh dewan hari berikutnya sebagai Dewan Keamanan PBB Resolusi 502, yang lulus dengan sepuluh orang dalam mendukung, satu melawan (Panama) dan empat abstain (China , Uni Soviet, Polandia dan Spanyol). [28] [29] [30] Inggris mendapat dukungan politik lebih lanjut dari Commonwealth of Nations dan Masyarakat Ekonomi Eropa. The EEC juga memberikan dukungan ekonomi dengan memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Argentina. Argentina sendiri secara politis didukung oleh mayoritas negara-negara di Amerika Latin dan Gerakan Non-Blok. [Rujukan?] Pada tanggal 20 Mei 1982 Perdana Menteri Selandia Baru, Robert Muldoon, mengumumkan bahwa ia akan membuat HMNZS Canterbury tersedia untuk digunakan di mana Inggris yang menurutnya cocok untuk melepaskan kapal Royal Navy untuk Falklands. [31]

Perang merupakan peristiwa tak terduga di dunia tegang oleh Perang Dingin dan kesenjangan Utara-Selatan. Respon dari beberapa negara adalah upaya untuk menengahi krisis dan kemudian sebagai perang dimulai, dukungan (atau kritik) berbasis dalam hal anti-kolonialisme, solidaritas politik, hubungan sejarah atau politik riil. Dalam kasus lain itu hanya dukungan verbal. [Rujukan?]

Amerika Serikat prihatin dengan prospek Argentina beralih ke Uni Soviet untuk dukungan, [32] dan awalnya mencoba untuk menengahi diakhirinya konflik. Namun, ketika Argentina menolak tawaran perdamaian AS, Menteri Luar Negeri AS Alexander Haig mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan melarang penjualan senjata ke Argentina dan memberikan dukungan material untuk operasi Inggris. Kedua Rumah Kongres AS mengeluarkan resolusi yang mendukung aksi berpihak AS dengan Inggris. [33]

AS memberikan Inggris dengan peralatan militer mulai dari detektor kapal selam ke rudal terbaru. [34] [35] [36] [37] Presiden Ronald Reagan menyetujui permintaan Royal Navy untuk meminjam Sea Harrier-mampu kapal serbu amfibi USS Iwo Jima (LPH-2) jika Inggris kehilangan sebuah kapal induk. Angkatan Laut Amerika Serikat mengembangkan rencana untuk membantu pria Inggris kapal dengan kontraktor militer Amerika, kemungkinan pensiun pelaut dengan pengetahuan tentang sistem yang Iwo Jima ini. [38] Perancis memberikan pelatihan pesawat berbeda sehingga Harrier pilot bisa melatih melawan pesawat Perancis yang digunakan oleh Argentina [39] intelijen Perancis dan Inggris juga bekerja untuk mencegah Argentina dari mendapatkan lebih banyak rudal Exocet di pasar internasional, [40] sementara pada saat yang sama Peru mencoba untuk membeli 12 rudal untuk Argentina, dalam operasi rahasia yang gagal. [41] [. 42] Chile memberikan dukungan ke Inggris dalam bentuk intelijen tentang militer Argentina dan radar peringatan dini. [43] [44] Sepanjang perang, Argentina takut intervensi militer Chili di Patagonia dan terus beberapa gunung terbaiknya resimen jauh dari Falklands dekat perbatasan Chili sebagai tindakan pencegahan. [45]

Sementara Prancis terang-terangan mendukung Inggris, tim teknis Prancis tetap di Argentina selama perang. Sumber-sumber pemerintah Prancis mengatakan tim Prancis itu terlibat dalam pengumpulan intelijen; Namun, secara bersamaan memberikan dukungan materi langsung ke Argentina, mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan di Exocet peluncur rudal. [46] Menurut buku Operation Israel, penasihat dari Israel Aerospace Industries sudah di Argentina dan melanjutkan pekerjaan mereka selama konflik. Buku ini juga mengklaim bahwa Israel menjual senjata dan tank penurunan dalam operasi rahasia di Peru. [47] [48] Peru juga secara terbuka mengirim "Mirages, pilot dan rudal" ke Argentina selama perang. [49] Peru sebelumnya ditransfer sepuluh Hercules pesawat transportasi ke Argentina segera setelah Task Force Inggris telah berlayar pada bulan April 1982 [50] Nick van der Bijl mencatat bahwa setelah kekalahan Argentina di Goose Green, Venezuela dan Guatemala menawarkan untuk mengirim pasukan terjun payung ke Falklands. [51] Melalui Libya , di bawah Muammar Gaddafi, Argentina menerima 20 peluncur dan 60 SA-7 rudal, serta senapan mesin, mortir dan ranjau; semua dalam semua, beban dari empat perjalanan dua Boeing 707 dari AAF, mengisi bahan bakar di Recife dengan pengetahuan dan persetujuan dari pemerintah Brasil. [52] Beberapa operasi logistik klandestin yang dipasang oleh Uni Soviet. [53]

British Task Force [sunting]
Artikel utama: logistik Inggris di Perang Falklands

HMS Invincible, bagian dari gugus tugas. Digambarkan pada tahun 1990

Royal Navy Fleet Air Arm Sea Harrier FRS1. Skema cat gloss kemudian diubah menjadi kusam satu selatan perjalanan.
Pemerintah Inggris tidak memiliki rencana kontingensi untuk invasi pulau-pulau, dan gugus tugas dengan cepat mengumpulkan dari kapal apa pun yang tersedia. [54] Kapal selam nuklir Conqueror berlayar dari Prancis pada 4 April, sementara dua kapal induk Invincible dan Hermes, di perusahaan kapal pendamping, meninggalkan Portsmouth hanya sehari kemudian. [28] Setelah kembalinya ke Southampton dari pelayaran dunia pada 7 April, kapal laut SS Canberra alih dan berlayar dua hari kemudian dengan 3 Commando Brigade kapal . [28] kapal samudra Ratu Elizabeth 2 juga alih dan meninggalkan Southampton pada 12 Mei dengan 5 Brigade Infanteri di papan [28] Gugus tugas seluruh akhirnya terdiri 127 kapal. 43 kapal Royal Navy, Royal Fleet Auxiliary 22 kapal dan 62 kapal-kapal dagang. [54]

The merebut kembali Kepulauan Falkland dianggap sangat sulit: kendala utama yang menjadi perbedaan dalam penutup udara deployable. Inggris memiliki total 42 pesawat (28 Sea Harriers dan 14 Harrier GR.3s) tersedia untuk operasi tempur udara, [55] terhadap sekitar 122 jet tempur berguna, dimana sekitar 50 dipekerjakan sebagai pejuang superioritas udara dan sisanya sebagai pemogokan pesawat, di angkatan udara Argentina selama perang. [56] Angkatan Laut AS dianggap sebagai sukses kontra-invasi oleh Inggris untuk menjadi 'sebuah kemustahilan militer. [57]

Pada pertengahan April, Royal Air Force telah mendirikan pangkalan udara RAF Ascension Island, co-located dengan wideawake Airfield (AS) pada pertengahan Atlantik wilayah Inggris di luar negeri Ascension Island, termasuk kekuatan yang cukup besar dari Avro Vulcan B Mk 2 pembom, Handley Halaman Victor K Mk 2 pesawat pengisian bahan bakar, dan McDonnell Douglas phantom FGR Mk 2 pejuang untuk melindungi mereka. Sementara itu Inggris gugus tugas angkatan laut utama tiba di Ascension untuk mempersiapkan layanan aktif. Sebuah kekuatan kecil sudah dikirim ke selatan untuk merebut kembali South Georgia.

Encounters dimulai pada bulan April; Satuan Tugas Inggris dibayangi oleh Boeing 707 pesawat dari Angkatan Udara Argentina selama perjalanan mereka ke selatan [58] Beberapa dari penerbangan tersebut dicegat oleh Sea Harriers di luar zona eksklusi Inggris dikenakan.; yang 707 tak bersenjata tidak diserang karena bergerak diplomatik masih sedang berlangsung dan Inggris belum memutuskan untuk berkomitmen untuk angkatan bersenjata. Pada tanggal 23 April Brasil komersial Douglas DC-10 dari Varig Airlines perjalanan ke Afrika Selatan dicegat oleh British Harriers yang secara visual mengidentifikasi pesawat sipil. [59]

Merebut kembali South Georgia dan serangan dari Santa Fe [sunting]
The South Georgia kekuatan, Operasi Paraquet, di bawah komando Mayor Guy Sheridan RM, terdiri dari Marinir dari 42 Commando, pasukan Service Khusus Air (SAS) dan Special Boat Service (SBS) pasukan yang dimaksudkan untuk mendarat sebagai pasukan pengintai untuk invasi oleh Royal Marinir. Semua itu memulai RFA Tidespring. Pertama tiba adalah kapal selam Churchill kelas HMS Conqueror pada tanggal 19 April, dan pulau itu over-diterbangkan oleh radar pemetaan Handley Halaman Victor pada tanggal 20 April.

Pendaratan pertama pasukan SAS berlangsung pada 21 April, tapi-dengan belahan selatan pengaturan musim gugur di-cuaca begitu buruk bahwa pendaratan mereka dan lain-lain membuat hari berikutnya semua ditarik setelah dua helikopter jatuh di kabut di Fortuna Glacier. Pada tanggal 23 April, peringatan kapal selam itu terdengar dan operasi yang dihentikan, dengan Tidespring ditarik ke perairan yang lebih dalam untuk menghindari intersepsi. Pada tanggal 24 April, pasukan Inggris berkumpul kembali dan menuju ke serangan.

Pada tanggal 25 April, setelah resupplying garnisun Argentina di South Georgia, kapal selam ARA Santa Fe terlihat di permukaan [60] oleh Westland Wessex HAS Mk 3 helikopter dari HMS Antrim, yang menyerang kapal selam Argentina dengan biaya kedalaman. HMS Plymouth meluncurkan helikopter Westland Wasp HAS.Mk.1, dan HMS Brilliant meluncurkan Westland Lynx HAS Mk 2 The Lynx meluncurkan torpedo, dan memberondong kapal selam dengan tujuan umum senapan mesin pintle-mount; Wessex juga dipecat dari Santa Fe dengan perusahaan GPMG. The Wasp dari HMS Plymouth serta dua Tawon lainnya diluncurkan dari HMS ketahanan dipecat AS-12 rudal ASM antiship di kapal selam, hit mencetak gol. Santa Fe rusak cukup parah untuk mencegah dia dari menyelam. Awak kapal selam ditinggalkan di dermaga di King Edward Point pada South Georgia.

Dengan Tidespring sekarang jauh di laut dan pasukan Argentina ditambah dengan awak kapal selam, Mayor Sheridan memutuskan untuk mengumpulkan 76 orang yang ia miliki dan membuat serangan langsung hari itu. Setelah dipaksa march singkat oleh pasukan Inggris dan pemboman angkatan laut demonstrasi oleh dua kapal Royal Navy (Antrim dan Plymouth), pasukan Argentina menyerah tanpa perlawanan. Pesan yang dikirim dari kekuatan angkatan laut di South Georgia ke London adalah, "Jadilah senang untuk memberitahu Yang Mulia bahwa Putih Ensign terbang bersama Union Jack di South Georgia. God Save the Queen." Perdana Menteri, Margaret Thatcher, pecah berita kepada media, memberitahu mereka untuk "Just bersukacita mendengar berita itu, dan mengucapkan selamat kepada pasukan kita dan Marinir!" [61]

Hitam Buck penggerebekan [sunting]
Artikel utama: Operasi Hitam Buck

RAF Avro Vulcan B.Mk.2 pembom strategis
Pada tanggal 1 Mei operasi Inggris di Falklands dibuka dengan "Black Buck 1" serangan (dari serangkaian lima) dari lapangan udara di Stanley. Seorang pembom Vulcan dari Ascension terbang pada 8.000 mil laut (15.000 km; 9.200 mi) round trip menjatuhkan bom konvensional di landasan pacu di Stanley dan kembali ke Ascension. Misi diperlukan pengisian bahan bakar berulang, dan diperlukan beberapa pesawat Victor tanker yang beroperasi di konser, termasuk kapal tanker untuk pengisian bahan bakar kapal tanker. Efek keseluruhan dari penggerebekan perang sulit untuk menentukan, dan serangan yang dikonsumsi sumber daya berharga tanker dari Ascension, [62] tetapi juga mencegah Argentina dari penempatan jet cepat di pulau-pulau.

Penggerebekan melakukan sedikit kerusakan landasan pacu, dan kerusakan radar dengan cepat diperbaiki. Pada 2014 situs Web Royal Air Force terus menyatakan bahwa semua tiga misi pemboman telah berhasil, [63] tapi sejarawan Lawrence Freedman, yang memiliki akses ke dokumen rahasia, mengatakan dalam sebuah buku tahun 2005 bahwa misi pemboman berikutnya adalah kegagalan. [64] sumber Argentina mengatakan bahwa serangan Vulcan dipengaruhi Argentina untuk menarik beberapa perusahaan Mirage IIIs dari Southern Argentina ke Zona Pertahanan Buenos Aires. [65] [66] [67] Hal ini kemudian digambarkan sebagai propaganda oleh Falklands veteran Komandan Nigel Ward . [68] pengaruh tindakan ini, bagaimanapun, disiram turun ketika para pejabat Inggris membuat jelas bahwa tidak akan ada serangan di pangkalan udara di Argentina. [69]

Dari lima serangan Hitam Buck, tiga menentang Stanley Airfield, dengan dua misi anti-radar lain menggunakan Shrike rudal anti-radiasi.

Eskalasi perang udara [sunting]

Prancis dibangun Etendard Super dari Aviation Argentina Naval
Falklands hanya memiliki tiga lapangan udara. Terpanjang dan hanya beraspal landasan pacu berada di ibukota, Stanley, dan bahkan itu terlalu pendek untuk mendukung jet cepat (meskipun gigi arrestor dipasang pada bulan April untuk mendukung Skyhawks). Oleh karena itu, Argentina dipaksa untuk melancarkan serangan besar mereka dari daratan, sangat menghambat upaya mereka pada pementasan maju, patroli udara tempur dan dukungan udara atas pulau-pulau. Waktu berkeliaran efektif pesawat Argentina masuk rendah, dan mereka kemudian dipaksa untuk overfly pasukan Inggris di setiap upaya untuk menyerang pulau-pulau.

Besar pertama kekuatan serangan Argentina terdiri 36 pesawat (A-4 Skyhawks, IAI Daggers, Inggris Electric Canberras, dan Mirage III pendamping), dan dikirim pada tanggal 1 Mei, dengan keyakinan bahwa invasi Inggris sudah dekat atau pendaratan sudah terjadi . Hanya bagian dari Grupo 6 (menerbangkan pesawat IAI Dagger) menemukan kapal, yang menembaki pertahanan Argentina dekat kepulauan. The Daggers berhasil menyerang kapal dan kembali dengan selamat. Ini sangat mendorong semangat dari para pilot Argentina, yang kini tahu mereka bisa bertahan serangan terhadap kapal perang modern, dilindungi oleh radar darat kekacauan dari Kepulauan dan dengan menggunakan profil pop-up akhir. Sementara itu, pesawat Argentina lainnya dicegat oleh BAE Sea Harriers beroperasi dari HMS Invincible. A Dagger [70] dan Canberra ditembak jatuh. Memerangi pecah antara Sea Harrier FRS Mk 1 pejuang Nomor 801 Naval Air Squadron dan Mirage III pejuang Grupo 8 Kedua belah pihak menolak untuk berperang di ketinggian terbaik yang lain, sampai dua Mirages akhirnya turun untuk terlibat. Satu ditembak jatuh oleh AIM-9L Sidewinder udara-ke-udara rudal (AAM), sementara yang lain melarikan diri namun rusak dan tanpa cukup bahan bakar untuk kembali ke pangkalan udara daratan nya. Pesawat dibuat untuk Stanley, di mana ia menjadi korban salah tembak dari pembela Argentina. [71]

Sebagai hasil dari pengalaman ini, staf Angkatan Udara Argentina memutuskan untuk menggunakan A-4 Skyhawks dan Daggers hanya sebagai unit mogok, Canberras hanya pada malam hari, dan Mirage IIIs (tanpa kemampuan pengisian bahan bakar udara atau AAM mampu) sebagai umpan untuk memikat Inggris Sea Harriers. Decoying itu akan kemudian diperpanjang dengan pembentukan Escuadron Fenix​​, satu skuadron jet sipil terbang 24 jam sehari simulasi pesawat mogok bersiap menyerang armada. Pada salah satu penerbangan ini, Angkatan Udara Learjet ditembak jatuh, menewaskan komandan skuadron, Wakil Commodore Rodolfo De La Colina, petugas Argentina peringkat tertinggi untuk mati dalam perang. [72] [73] Stanley digunakan sebagai Argentina strongpoint selama konflik. Meskipun serangan Hitam Buck dan Harrier di Stanley lapangan udara (tidak ada jet cepat yang ditempatkan di sana untuk pertahanan udara) dan penembakan semalam oleh kapal-kapal terpisah, itu tidak pernah keluar dari tindakan seluruhnya. Stanley dipertahankan oleh campuran permukaan-ke-udara rudal (SAM) sistem (Franco-Jerman Roland dan Inggris Tigercat) dan Swiss-built Oerlikon 35 mm twin meriam anti-pesawat. Penerbangan transport malam Lockheed Hercules membawa perlengkapan, senjata, kendaraan, dan bahan bakar, dan diterbangkan keluar terluka sampai berakhirnya konflik.

Satu-satunya Argentina Hercules ditembak jatuh oleh Inggris hilang pada tanggal 1 Juni ketika TC-63 dicegat oleh Sea Harrier di siang hari [74] [75] ketika mencari armada Inggris utara-timur dari pulau-pulau setelah AL Argentina yang sudah pensiun terakhir SP-2H Neptune karena badan pesawat gesekan.

Berbagai pilihan untuk menyerang home base dari lima Argentina Etendards di Río Grande diperiksa dan diskon (Operasi Mikado), kemudian lima kapal selam Royal Navy berbaris, terendam, di tepi Argentina 12 mil laut (22 km, 14 km ) batas teritorial untuk memberikan peringatan dini dari serangan bom pada gugus tugas Inggris. [76]

Sinking ARA General Belgrano [sunting]
Dua kekuatan yang terpisah Inggris angkatan laut tugas (salah satu kapal permukaan dan kapal selam salah satu) dan armada Argentina beroperasi di lingkungan Falklands, dan segera datang ke dalam konflik. Hilangnya angkatan laut pertama adalah Perang Dunia II-antik cahaya Argentina cruiser ARA General Belgrano. Kapal selam bertenaga nuklir HMS Conqueror tenggelam General Belgrano pada tanggal 2 Mei. Tiga ratus dua puluh tiga anggota awak General Belgrano meninggal dalam insiden ini. Lebih dari 700 orang diselamatkan dari laut terbuka meskipun laut dingin dan badai. Kerugian dari General Belgrano mencapai hampir setengah dari kematian Argentina dalam konflik Falklands dan hilangnya kapal mengeras sikap pemerintah Argentina.

Terlepas dari kontroversi atas tenggelamnya kapal tersebut, itu memiliki efek strategis yang penting: penghapusan ancaman angkatan laut Argentina. Setelah kehilangannya, seluruh armada Argentina, dengan pengecualian dari kapal selam konvensional ARA San Luis, [60] kembali ke pelabuhan dan tidak memberikan lagi selama permusuhan. Dua kapal perusak mengawal dan kelompok pertempuran berpusat pada kapal induk ARA Veinticinco de Mayo keduanya menarik diri dari daerah tersebut, mengakhiri ancaman langsung terhadap armada Inggris yang gerakan menjepit mereka telah mewakili.

Dalam insiden terpisah malam itu, pasukan Inggris terlibat sebuah kapal perang patroli Argentina, ARA Alferez Sobral. Pada saat itu, Alferez Sobral sedang mencari awak Angkatan Udara Argentina Canberra cahaya bomber ditembak jatuh pada tanggal 1 Mei. Dua helikopter Angkatan Laut Kerajaan Lynx menembakkan empat rudal Sea Skua padanya. Rusak parah dan dengan delapan kru tewas, Alferez Sobral berhasil kembali ke Puerto Deseado dua hari kemudian. Awak Canberra tidak pernah ditemukan.

Sinking of HMS Sheffield [sunting]
Pada 4 Mei, dua hari setelah tenggelamnya Belgrano, Inggris kehilangan Type 42 kapal perusak HMS Sheffield api menyusul serangan rudal Exocet dari Argentina 2 Naval Air Fighter / Serangan Squadron. Sheffield telah diperintahkan ke depan dengan dua Type 42s lain untuk memberikan jarak jauh radar dan rudal ketinggian menengah-tinggi piket jauh dari operator Inggris. Dia dipukul di bagian tengah kapal, dengan dampak buruk, akhirnya menewaskan 20 anggota awak dan sangat melukai 24 lainnya. Kapal itu ditinggalkan beberapa jam kemudian, patah hati dan cacat oleh kebakaran yang terus menyala selama enam hari. Dia akhirnya tenggelam di luar Zona Eksklusif Maritim pada tanggal 10 Mei.

Insiden ini dijelaskan secara rinci oleh Laksamana Sandy Woodward dalam bukunya Seratus Hari, Chapter One. Woodward adalah mantan komandan dari Sheffield. [77]

Tempo operasi meningkat sepanjang paruh kedua Mei sebagai upaya PBB untuk menengahi perdamaian ditolak oleh Inggris, yang merasa bahwa keterlambatan akan membuat kampanye praktis dalam badai Atlantik Selatan. Penghancuran Sheffield (pertama kapal Royal Navy tenggelam dalam aksi sejak Perang Dunia II) memiliki dampak yang mendalam pada publik Inggris, membawa pulang fakta bahwa "Falklands Krisis", sebagai BBC News mengatakan, sekarang benar benar "menembak perang ".

British khusus operasi pasukan [sunting]
Mengingat ancaman terhadap armada Inggris yang ditimbulkan oleh kombinasi Etendard-Exocet, rencana dibuat untuk menggunakan pasukan SAS untuk menyerang home base dari lima Etendards di Río Grande, Tierra del Fuego. Operasi itu diberi kode "Mikado". Operasi itu kemudian dibatalkan, setelah mengakui peluang keberhasilannya terbatas, dan menggantikan penggunaan C-130 dengan rencana untuk memimpin HMS Onyx untuk menjatuhkan SAS koperasi beberapa mil lepas pantai di malam hari bagi mereka untuk membuat jalan mereka ke pantai kapal karet inflatables dan melanjutkan untuk menghancurkan sisa Exocet stockpile Argentina. [78]

Sebuah tim pengintai SAS dikirim untuk melakukan persiapan untuk infiltrasi lewat laut. Sebuah helikopter Westland Sea King membawa tim ditugaskan lepas landas dari HMS Invincible pada malam 17 Mei, tapi cuaca buruk memaksanya untuk mendarat 50 mil (80 km) dari target dan misi dibatalkan. [79] Pilot terbang ke Chile, mendarat selatan dari Punta Arenas, dan turun tim SAS. Awak helikopter dari tiga kemudian menghancurkan pesawat, menyerahkan diri kepada polisi Chili pada tanggal 25 Mei, dan dipulangkan ke Inggris setelah diinterogasi. Penemuan helikopter terbakar habis menarik perhatian internasional yang cukup besar. Sementara itu, tim SAS menyeberang dan menembus jauh ke Argentina, tapi dibatalkan misi mereka setelah Argentina dicurigai operasi SAS dan disebarkan sekitar 2.000 tentara untuk mencari mereka. SAS pria dapat kembali ke Cile, dan mengambil penerbangan sipil kembali ke Inggris. [80]

Menurut Kolonel Richard Hutchings, pilot helikopter yang mengambil bagian dalam operasi itu, serta kesaksian oleh para veteran Argentina, operasi sabotase dilakukan oleh SAS dan SBS dalam Argentina. Ribuan tentara Argentina ditempatkan di seluruh Patagonia, menjaga sasaran strategis, terutama lapangan udara dan pembuangan avtur, dari sabotase oleh pasukan komando Inggris. Pasukan SAS dan SBS diduga terlibat dalam sejumlah tembak-menembak dengan pasukan Argentina selama misi sabotase, termasuk keterlibatan dengan pasukan khusus Argentina. Hutchings, yang diberi akses ke catatan militer Argentina dan laporan kejadian, mengklaim bahwa 15 tentara Argentina tewas dalam baku tembak dengan pasukan khusus Inggris di daratan Argentina. [81]

Pada 14 Mei SAS melaksanakan serangan di Pebble Pulau di Falklands, di mana Argentina Angkatan Laut telah mengambil alih peta rumput lapangan terbang untuk FMA IA 58 Pucara pesawat ringan-serangan darat dan T-34 Mentor. Serangan itu menghancurkan beberapa pesawat. [Nb 4]

Pertempuran Tanah [sunting]
Mendarat di San Carlos-Bomb Alley [sunting]
Artikel utama: Operasi Sutton dan Pertempuran San Carlos

Pelaut Inggris di anti-kilat gigi di stasiun aksi HMS Cardiff dekat San Carlos, Juni 1982.
Selama malam 21 Mei Inggris Amphibious Task Group di bawah komando Commodore Michael Clapp (Commodore, Amphibious Warfare - COMAW) dipasang Operasi Sutton, pendaratan amfibi di pantai sekitar San Carlos Air, [nb 5] di pantai barat laut dari East Falkland menghadap ke Falkland Sound. The bay, yang dikenal sebagai Gang Bom oleh pasukan Inggris, merupakan tempat serangan udara berulang-ulang oleh jet Argentina terbang rendah. [82] [83]

4.000 orang dari 3 Commando Brigade ditempatkan darat sebagai berikut: Batalyon 2, Resimen Parasut (2 Para) dari RORO feri Norland dan 40 Commando Marinir dari kapal amfibi HMS Fearless yang mendarat di San Carlos (Blue Beach), Batalyon 3 , Resimen Parasut (3 para) dari kapal amfibi HMS Intrepid yang mendarat di Pelabuhan San Carlos (Green Beach) dan 45 Commando dari RFA Stromness yang mendarat di Ajax Bay (Red Beach). Terutama gelombang delapan LCUs dan delapan LCVPs dipimpin oleh Mayor Ewen Southby-Tailyour, yang telah memerintahkan detasemen Falklands hanya satu tahun sebelumnya. 42 Commando pada kapal laut SS Canberra adalah cadangan taktis. Unit dari Royal Artillery, Royal Engineers, dll dan kendaraan lapis baja pengintaian juga di darat dengan kapal pendarat, Round kelas meja LSL dan tongkang mexeflote. Rapier peluncur rudal dilakukan sebagai beban underslung Sea Kings untuk penyebaran cepat.

Dengan fajar hari berikutnya mereka telah mendirikan tempat berpijak yang aman dari yang untuk melakukan operasi ofensif. Dari sana rencana Brigadir Julian Thompson adalah untuk menangkap Darwin dan Goose Green sebelum beralih pada Port Stanley. Sekarang, dengan pasukan Inggris di tanah, Angkatan Udara Argentina memulai kampanye pengeboman malam terhadap mereka menggunakan pesawat pembom Canberra sampai hari terakhir dari perang (14 Juni).


HMS Antelope merokok setelah terkena, 23 Mei
Di laut, kurangnya kapal-kapal Inggris 'pertahanan anti-pesawat ditunjukkan dalam tenggelamnya HMS Ardent pada tanggal 21 Mei, HMS Antelope pada 24 Mei, dan MV Atlantic Conveyor (dipukul oleh dua AM39 Exocets) pada tanggal 25 Mei bersama dengan penting kargo helikopter, peralatan runway-bangunan dan tenda. Hilangnya semua kecuali satu dari helikopter Chinook yang dilakukan oleh Atlantic Conveyor adalah pukulan telak dari perspektif logistik.

Juga hilang pada hari ini adalah HMS Coventry, adik ke Sheffield, sementara di perusahaan dengan HMS Broadsword setelah diperintahkan untuk bertindak sebagai umpan untuk menarik diri pesawat Argentina dari kapal lain di San Carlos Bay. [84] HMS Argonaut dan HMS Brilliant yang buruk rusak. Namun, banyak kapal-kapal Inggris luput tenggelam karena kelemahan taktik pengeboman pilot Argentina 'dijelaskan di bawah ini.

Untuk menghindari konsentrasi tertinggi pertahanan udara Inggris, pilot Argentina dirilis persenjataan dari ketinggian yang sangat rendah, dan karenanya fuzes bom mereka tidak punya waktu yang cukup untuk lengan sebelum dampak. Rilis rendah dari bom terbelakang (beberapa di antaranya telah dijual ke Argentina dengan tahun-tahun sebelumnya Inggris) berarti bahwa banyak yang tidak pernah meledak, karena ada cukup waktu di udara bagi mereka untuk mempersenjatai diri. Sebuah bom jatuh bebas yang sederhana akan, selama rilis ketinggian rendah, dampak hampir tepat di bawah pesawat yang kemudian dalam zona fragmentasi mematikan ledakan yang dihasilkan.

Sebuah bom terbelakang memiliki parasut kecil atau rem udara yang terbuka untuk mengurangi kecepatan bom untuk menghasilkan pemisahan horisontal yang aman antara keduanya. The murang untuk sebuah bom terbelakang membutuhkan minimal waktu yang lebih dari retarder terbuka untuk memastikan pemisahan yang aman. Para pilot akan menyadari hal ini, namun karena tingkat konsentrasi tinggi yang diperlukan untuk menghindari SAM dan Artileri Anti-Pesawat (AAA), serta setiap British Sea Harriers, banyak gagal naik ke titik rilis yang diperlukan. Pasukan Argentina memecahkan masalah dengan pas sebuah perangkat perlambatan improvisasi, yang memungkinkan pilot untuk secara efektif menggunakan serangan bom tingkat rendah pada tanggal 8 Juni.

Dalam akun otobiografinya dari Perang Falklands, Admiral Woodward menyalahkan BBC World Service untuk mengungkapkan informasi yang memimpin Argentina untuk mengubah perangkat perlambatan pada bom. The World Service melaporkan kurangnya ledakan setelah menerima briefing tentang masalah tersebut dari Kementerian Pertahanan resmi. Dia menjelaskan BBC sebagai lebih peduli dengan menjadi "pencari kenal takut setelah kebenaran" daripada dengan kehidupan prajurit Inggris. [85] Kolonel 'H'. Jones menyamakan kedudukan tuduhan serupa terhadap BBC setelah mereka mengungkapkan serangan Inggris yang akan datang pada Goose Green oleh 2 Para.

Tiga belas bom menghantam kapal-kapal Inggris tanpa meledakkan [86] Lord Craig, pensiunan Marsekal Royal Air Force, dikatakan telah berkata:. "Enam sekering yang lebih baik dan kami akan kehilangan" [87] meskipun Ardent dan Antelope keduanya hilang meskipun kegagalan bom meledak. Para fuzes yang berfungsi dengan benar, dan bom itu hanya dilepaskan dari terlalu rendah ketinggian. [85] [88] The Argentina kehilangan 22 pesawat dalam serangan. [Nb 6]

Pertempuran Goose Green [sunting]

Penyebaran Infanteri di East Falklands setelah mendarat di San Carlos
Artikel utama: Pertempuran Goose Green
Dari awal pada 27 Mei sampai 28 Mei 2 Para, (sekitar 500 orang) dengan dukungan artileri dari 8 (Alma) Commando Battery, Royal Artillery, mendekat dan menyerang Darwin dan Goose Green, yang diselenggarakan oleh Argentina 12 Resimen Infanteri. Setelah perjuangan keras yang berlangsung sepanjang malam dan ke hari berikutnya, Inggris memenangkan pertempuran; dalam semua, 17 tentara Inggris dan 47 Argentina tewas. Total 961 tentara Argentina (termasuk 202 Angkatan Udara Argentina personil lapangan udara Condor) ditawan.

BBC mengumumkan pengambilan Goose Green di BBC World Service sebelum itu benar-benar terjadi. Itu selama serangan ini yang Letnan Kolonel H. Jones, komandan 2 Para tewas di kepala batalion saat pengisian ke posisi Argentina disiapkan. Dia secara anumerta dianugerahi Victoria Cross.

Dengan kekuatan Argentina yang cukup besar di Goose Green keluar dari jalan, pasukan Inggris kini bisa keluar dari tempat berpijak San Carlos. Pada tanggal 27 Mei, orang-orang 45 Cdo dan 3 Para mulai berdemo dimuat di East Falkland menuju pemukiman pesisir Teal Inlet.

Pasukan khusus di Gunung Kent [sunting]
Sementara itu, 42 Commando siap untuk bergerak dengan helikopter ke Gunung Kent. [Nb 7] Tanpa diketahui perwira senior Inggris, para jenderal Argentina bertekad untuk memaksa pasukan Inggris di wilayah Gunung Kent, dan pada tanggal 27 dan 28 Mei mereka mengirim pesawat angkut sarat dengan sumpitan permukaan-ke-udara rudal dan komando (602 Commando Perusahaan dan 601 National Gendarmerie Pasukan Khusus Squadron) ke Stanley. Operasi ini dikenal sebagai Operation AUTOIMPUESTA (Penentuan Nasib Sendiri-Initiative).

Untuk minggu depan, SAS dan Gunung dan Arctic Warfare Kader (M & AWC) dari 3 Commando Brigade dilancarkan pertempuran patroli intens dengan patroli relawan '602 Commando Perusahaan di bawah Mayor Aldo Rico, biasanya 2 di Komando 22 Gunung Resimen Infanteri. Sepanjang 30 Mei, Royal Air Force Harriers yang aktif selama Mount Kent. Salah satunya, Harrier XZ963, diterbangkan oleh Komandan Skuadron Jerry Pook-dalam menanggapi panggilan bantuan dari D Skuadron, menyerang timur lereng yang lebih rendah Mount Kent, dan yang menyebabkan kerugian melalui api kecil-senjata. Pook kemudian dianugerahi Distinguished Flying Salib. [89]

Argentina Angkatan Laut gunakan terakhir rudal Exocet AM39 mereka mencoba untuk menyerang HMS Invincible pada tanggal 30 Mei. Ada klaim bahwa Argentina rudal itu menghantam;. [90] [91] namun Inggris telah menyangkal hal ini, beberapa mengutip bahwa HMS Avenger menembak ke bawah [92] [93] Ketika Invincible kembali ke Inggris setelah perang ia tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan rudal.

Pada tanggal 31 Mei, M & AWC mengalahkan Argentina Pasukan Khusus pada Pertempuran Top Malo House. A 13-kuat Argentina Army Commando detasemen (Captain José Vercesi 1st Bagian Assault, 602 Commando Perusahaan) menemukan dirinya terjebak di dalam rumah seorang gembala kecil itu di atas Malo. Komando Argentina dipecat dari jendela dan pintu dan kemudian berlindung di tempat tidur sungai 200 meter (700 kaki) dari rumah yang terbakar. Benar-benar dikelilingi, mereka bertempur 19 M & AWC marinir di bawah Kapten Rod Boswell selama empat puluh lima menit sampai, dengan amunisi mereka hampir habis, mereka memilih untuk menyerah.

Tiga anggota Kader terluka parah. Di sisi Argentina ada dua tewas termasuk Letnan Ernesto Espinoza dan Sersan Mateo Sbert (yang dihiasi karena keberanian mereka). Hanya lima Argentina yang tersisa tanpa cedera. Sebagai Inggris dikoreksi Top Malo House, turun dari Malo Bukit datang Letnan Fraser Haddow M & AWC patroli, mengacungkan Union Flag besar. Seorang tentara Argentina terluka, Letnan Horacio Losito, berkomentar bahwa rute pelarian mereka akan mengambil mereka melalui posisi Haddow ini.

601 Commando mencoba untuk bergerak maju untuk menyelamatkan 602 Commando Perusahaan di Estancia Mountain. Spotted oleh 42 Commando, mereka terlibat dengan 81mm mortir dan terpaksa mundur ke Two Sisters gunung. 602 Commando Perusahaan di Estancia Gunung terealisasi posisinya menjadi tidak bisa dipertahankan dan setelah berunding dengan sesama petugas memerintahkan penarikan. [94]

Operasi Argentina juga melihat ekstensif menggunakan dukungan helikopter ke posisi dan ekstrak patroli; Combat 601 Batalyon Aviation juga menderita korban. Pada sekitar 11:00 pada tanggal 30 Mei, sebuah Aerospatiale SA-330 Puma helikopter dijatuhkan oleh bahu-diluncurkan Stinger permukaan-ke-udara rudal (SAM) dipecat oleh SAS di sekitar Gunung Kent. Enam Nasional Gendarmerie Pasukan Khusus tewas dan delapan lainnya terluka dalam kecelakaan itu. [95]

Sebagai Brigadir Thompson berkomentar, "Itu beruntung bahwa saya telah mengabaikan pandangan yang diungkapkan oleh Northwood HQ bahwa pengintaian Gunung Kent sebelum penyisipan 42 Commando adalah berlebihan. Apakah D Skuadron belum ada, Pasukan Khusus Argentina akan menangkap Commando sebelum de -planing dan, dalam kegelapan dan kebingungan pada zona pendaratan aneh, menimbulkan korban berat pada laki-laki dan helikopter. "[96]

Bluff Cove dan Fitzroy [sunting]
Artikel utama: Bluff Cove Air Serangan
Pada tanggal 1 Juni, dengan kedatangan lebih lanjut 5.000 pasukan Inggris dari Brigade Infanteri ke-5, komandan divisi Inggris yang baru, Mayjen Jeremy Moore RM, memiliki kekuatan yang cukup untuk mulai merencanakan serangan terhadap Stanley. Selama ini build-up, serangan udara Argentina pada angkatan laut Inggris melanjutkan, membunuh 56. Dari tewas, 32 berasal dari Welsh Guards pada RFA Sir Galahad dan RFA Sir Tristram pada tanggal 8 Juni. Menurut Surgeon-Komandan Rick Jolly Rumah Sakit Falklands Field, lebih dari 150 orang menderita luka bakar dan cedera dari beberapa jenis dalam serangan itu, termasuk, terkenal, Simon Weston. [97]

Para Pengawal dikirim untuk mendukung muka sepanjang sisi selatan Stanley. Pada 2 Juni pesta muka kecil 2 Para pindah ke Swan Inlet rumah di sejumlah helikopter Angkatan Darat Westland Scout. Menelepon ke depan untuk Fitzroy, mereka menemukan wilayah yang jelas dari Argentina dan (melebihi otoritas mereka) dikomandoi satu yang tersisa RAF Chinook helikopter ke panik feri kontingen lain dari 2 Para depan untuk Fitzroy (pemukiman di Pelabuhan Pleasant) dan Bluff Cove (pemukiman di pelabuhan Fitzroy).

Muka tidak terkoordinasi ini menyebabkan perencanaan mimpi buruk bagi komandan operasi gabungan, karena mereka sekarang menemukan diri mereka dengan 30 mil (48 km) string dari posisi dapat dipertahankan pada sisi selatan mereka. Dukungan tidak dapat dikirim melalui udara sebagai sisa Chinook tunggal sudah sangat oversubscribed. Para prajurit bisa berbaris, tapi peralatan mereka dan perlengkapan berat akan perlu mengangkut melalui laut. Rencana disusun untuk setengah Welsh Guards untuk berbaris cahaya pada malam 2 Juni, sementara Pengawal Skotlandia dan paruh kedua Welsh Guards itu harus mengangkut dari San Carlos Air di Landing Ship Logistik (LSL) Sir Tristram dan dermaga arahan platform (LPD) Intrepid pada malam 5 Juni. Intrepid direncanakan untuk tinggal satu hari dan membongkar sendiri dan sebanyak Sir Tristram mungkin, meninggalkan malam berikutnya untuk keselamatan relatif San Carlos. Escorts akan disediakan untuk hari ini, setelah Sir Tristram akan ditinggalkan untuk membongkar menggunakan Mexeflote (rakit bertenaga) selama yang dibutuhkan untuk menyelesaikan.

Tekanan politik dari atas untuk tidak risiko LPD memaksa Commodore Clapp untuk mengubah rencana ini. Dua lSlS-nilai yang lebih rendah akan dikirim, tetapi tanpa pantai yang cocok yang mendarat, kapal pendarat Intrepid ini perlu untuk menemani mereka untuk membongkar. Sebuah operasi rumit di beberapa malam dengan Intrepid dan dia kapal adik berlayar Fearless setengah jalan untuk mengirimkan kerajinan mereka telah dibuat. Berusaha Pawai darat oleh setengah Welsh Guards gagal, mungkin karena mereka menolak untuk berbaris cahaya dan berusaha untuk membawa peralatan mereka. Mereka kembali ke San Carlos dan mendarat langsung di Bluff Cove ketika Fearless dikirim kapal pendarat nya. Sir Tristram berlayar pada malam 6 Juni dan bergabung dengan Sir Galahad saat fajar pada tanggal 7 Juni. Berlabuh 1.200 kaki (370 m) terpisah di Port Pleasant, kapal pendaratan berada di dekat Fitzroy, landing point yang ditunjuk.

The kapal pendarat seharusnya mampu membongkar kapal ke titik itu relatif cepat, tapi kebingungan titik disembarcation memerintahkan (paruh pertama penjaga akan langsung ke Bluff Cove) mengakibatkan Welsh Guards perwira infantri senior yang kapal bersikeras pasukannya menjadi mengangkut jarak jauh lebih lama langsung ke Port Fitzroy / Bluff Cove. Alternatif adalah untuk infanteri untuk berbaris melalui baru-baru ini diperbaiki Bluff Cove jembatan (dihancurkan dengan mundur insinyur tempur Argentina) ke tujuan mereka, perjalanan sekitar tujuh mil (11 km).

Pada jalan tegas Sir Galahad ini ada argumen tentang apa yang harus dilakukan. Para petugas di kapal diberitahu mereka tidak bisa berlayar ke Bluff Cove hari itu. Mereka diberitahu mereka harus mendapatkan laki-laki mereka dari kapal dan ke pantai sesegera mungkin sebagai kapal yang rentan terhadap pesawat musuh. Ini akan mengambil 20 menit untuk mengangkut orang-orang ke pantai menggunakan LCU dan Mexeflote. Mereka kemudian akan memiliki pilihan untuk berjalan 7 kilometer ke Bluff Cove atau menunggu sampai gelap untuk berlayar di sana. Para petugas di kapal mengatakan mereka akan tetap di papan sampai gelap dan kemudian berlayar. Mereka menolak untuk mengambil laki-laki mereka dari kapal. Mereka mungkin meragukan bahwa jembatan telah diperbaiki karena adanya di papan Sir Galahad Royal Insinyur Pasukan yang tugasnya adalah untuk memperbaiki jembatan. The Welsh Guards yang tertarik untuk bergabung kembali dengan sisa Batalyon mereka yang berpotensi menghadapi musuh tanpa dukungan mereka. Mereka juga tidak melihat adanya pesawat musuh sejak mendarat di San Carlos dan mungkin terlalu percaya pada pertahanan udara. Ewen Southby-Tailyour memberi perintah langsung bagi orang-orang untuk meninggalkan kapal dan pergi ke pantai. Perintah itu diabaikan.

Semakin lama waktu perjalanan dari kapal pendarat mengambil pasukan langsung ke Bluff Cove dan pertengkaran atas bagaimana pendaratan itu yang akan dilakukan menyebabkan keterlambatan besar dalam bongkar. Ini memiliki konsekuensi bencana. Tanpa pengawalan, setelah belum membentuk pertahanan udara mereka, dan masih hampir penuh sarat, dua lSlS di Port Pleasant duduk target dua gelombang Argentina A-4 Skyhawks.

Bencana di Pelabuhan Pleasant (meskipun sering dikenal sebagai Bluff Cove) akan memberikan dunia dengan beberapa gambar yang paling serius dari perang sebagai rekaman video berita TV menunjukkan helikopter Angkatan Laut melayang dalam asap tebal untuk winch selamat dari kapal pendaratan terbakar. Korban Inggris adalah 48 tewas dan 115 [98] Tiga pilot Argentina juga tewas terluka.. Serangan udara tertunda serangan darat yang dijadwalkan Inggris pada Stanley dua hari. [99] Namun, Argentina General Mario Menendez, komandan pasukan Argentina di Falklands, diberitahu bahwa 900 tentara Inggris telah meninggal. Ia berharap bahwa kerugian akan menyebabkan moral musuh untuk menjatuhkan dan serangan Inggris untuk kios.







Tentara Jepang di Indonesia

Kejatuhan Stanley [sunting]

Jalan menuju Stanley

Tawanan perang Argentina - Port Stanley.
Pada malam 11 Juni, setelah beberapa hari pengintaian melelahkan dan logistik build-up, pasukan Inggris melancarkan serangan malam brigade berukuran terhadap cincin sangat membela tanah tinggi sekitar Stanley. Unit 3 Commando Brigade, yang didukung oleh tembakan angkatan laut dari beberapa kapal Royal Navy, secara bersamaan menyerang dalam Pertempuran Gunung Harriet, Pertempuran Two Sisters, dan Pertempuran Gunung Longdon. Gunung Harriet diambil dengan biaya 2 Inggris dan 18 tentara Argentina. Pada Two Sisters, Inggris menghadapi kedua perlawanan musuh dan tembak, tapi berhasil menangkap tujuan mereka. Pertempuran terberat berada di Gunung Longdon. Pasukan Inggris yang macet oleh senapan serbu, mortir, senapan mesin, artileri, penembak gelap, dan penyergapan. Meskipun demikian, Inggris terus muka mereka.

Selama pertempuran ini, 13 tewas ketika HMS Glamorgan, menyimpang terlalu dekat dengan pantai ketika kembali dari garis gun, ditabrak berbasis-trailer Exocet MM38 peluncur improvisasi diambil dari perusak ARA Segui oleh teknisi AL Argentina. [100] Pada hari yang sama, Sersan Ian McKay dari 4 Peleton, B Company, 3 Para tewas dalam serangan granat di sebuah bunker Argentina, yang membuatnya mendapatkan anumerta Victoria Cross. Setelah malam pertempuran sengit, semua tujuan diamankan. Kedua belah pihak mengalami kerugian besar.

Malam 13 Juni melihat awal dari tahap kedua dari serangan, di mana momentum serangan awal dipertahankan. 2 Para dengan dukungan CVRT dari The Blues dan Royals, ditangkap Wireless Ridge pada Pertempuran Wireless Ridge, dengan hilangnya 3 Inggris dan 25 korban jiwa Argentina, dan 2 batalyon, Scots Guards ditangkap Gunung Tumbledown pada Pertempuran Gunung Tumbledown, yang biaya 10 Inggris dan 30 hidup Argentina.


Setumpuk senjata Argentina dibuang di Port Stanley
Dengan garis pertahanan alami terakhir di Mount Tumbledown dilanggar, pertahanan kota Argentina Stanley mulai goyah. Dalam keremangan pagi, satu komandan kompi tersesat dan perwira muda itu menjadi sedih. Swasta Santiago Carrizo dari 3 Resimen menggambarkan bagaimana seorang komandan peleton memerintahkan mereka untuk mengambil posisi di rumah-rumah dan "jika Kelper menolak, menembaknya", tetapi seluruh perusahaan melakukan hal semacam itu. [101]

Gencatan senjata dinyatakan pada tanggal 14 Juni dan komandan garnisun Argentina di Stanley, Brigade Jenderal Mario Menendez menyerah kepada Mayor Jenderal Jeremy Moore hari yang sama.

Lihat juga: menyerah Argentina dalam Perang Falklands
Merebut kembali Kepulauan Sandwich Selatan [sunting]

Argentina Thule Garrison di dasar Corbeta Uruguay
Pada tanggal 20 Juni, Inggris merebut kembali Kepulauan Sandwich Selatan, (yang melibatkan menerima penyerahan Selatan Thule Garrison di dasar Corbeta Uruguay) dan menyatakan permusuhan akan berakhir. Argentina telah mendirikan Corbeta Uruguay pada tahun 1976, tetapi sebelum 1982 Inggris telah diperebutkan Keberadaan pangkalan Argentina hanya melalui saluran diplomatik.

Korban [sunting]

Argentina Pemakaman Militer, di East Falkland

Pemakaman Militer Inggris di San Carlos di East Falkland
Total 907 tewas selama 74 hari konflik:

Argentina - 649 [102]
Ejercito Argentino (Army) - 194 (16 perwira, 35 perwira Non-ditugaskan (bintara) dan 143 prajurit wajib militer) [103]
Armada de la República Argentina (Navy) - 341 (termasuk 321 di Belgrano dan 4 penerbang angkatan laut)
Imara (Marinir) - 34 [104]
Fuerza Aérea Argentina (Angkatan Udara) - 55 (termasuk 31 pilot dan 14 awak darat) [105]
Gendarmería Nacional Argentina (Penjaga Perbatasan) - 7
Prefectura Naval Argentina (Coast Guard) - 2
Pelaut Sipil - 16
Inggris Raya -. Sebanyak 255 prajurit Inggris dan 3 perempuan warga sipil Pulau Falkland tewas dalam Perang Falklands [106]
Royal Navy - 86 + 2 Hong Kong laundrymen (lihat di bawah) [107]
Marinir Kerajaan - 27 (2 petugas, 14 bintara dan 11 marinir) [108]
Royal Fleet Auxiliary - 4 + 6 Hong Kong pelaut [109] [110]
Merchant Navy - 6 [109]
British Army - 123 (7 petugas, 40 bintara dan 76 prajurit) [111] [112] [113]
Royal Air Force - 1 (1 petugas) [109]
Warga sipil Kepulauan Falkland - 3 wanita tewas akibat tembakan ramah [109]
Dari 86 personil Angkatan Laut, 22 hilang di HMS Ardent, 19 + 1 hilang di HMS Sheffield, 19 + 1 hilang di HMS Coventry dan 13 hilang di HMS Glamorgan. Empat belas angkatan laut koki adalah di antara yang tewas, jumlah terbesar dari salah satu cabang di Royal Navy.

Tiga puluh tiga orang mati Angkatan Darat Inggris berasal dari Welsh Guards, 21 dari Batalyon 3, Resimen Parasut, 18 dari Batalion ke-2, Resimen Parasut, 19 dari Special Air Service, 3 dari Royal Signals dan 8 dari masing-masing Pengawal Skotlandia dan Royal Engineers. The 1st batalyon / 7 Duke of Edinburgh Sendiri Gurkha Rifles kehilangan satu orang tewas.

Dua kematian lebih Inggris dapat dikaitkan dengan Operasi Perusahaan, sehingga total menjadi 260:

Kapten Brian Biddick dari SS Uganda menjalani operasi darurat di perjalanan ke Falklands. Kemudian ia dipulangkan oleh penerbangan medis RAF ke rumah sakit di Wroughton di mana ia meninggal pada tanggal 12 Mei. [114]
Paul Mills dari HMS Coventry menderita komplikasi dari patah tulang tengkorak berkelanjutan dalam tenggelamnya kapal itu dan meninggal pada tanggal 29 Maret 1983; ia dimakamkan di kota kelahirannya, Swavesey. [115]
Ada 1.188 Argentina dan 777 korban non-fatal Inggris.

Informasi lebih lanjut tentang rumah sakit lapangan dan kapal rumah sakit di Ajax Bay dan Daftar rumah sakit dan kapal rumah sakit Royal Navy. Di sisi Argentina di samping Rumah Sakit Militer di Port Stanley, Rumah Sakit Angkatan Udara Argentina Handphone Lapangan ditempatkan di Comodoro Rivadavia.

Palang Merah Box [sunting]
Pertanyaan buku-new.svg
Bagian ini tidak mengutip manapun acuan atau sumber. Harap membantu meningkatkan bagian ini dengan menambahkan kutipan ke sumber terpercaya. Disertai rujukan bahan mungkin sulit dan dihapus. (Februari 2014)
Sebelum operasi ofensif Inggris mulai, pemerintah Inggris dan Argentina sepakat untuk membentuk suatu daerah di laut lepas di mana kedua belah pihak bisa kapal rumah sakit stasiun tanpa takut serangan oleh pihak lain. Daerah ini, lingkaran 20 mil laut dengan diameter, disebut sebagai Palang Merah Box (48 ° 30'S 53 ° 45'W), sekitar 45 mil (72 km) utara dari Falkland Suara). Pada akhirnya, Inggris ditempatkan empat kapal (HMS Hydra, HMS Hecla dan HMS Herald dan kapal rumah sakit utama Uganda) dalam kotak, sementara Argentina ditempatkan tiga (Almirante Irizar, Bahia Paraiso dan Puerto Deseado).


Hecla di HM Naval Base Gibraltar, selama konversi ke kapal rumah sakit untuk layanan selama Perang Falklands
Kapal-kapal rumah sakit yang non-kapal perang dikonversi untuk melayani sebagai kapal rumah sakit. Tiga kapal angkatan laut Inggris yang kapal survei dan Uganda adalah kapal penumpang. Almirante Irizar adalah pemecah es, Bahia Paraiso adalah transportasi pasokan Antartika dan Puerto Deseado adalah kapal survey. The beroperasi dalam Box Inggris dan Argentina kapal berada di kontak radio dan ada beberapa transfer pasien antara kapal rumah sakit. Misalnya, Inggris kapal rumah sakit SS Uganda empat kali ditransfer pasien ke kapal rumah sakit Argentina. Kapal-kapal rumah sakit angkatan laut Inggris dioperasikan sebagai feri korban, membawa korban dari kedua belah pihak dari Falklands ke Uganda dan mengoperasikan layanan antar-jemput antara Palang Merah Box dan Montevideo.

Sepanjang pejabat konflik Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melakukan inspeksi untuk memastikan bahwa semua pihak yang mematuhi aturan Konvensi Jenewa. Pada 12 Juni beberapa pegawai negeri dari kapal rumah sakit Argentina ke kapal-kapal Inggris dengan helikopter. Perwira angkatan laut Argentina juga diperiksa feri korban Inggris di muara River Plate.

British evakuasi korban [sunting]
Hydra bekerja dengan Hecla [116] dan Herald, untuk mengambil korban dari Uganda ke Montevideo, Uruguay, [117] di mana armada ambulans Uruguay akan bertemu dengan mereka. Pesawat RAF VC10 kemudian terbang korban ke Inggris untuk transfer ke Rumah Sakit Royal Air Force Princess Alexandra di RAF Wroughton, dekat Swindon.

Aftermath [sunting]
Artikel utama: Pasca Perang Falklands
Perang singkat ini membawa banyak konsekuensi bagi semua pihak yang terlibat, selain tingkat korban yang cukup besar dan kehilangan material besar, terutama pengiriman dan pesawat, relatif terhadap kekuatan militer dikerahkan dari sisi yang berlawanan.

Di Inggris, popularitas Margaret Thatcher meningkat. Keberhasilan kampanye Falklands secara luas dianggap sebagai faktor dalam perputaran dalam kekayaan bagi pemerintah Konservatif, yang telah mengikuti di belakang Aliansi SDP-Liberal dalam jajak pendapat selama berbulan-bulan sebelum konflik dimulai, tetapi setelah keberhasilan di Falklands Konservatif kembali ke puncak jajak pendapat dengan margin lebar dan pergi untuk memenangkan pemilihan umum tahun berikutnya oleh tanah longsor. [118] Selanjutnya, pemotongan yang diusulkan Menteri Pertahanan Nott kepada Royal Navy ditinggalkan.

Para penduduk pulau kemudian memiliki kewarganegaraan Inggris penuh dipulihkan pada tahun 1983, gaya hidup mereka ditingkatkan dengan investasi Inggris dibuat setelah perang dan oleh liberalisasi kebijakan ekonomi yang telah terhenti karena takut kemarahan Argentina. Pada tahun 1985, sebuah konstitusi baru disahkan mempromosikan pemerintahan sendiri, yang terus mengalihkan kekuasaan ke pulau.

Di Argentina, Perang Falklands berarti bahwa kemungkinan perang dengan Chile dihindari. Selanjutnya, Argentina kembali ke pemerintahan yang demokratis dalam pemilihan umum 1983, pertama pemilihan umum bebas sejak 1973 ini juga memiliki dampak sosial yang besar, menghancurkan citra militer sebagai "cadangan moral bangsa" bahwa mereka telah dipertahankan melalui sebagian besar abad ke-20.

Berbagai tokoh telah diproduksi untuk jumlah veteran yang telah melakukan bunuh diri sejak perang. Beberapa penelitian telah memperkirakan bahwa 264 veteran Inggris dan 350-500 veteran Argentina telah melakukan bunuh diri sejak 1982 [119] [120] [121] Namun, studi rinci [122] dari 21.432 veteran Inggris perang ditugaskan oleh Departemen Inggris dari Pertahanan menemukan bahwa hanya 95 meninggal dari "sengaja menyakiti diri dan peristiwa niat belum ditentukan (bunuh diri dan kematian putusan terbuka)", rasio tidak lebih tinggi daripada populasi umum. [123]

Analisis Militer [sunting]
Secara militer, konflik Falklands tetap yang terbesar tempur operasi udara angkatan laut antara pasukan yang modern sejak akhir Perang Dunia Kedua. [Menurut siapa?] Dengan demikian, telah menjadi subyek penelitian intens oleh para analis militer dan sejarawan. [Menurut kepada siapa] yang paling signifikan "pelajaran" meliputi:? kerentanan kapal permukaan untuk rudal anti-kapal dan kapal selam, tantangan koordinasi dukungan logistik untuk proyeksi jarak jauh dari kekuasaan, dan konfirmasi ulang dari peran taktis kekuatan udara, termasuk penggunaan helikopter. [menurut siapa?]

Pada tahun 1986 BBC menyiarkan program Horizon; "Dalam Wake dari HMS Sheffield", di-mana pelajaran dari konflik dibahas, bersama dengan langkah-langkah sejak diambil-untuk melaksanakannya, seperti kapal siluman, dan kapal dekat di sistem senjata.

Peringatan [sunting]

The Monumento a los Caídos en Malvinas ("Monumen untuk the Fallen di Falklands") di Plaza San Martín, Buenos Aires; anggota dari Patricios resimen bersejarah berdiri penjaga. [nb 8]
Selain peringatan di pulau-pulau, ada sebuah peringatan di ruang bawah tanah Katedral St Paul, London ke perang mati Inggris. [124] Di Argentina, ada peringatan di Plaza San Martín di Buenos Aires, [125] satu sama lain di Rosario, dan yang ketiga di Ushuaia.

Selama perang, Inggris mati dimasukkan ke dalam kantong mayat plastik dan dimakamkan di kuburan massal. Setelah perang, mayat ditemukan; 14 yang dikuburkan kembali di Blue Beach Cemetery Militer dan 64 dikembalikan ke Inggris.

Banyak orang mati Argentina dimakamkan di Pemakaman Militer Argentina barat Darwin Settlement. Pemerintah Argentina menolak tawaran oleh Inggris untuk memiliki tubuh dipulangkan ke daratan. [126]

Ladang ranjau [sunting]

Meskipun beberapa ladang ranjau telah dibersihkan, sejumlah besar dari mereka masih ada di pulau-pulau, seperti yang satu ini di Port William di East Falkland.
Pada 2011 ada 113 ladang ranjau tidak jelas di Kepulauan Falkland dan artileri yang tidak meledak (UXO) seluas 13 km2 (5.0 sq mi). Dari daerah ini, 5,5 km2 (2,1 sq mi) di Semenanjung Murrell diklasifikasikan sebagai "diduga ladang ranjau" - daerah sudah sangat merumput selama 25 tahun sebelumnya tanpa insiden. Diperkirakan bahwa ladang ranjau ini memiliki 20.000 anti-personil ranjau dan 5.000 ranjau anti-tank. Tidak ada korban jiwa dari tambang atau UXO telah dilaporkan di Kepulauan Falkland sejak tahun 1984, dan tidak ada korban ranjau sipil yang pernah terjadi di pulau-pulau. Inggris melaporkan enam personil militer terluka pada tahun 1982 dan dua lagi terluka pada tahun 1983 Sebagian besar kecelakaan militer terjadi saat membersihkan ladang ranjau segera setelah konflik 1982 atau dalam proses mencoba untuk menetapkan sejauh mana batas-batas ladang ranjau, terutama di mana tidak ada catatan rinci ada.

Pada tanggal 9 Mei 2008, Pemerintah Kepulauan Falkland menegaskan bahwa ladang ranjau yang mewakili 0,1% dari lahan pertanian yang tersedia di pulau-pulau "hadir tanpa jangka panjang kesulitan sosial atau ekonomi untuk Falklands" dan bahwa dampak dari membersihkan ranjau akan menyebabkan lebih banyak masalah daripada mengandung mereka. Namun, Pemerintah Inggris, sesuai dengan komitmennya berdasarkan Perjanjian Pelarangan Ranjau memiliki komitmen untuk membersihkan ranjau pada akhir 2019 [127] [128] Pada bulan Mei 2012, diumumkan bahwa 3,7 km2 (1,4 sq mi) Stanley umum (yang terletak di antara Stanley - jalan Mount Pleasant dan garis pantai) dibuat aman dan telah dibuka untuk umum, membuka 3 kilometer (1,9 mil) bentangan garis pantai dan selanjutnya dua kilometer dari garis pantai sepanjang Mullet ini [129] Creek.

Tekan dan publisitas [sunting]
Argentina [sunting]

Gente ini "Estamos ganando" judul ("Kami menang")
Dipilih koresponden perang secara teratur diterbangkan ke Port Stanley di pesawat militer untuk melaporkan perang. Kembali di Aires surat kabar dan majalah setia melaporkan pada "tindakan heroik tentara sebagian besar wajib militer dan keberhasilannya" Buenos. [20]

Petugas dari badan intelijen yang melekat pada surat kabar dan 'bocor' informasi mengkonfirmasikan komunike resmi dari pemerintah. Para majalah glossy Gente dan Siete Días membengkak menjadi enam puluh halaman dengan foto-foto berwarna dari kapal perang Inggris dalam api - banyak dari mereka pura-pura - dan laporan saksi mata palsu dari komando Argentina 'perang gerilya di South Georgia (6 Mei) dan serangan yang Pucara percontohan sudah mati pada HMS Hermes [20] (Letnan Daniel Antonio Jukic telah dibunuh di Goose Green selama serangan udara Inggris pada tanggal 1 Mei). Sebagian besar foto Faked benar-benar datang dari pers tabloid. Salah satu berita paling diingat adalah "Estamos ganando" ("Kami menang") dari majalah Gente, yang nantinya akan menggunakan variasi itu. [130]

Pasukan Argentina di Kepulauan Falkland bisa membaca Gaceta Argentina-surat kabar dimaksudkan untuk meningkatkan semangat di antara prajurit. Beberapa kebohongan yang dengan mudah bisa diresmikan oleh tentara yang pulih mayat. [131]

The Malvinas saja bersatu Argentina dalam suasana patriotik yang melindungi junta dari para kritikus, dan bahkan penentang pemerintahan militer yang didukung Galtieri; Ernesto Sabato mengatakan: "Jangan keliru, Eropa, itu bukan kediktatoran yang berjuang untuk Malvinas, itu adalah seluruh Bangsa Penentang kediktatoran militer, seperti saya, berjuang untuk membasmi habis-habisan jejak terakhir dari kolonialisme.. "[132] The Madres de Plaza de Mayo bahkan terkena ancaman pembunuhan dari orang-orang biasa. [20]

HMS Invincible berulang kali tenggelam dalam pers Argentina, [133] dan pada 30 April 1982 majalah Argentina Tal Cual menunjukkan Perdana Menteri Thatcher dengan penutup mata dan teks: bajak laut, penyihir dan pembunuh. Bersalah! [134] Tiga wartawan Inggris yang dikirim ke Argentina untuk menutupi perang dari perspektif Argentina dipenjara sampai akhir perang. [135]

Inggris [sunting]

The Sun "Gotcha" headline
Tujuh belas wartawan surat kabar, dua fotografer, dua wartawan radio dan tiga wartawan televisi dengan lima teknisi berlayar dengan Satuan Tugas perang. Asosiasi Penerbit Koran 'memilih mereka dari antara 160 pelamar, termasuk media asing. Pemilihan tergesa-gesa mengakibatkan masuknya dua wartawan antara wartawan perang yang tertarik hanya dalam anak Ratu Elizabeth II, Pangeran Andrew, yang bertugas dalam konflik. [136]

Kapal pedagang memiliki Inmarsat uplink sipil, yang aktif menulis teleks dan laporan suara transmisi melalui satelit. SS Canberra memiliki mesin faksimili yang digunakan untuk meng-upload 202 gambar dari Atlantik Selatan selama perang. The Royal Navy disewakan bandwidth pada US Defense Komunikasi Satelit Sistem komunikasi di seluruh dunia. Televisi menuntut seribu kali tingkat data telepon, namun Departemen Pertahanan tidak berhasil meyakinkan AS untuk mengalokasikan lebih banyak bandwidth. [137]

Produsen TV menduga bahwa penyelidikan itu setengah hati; karena gambar-gambar televisi Perang Vietnam korban dan tentara trauma diakui sebagai memiliki nilai propaganda negatif. Namun teknologi hanya diperbolehkan meng-upload satu frame per 20 menit - dan hanya jika satelit militer dialokasikan 100% untuk transmisi televisi. Rekaman video dikirim ke Pulau Ascension, di mana uplink satelit broadband yang tersedia, sehingga cakupan TV yang tertunda tiga minggu. [137]

Pers adalah sangat tergantung pada Royal Navy, dan disensor di situs. Banyak wartawan di Inggris tahu lebih banyak tentang perang dibandingkan dengan Satuan Tugas. [137]

The Royal Navy diharapkan Fleet Street untuk melakukan Perang Dunia II-gaya kampanye berita positif [138] namun sebagian besar media Inggris, terutama BBC, melaporkan perang secara netral. [139] wartawan ini disebut "Inggris pasukan "dan" pasukan Argentina "bukan" pemuda kita "dan" Argies "[140] dua makalah tabloid utama disajikan menentang sudut pandang. The Daily Mirror adalah jelas anti-perang, sementara The Sun menjadi terkenal karena berita tersebut sebagai "Stick It Up Junta Anda!", yang, bersama dengan pelaporan di tabloid lainnya, [141] menyebabkan tuduhan xenophobia [133] [141] [142] dan jingoisme. [133] [142] [143] [144] The Sun dikutuk karena "Gotcha" headline menyusul tenggelamnya ARA General Belgrano. [145] [146] [147]

Dampak budaya [sunting]
Artikel utama: Dampak Budaya Perang Falklands
Ada luas pengaruh pada budaya populer di Inggris dan Argentina, dari periode sesudah Perang Dunia II hingga saat ini. Penulis Argentina kemudian tua Jorge Luis Borges menggambarkan perang sebagai "pertarungan antara dua pria botak lebih dari sisir". [148] Kata-kata yomp dan Exocet memasuki vernakular Inggris sebagai akibat dari perang. Perang Falklands juga memberikan materi untuk teater, film dan drama TV dan mempengaruhi output dari musisi. Di Argentina, pemerintah militer melarang penyiaran musik dalam bahasa Inggris, memberikan cara untuk munculnya musisi rock lokal. [149]

Sejarah Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini bagian dari seri
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia.png
Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Kalinyamat (1527–1599)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)
l b s
Perlindungan dari pemindahan
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Prasejarah[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nusantara pada periode prasejarah

Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.
Era pra kolonial[sunting | sunting sumber]
Sejarah awal[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Sejarah Nusantara
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
Kerajaan Hindu-Buddha[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha

Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman dari Taruma
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial[sunting | sunting sumber]
Kolonisasi Portugis dan Spanyol[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara[sunting | sunting sumber]
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan Rakyat terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa diantaranya di Amurang dan Kema.
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.






Tentara Jepang

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Garis waktu kolonialisasi[sunting | sunting sumber]
Kolonialisasi Spanyol[sunting | sunting sumber]
1521 Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis[sunting | sunting sumber]
1509 - 1520[sunting | sunting sumber]
1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.
1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
Pati Unus menaklukkan Jepara
Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
1514
Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.
1515
Portugis pertama kali tiba di Timor.
1518
Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johor.
Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak.
1520
Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
Rakyat Bali menyerang Lombok.
Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
Banjar di Kalimantan menjadi Islam.
1521 – 1530[sunting | sunting sumber]
1521
Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
Portugis merebut Pasai di Sumatra;
Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
1522
Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
1523
Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
1524
Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatera Utara.
1525
Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
1526
Portugis membangun benteng pertama di Timor.
1527
Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
Demak merebut Tuban.
Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.
1529
Demak menaklukkan Madiun.
Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
1530
Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
1531 – 1540[sunting | sunting sumber]
1536
Serangan besar Portugis terhadap Johor.
Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
1537
Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
1539
Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
1540
Portugis berhubungan dengan Gowa.
Kesultanan Butung didirikan.
1541 – 1550[sunting | sunting sumber]
1545
Demak menaklukkan Malang. Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
1546
Demak menyerang Blambangan namun gagal.
Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate.
1547
Aceh menyerang Melaka.
1550
Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
1551 – 1560[sunting | sunting sumber]
1551
Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara.
Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
1552
Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Ottoman di Istanbul.
1558
Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
Portugis membangun benteng di Bacan.
Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.
Wabah cacar di Ternate.
1559
Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.
1560
Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
Spanyol mendirikan pos di Manado.
1561 – 1570[sunting | sunting sumber]
1561
Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
1564
Wabah cacar di Ambon.
1565
Aceh menyerang Johor.
Kutai di Kalimantan menjadi Islam.
1566
Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
1568
Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
1569
Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
1570
Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.
Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Baabullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571 – 1580[sunting | sunting sumber]
1571
Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
1574
Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
1575
Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
1576
Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
1577
Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
1579
Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.
1580
Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.
Ternate menguasai Butung.
1581
Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.
1584
Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
1585
Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.
1587
Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
Portugis di Melaka menyerang Johor.
Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
1588
Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
1590
Desa asli Medan didirikan.
1591 – 1659[sunting | sunting sumber]
1591
Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
Ternate menyerang Portugis di Ambon.
1593
Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
1595
2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan Banjarmasin).
Portugis membangun benteng di Ende, Flores.
Kolonisasi VOC[sunting | sunting sumber]
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Kolonisasi pemerintah Belanda[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Belanda
Era Napoleon (1800-1811)[sunting | sunting sumber]
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.
Interregnum Britania (1811-1816)[sunting | sunting sumber]
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)[sunting | sunting sumber]
Setelah [{Kongres Wina]] mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia-Belanda, hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatera, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme[sunting | sunting sumber]
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II[sunting | sunting sumber]
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Jepang
Search Wikisource      Wikisumber memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Proklamasi kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era 1945-1949

Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Demokrasi parlementer[sunting | sunting sumber]
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi Terpimpin[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
Nasib Irian Barat[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konflik Papua Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.

Partai Komunis Indonesia
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Era Orde Baru[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Irian Jaya[sunting | sunting sumber]
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur[sunting | sunting sumber]
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah operasi militer yang disebut Operasi Seroja. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Krisis ekonomi[sunting | sunting sumber]

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Reformasi
Pemerintahan Habibie[sunting | sunting sumber]
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid[sunting | sunting sumber]
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati[sunting | sunting sumber]
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.

Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.


Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. (Bersambung)

No comments:

Post a Comment