!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, March 10, 2014

Cina Pakai satelit Cari MAS, AS Kirim Kapal Kedua

.



Cina Pakai satelit Cari MAS, AS Kirim Kapal Kedua


China meluncurkan satelit pemantau guna memaksimalkan pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di sekitar wilayah perairan Vietnam saat penerbangan Kuala Lumpur-Beijing pada Sabtu (8/3).

Situs Angkatan Bersenjata China pada Selasa menyebutkan, Pusat Pengawasan dan Pengendalian Satelit Citic Xian meluncurkan satelit guna memantau kondisi cuaca, komunikasi dan beragam aspek lainnya untuk memaksimalkan pencarian MH370 yang membawa 239 orang.

Tiga hari setelah hilangnya pesawat, lima kapal perang China, termasuk Mianyang dan Jianggangshan tiba di lokasi yang diduga sebagai tempat hilangnya pesawat di sekitar perairan Vietnam.

Mianyang dan kapal patroli maritim kepolisian China "3411" telah melakukan penyusuran hingga area 5.500 kilometer persegi, kata Kapten Mianyang Zhang Yu, dalam laporan singkatnya.

Selain kapal-kapal perang, China juga mengerahkan kapal-kapal patroli maritim kepolisiannya, dan kapal patroli Kementerian Transportasi.

Jika masih diperlukan, China mengumumkan, telah menyiapkan armadanya yang lain.

Hingga saat ini tercatat sembilan negara, termasuk Indonesia, yang terlibat dalam pencarian pesawat B777-200 milik maskapai Malaysia Airlines.

Tercatat sekitar 40 kapal perang dan 34 pesawat serta helikopter, terlibat dalam misi pencarian pesawat yang membawa 154 warga negara China, tujuh warga negara Indonesia dan 12 warga negara lain tersebut.

Pihak Administrasi Penerbangan Sipil China meminta Pemerintah Malaysia untuk berupaya lebih keras dalam penanganan insiden tersebut, termasuk lebih mengintensifkan komunikasi dengan pihak terkait di China.

"Komunikasi yang efektif dan transparan, serta upaya yang lebih dari Pemerintah Malaysia sangat kami harapkan," kata Wakil Direktur Administrasi Penerbangan Sipil China Xia Xinghua dalam pertemuan dengan wakil Malaysia Airlines di Beijing.

 Angkatan Laut AS mengirim sebuah kapal kedua ke Laut China Selatan untuk membantu pencarian pesawat Malaysia yang hilang, kata sejumlah pejabat, Senin.

Kapal perusak Angkatan Laut USS Kidd bergabung dengan kapal perusak lain AS, USS Pinckney, ketika pihak berwenang Malaysia mengumumkan menggandakan luas wilayah pencarian bagi pesawat penumpang itu, yang hilang tanpa jejak pada Sabtu bersama 239 orang di dalamnya.

"Kami terus membantu pemerintah Malaysia dalam operasi pencarian dan penyelamatan dalam kaitan dengan hilangnya Penerbangan 370," kata juru bicara Pentagon Kolonel Steven Warren kepada wartawan.

Kedua kapal Angkatan Laut AS itu membawa sejumlah helikopter Sea Hawk MH-60, yang diperlengkapi dengan kamera-kamera infra merah untuk operasi pencarian malam hari, katanya.

Minggu, USS Pinckney melihat puing-puing di perairan namun para pejabat menetapkan bahwa itu bukan reruntuhan pesawat yang hilang dan hanya "peti kapal tua", tambahnya seperti dilansir AFP.

Sebuah pesawat pengintai Orion P-3C sudah berada di lokasi dan melakukan penerbangan sembilan jam dari sebuah pangkalan di Subang Jaya, Malaysia.

Sebuah kapal pemasok minyak juga ditempatkan untuk memberikan dukungan logistik, kata Warren.

Pemerintah AS pada akhir pekan mengirim sebuah tim penyelidik dan ahli dari FBI dan Badan Keamanan Transportasi Nasional untuk membantu menyelidiki pesawat yang hilang itu.

Para pejabat AS mengatakan, masih tidak jelas apakah ada kaitan teror dalam hilangnya Penerbangan 370 Malaysia Airlines, yang lepas landas dari Kuala Lumpur dalam perjalanan menuju Beijing, China.

Beijing menyalahkan Kuala Lumpur atas kurangnya informasi mengenai pesawat Malaysia Airlines yang hilang, setelah para keluarga 153 korban pesawat itu menyuarakan rasa frustasi atas respons baik dari Malaysia maupun China.

Pemerintah China mendesak pihak Malaysia mempercepat penyelidikan dan menyediakan informasi yang akurat nan cepat kepada China, kata juru bicara kementerian luar negeri China Qin Gang.

"Mereka (Malaysia) juga seharusnya menangani dengan baik anggota keluarga penumpang pesawat dan menindaklanjuti setiap persoalan," kata dia seperti dikutip AFP.

Qin menegaskan bahwa "insiden itu masih dalam penyelidikan", namun media massa China terang-terangan menyerang Malaysia dan maskapai nasionalnya itu dalam menangani pesawat hilang tersebut dengan menuntut keterangan hasil investigasi dan menyerukan langkah lebih cepat.

Di lain pihak, MAS mengatakan pihaknya menyediakan satu pesawat untuk membawa para keluarga dari Beijing ke Kuala Lumpur.

Media massa China juga mengkritik lolosnya dua penumpang berparspor palsu dalam penerbangan Malaysia Airlines itu.

"Pihak Malaysia tak boleh lepas tanggung jawab," tulis koran Global Times yang dekat kepada Partai Komunis China dalam editorialnya. "Respons pertama Malaysia tidak cukup cepat.  Ada celah dalam kerja Malaysia Airlines dan otoritas keamanan," sambung koran itu.

"Jika ini karena kesalahan mekanis yang mematikan atau kesalahan pilot, maka Malaysia Airlines harus dipersalahkan. Jika ini serangan teroris, maka pemeriksaan keamanan di bandara Kuala Lumpur dan penerbangan dipertanyakan."

Kekhawatiran terorisme

Koran China Daily menulis dalam editorialnya bahwa terorisme tidak bisa dikesampingkan.

"Fakta bahwa sejumlah penumpang di pesawat bepergian dengan paspor palsu mesti dianggap sebagai peringatan kepada seluruh dunia bahwa keamanan tidak boleh longgar," kata koran ini.

"Terorisme, musuh dunia, masih berupaya menodai peradaban manusia dengan darah orang-orang tak berdosa," sambung koran ini.

Di sebuah hotel di Beijing, para pejabat Kedubes Malaysia tengah memproses aplikasi visa untuk para keluarga yang ingin memanfaatkan tawaran Malaysia Airlines untuk terbang ke Kuala Lumpur guna lebih dekat dengan operasi penyelamatan.

Namun ada juga yang tak ingin pergi ke Malaysia. "Ada lebih banyak yang mesti kami lakukan di sini di China," kata seorang perempuan kepada AFP. "(apalagi) Mereka juga belum menemukan pesawat itu."
 
Pesawat ini hilang seminggu setelah serangan maut terhadap sebuah stasiun kereta di kota Kunming, China barat daya, di mana gerombolan penyerang menggunakan senjata tajam membunuh 29 orang dan melukai 143 lainnya.

Baik Beijing maupun Washington mengutuk penikaman massal ini sebagai aksi teror. China menuduh kaum separatis di Xinjiang melakukan aksi ini, demikian AFP.

No comments:

Post a Comment