!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, March 10, 2014

AS gelar latihan militer, Rusia Ajukan Proposal Damai, Ukraina Cari Dukungan



.
AS gelar latihan militer, Rusia Ajukan Proposal Damai, Ukraina Cari Dukungan


Amerika Serikat mengirimkan isyarat untuk melindungi sekutu NATO-nya yang berbatasan dengan Rusia dengan memulai latihan militer bersama yang pertama di Eropa Timur sejak Kremlin mengintervensi Ukraina.

Di Laut Hitam, di seberang perairan Semenanjung Krimea di mana pasukan Rusia mengambilalih kendali kekuasaan Ukraina, sebuah kapal perusak dari Angkatan Laut AS akan ambil bagian dalam manuver perang bersama Rumania dan Bulgaria.

Di utara Polandia, jet tempur-jet tempur AS tiba di pangkalan udara Lask untuk ambil bagian dalam latihan bersama di mana akan diinspeksi langsung Presiden Polandia.

Negara-negara tetangga Ukraina anggota NATO merasa mereka akan menjadi sasaran berikutnya Rusia.

Berbicara di situs pertahanan rudal Polandia, tidak jauh dari markas besar Armada Baltik Rusia di Kaliningrad, Menteri Pertahanan Polandia Tomasz Siemoniak menyebutkan latihan bersama ini akan lebih kecil dengan hanya melibatkan pesawat angkut.

Namun menurut Siemoniak, sejak intervensi militer Rusia ke Krimea, Warsawa meminta Pentagon mengirimkan jet tempurnya. Sedikitnya 12 jet tempur F-16 akan tiba di Polandia minggu ini, ditambah 300 personel.

"Ini adalah permintaan kami," kata Siemoniak. "Kami sungguh mengapresiasi reaksi itu cepat dan signifikan."

Sementara itu Presiden Polandia Bronislaw Komorowski dijadwalkan mengunjungi Lask hari ini untuk fokus pada latihan militer ini.

Sementara kapal perang AS yang ambil bagian dalam manuver di Laut Hitam iadalah USS Truxtun, kapal perusak berpeluru kendali yang membawa 300 awak dan bagian dari Armada Keenam AS yang berpangkalan di Italia.

Kapal perang ini bermanuver bersama dengan frigat Bulgaria Drazki, dan tiga kapal perang Rumania. Seluruh kapal bermanuver di perairan Rumania di sebelah tenggara pelabuhan Constanta, Rumania, yang jaraknya sekitar 350 km dari Sevastopol, Krimea, di mana Armada Laut Hitam Rusia berpangkalan, demikian Reuters.

 Rusia akan mengajukan serangkaian usulan untuk mengatasi krisis di negara tetangga, Ukraina, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Senin.

Pernyataan itu disampaikan Lavrov untuk menanggapi dokumen yang dikirim oleh Washington yang juga berisi usulan-usulan.

"Bersama-sama anggota Dewan Keamanan Rusia, kami mempersiapkan usulan tandingan kami. Tujuannya adalah mengatasi keadaan atas dasar hukum internasional dan mempertimbangkan kepentingan semua orang Ukraina tanpa pengecualian," katanya dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan Presiden Vladimir Putin.

Pasukan pro-Rusia menguasai semenanjung Krimea, Ukraina, dan pemerintah di sana telah mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan Rusia, sebuah keputusan yang akan diajukan dalam referendum pada 16 Maret.

Lavrov mengatakan, ia telah mengundang Menteri Luar Negeri AS John Kerry datang ke Rusia untuk pertemuan Senin guna membahas krisis di Ukraina.

"Kami meminta ia datang hari ini dan kami siap menerimanya. Ia telah memberikan persetujuan awal. Ia kemudian menelefon saya Sabtu dan mengatakan, ia menundanya untuk sementara waktu," kata Lavrov.

Keputusan Kerry untuk menunda kunjungan itu adalah karena para pembuat kebijakan sedang mempersiapkan dokumen mereka, kata Lavrov, seperti dilaporkan Kantor Berita ITAR-TASS.

Dokumen Washington, yang diterima Moskow pada Jumat, merinci "sebuah konsep yang tidak sependapat dengan kita karena segala sesuatunya disebutkan dalam istilah ada konflik antara Rusia dan Ukraina dan dalam istilah keadaan yang dihadapi," kata Lavrov kepada Putin.

"Mitra-mitra kita menyarankan agar kita terus melangkah dari situasi yang tercipta oleh kudeta ini," tambahnya kepada AFP.

Ia tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut mengenai isi usulan Washington itu.

 Ukraina, Senin, berupaya mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras bahwa Krimea memiliki hak untuk bergabung dengan negaranya.

Tim proEropa di Kiev --yang dibantu oleh aksi-aksi unjuk rasa berdarah selama tiga bulan untuk menggulingkan pemerintahan dukungan Kremlin-- sedang berpacu dengan waktu untuk menjaga kesatuan wilayahnya yang berpenduduk 46 juta jiwa, lapor AFP.

Kepemimpinan yang dideklarasikan secara sepihak di Krimea, semenanjung Ukraina yang dihuni mayoritas etnis Rusia, telah menyatakan merdeka dari Kiev dan akan menyelenggarakan pemungutan suara pada 16 Maret untuk menentukan apakah Krimea akan berpaling tunduk kepada kepemimpinan Kremlin.

Keputusan itu telah mendapat kecaman dari negara-negara kuat Barat, yang juga merasa gusar karena Rusia merebut Krimea melalui aksi yang dilancarkan beberapa hari setelah kejatuhan presiden Rusia Viktor Yanukovych pada 22 Februari lalu. Tak lama setelah jatuh, Yanukovych melarikan diri ke Rusia.

Kanselir Jerman Angela Merkel dengan keras mengatakan kepada Putin, Minggu, bahwa jajak pendapat Krimea merupakan langkah yang "ilegal".

"Amerika Serikat tidak siap mengakui hasil apapun dari apa yang disebut dengan referendum itu," kata duta besar AS Geoffrey Pyatt di Kiev, Senin.

Krisis Timur-Barat paling tajam sejak era Perang Dingin itu kian menyala ketika Kremlin mengatakan Putin telah menyatakan kepada Merkel dan Perdana Menteri Inggris David Cameron bahwa ia secara penuh mengakui langkah-langkah yang diambil para pemimpin Krimea.

Namun, kantor Merkel juga mengatakan Putin telah berjanji akan melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Senin, soal pembentukan "kelompok kontak internasional" tentang Ukraina yang sebelumnya ia tolak.

Jerman mendorong agar pembentukan dilakukan sebagai upaya untuk menghindarkan pecahnya perang di ujung timur Eropa --yang akan memungkinkan Ukraina meminta bantuan dalam melawan Rusia, negara tetangganya yang memiki persenjataan nuklir itu.

Tanda awal adanya kemajuan diplomatik muncul ketika Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk bersiap-siap terbang ke Washington untuk melakukan pertemuan pertamanya dengan Presiden AS Barack Obama --ia sendiri mendorong adanya rencana perdamaian yang mencakup dukungan bagi penyelenggaraan pemilihan cepat presiden di Ukraina pada 25 Mei.

Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung hari Rabu itu akan meningkatkan kredibilitas pemerintahan Yatsenyuk serta memberi kesempatan bagi Ukraina untuk memaparkan rincian bantuan ekonomi yang sangat penting guna menangani perekonomiannya yang sedang megap-megap.

Pemerintahan Yatsenyuk --yang belum teruji itu-- tidak diakui oleh Rusia.

"Kunjungan ini sangat penting," kata Menteri Luar Negeri sementara Ukraina Andriy Deshchytsya kepada televisi Kiev 1+1 pada Minggu malam.

Gedung Putih mengatakan Obama juga akan membahas paket bantuan ekonomi.

Sejauh ini Washington telah menjanjikan suntikan dana cepat senilai lebih dari 1 miliar dolar AS (Rp11,4 triliun) sementara Uni Eropa berjanji akan mengeluarkan 11 miliar euro (Rp174,5 triliun) untuk masa dua tahun.

Ukraina mengatakan memerlukan bantuan dana sekira 25 miliar euro (Rp396,5 triliun) pada tahun 2015 guna dapat menjalankan kehidupan negara setelah Rusia membekukan paket senilai 15 miliar dolar (Rp171,5 triliun) yang telah dijanjikannya kepada Yanukovych.

Paket itu dijanjikan Rusia sebagai imbalan atas penolakan Yanukovych bergabung dengan kesepakatan perdagangan bersejarah Uni Eropa bulan November.

No comments:

Post a Comment