!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, March 5, 2014

.Pasukan Rusia masuki unit rudal Ukraina di Krimea

.Pasukan Rusia masuki unit rudal Ukraina di Krimea


Tentara Rusia mengambil alih bagian dari unit pertahanan rudal Ukraina di Krimea pada Rabu, kata Kementerian Pertahanan Ukraina, namun bersikeras bahwa semua rudal tetap berada di tangan Ukraina.

Volodymyr Bova, juru bicara kementerian pertahanan, mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Rusia telah memasuki pangkalan di Cape Fiolent dekat Sevastopol dan tidak ada tembakan-tembakan yang dilepaskan.

Pangkalan kedua juga dilaporkan dikuasai namun menggambarkan situasi carut-marut di Krimea, di mana pertanyaan tentang "siapa yang memegang kendali" dan "sejak kapan" masih samar-samar di banyak bagian, meskipun Moskow memperketat kendalinya di semenanjung.

Seorang juru bicara kementerian mengatakan, pasukan pro-Moskow mengambil sebagian kendali pangkalan di Evpatoria, barat laut ibu kota semenanjung Simferopol.

Kunjungan ke pangkalan oleh AFP mengungkap bahwa bagaimanapun pasukan Rusia telah berada di tempat itu selama beberapa hari.

Kelompok-kelompok pro-Rusia sudah mendekati pangkalan pada 23 Februari untuk melakukan perundingan dengan komandan Ukraina, hanya sehari setelah tersingkirnya Presiden Ukraina pro-Moskow Viktor Yanukovych.

"Kami membiarkan mereka masuk setelah pembicaraan," kata Sergiy Anyushkin, petugas pangkalan di Ukraina.

Sejak itu "30 sampai 40" anggota angkatan bersenjata Rusia telah berada di pangkalan, berpatroli di gang-gang antara fasilitas - termasuk mereka yang memegang senjata dan rudal anti-pesawat - tetapi bertindak dengan "sikap damai," katanya.

Pasukan ini tidak menghentikan kelompok besar kebanyakan warga sipil pro-Rusia dari upaya menyerang pangkalan pada Selasa malam, menempatkan mereka berhadapan dengan sesama petugas Rusia menjaga gerbang di samping tentara Ukraina.

Dalam sebuah langkah yang luar biasa, komandan pangkalan Ukraina bahkan menyerukan wakil pemerintah Krimea pro-Rusia itu, kata Yuriy Zheribtsov, demi penyelamatan.

Pengambilalihan Krimea secara de facto oleh Rusia umumnya berlangsung damai, dengan pertempuran-pertempuran kecil telah berhenti dari kekerasan nyata.

Namun, pengambilalihan menandai langkah baru: dalam insiden serupa pada beberapa hari terakhir, di mana pasukan pro-Rusia telah sebagian besar mengepung atau memblokir akses ke pangkalan-pangkalan Ukraina tanpa mengambil kendali dari mereka.

Orang-orang Krimea yang bertutur dalam bahasa Rusia Krimea telah datang di bawah kendali de-facto oleh pasukan pro-Rusia sejak mengusir Yanukovych dan melantik pemerintah baru pro-Uni Eropa baru di Kiev.

Putin namun terus menyangkal ada pasukan Rusia beroperasi di Krimea, dan bersikeras bahwa orang-orang bersenjata banyak diidentifikasikan sebagai tentara Rusia pada kenyataannya adalah "pasukan bela diri lokal".

 Ketua majelis tinggi parlemen Rusia, Valentina Matvienko, menyeru negara-negara Barat untuk berhenti melontarkan ancaman dan mulai berdialog dengan Rusia mengenasi situasi di Ukraina.

"Bahasa ancaman itu tidak efisien di dunia modern. Yang kita perlukan di sini adalah bahasa dialog," kata  Matvienko kepada wartawan usai sidang pleno Rabu waktu setempat seperti dikutip kantor berita ITAR-TASS.

"Saat ini ekonomi Rusia sudah begitu terlibat dalam ekonomi global sehingga sulit sekali membayangkan bagaimana Rusia bisa diisolasi dari proses ekonomi di seluruh dunia," kata perempuan politisi Rusia ini.

Matvienko menambahkan bahwa produk-produk Uni Eropa memenuhi 40 persen pasar Rusia, sebaliknya negara-negara Uni Eropa menjadi pasar untuk 50 persen volume dagang Rusia.

"Sanksi akan mengantarkan pada kerugian ekonomi yang besar," kata dia. "Adalah penting kini untuk tenang dan berhenti menggunakan bahasa ultimatum dan ancaman."

"Setiap politisi yang pikirannya waras memahami bahwa adalah mustahil mengecualikan Rusia dari penyelesaian situasi di Ukraina," kata Matvienko.

Komisi Hubungan Luar Negara Dewan Federasi (parlemen Rusia) menunjuk ancaman sanksi ekonomi dan isolasi terhadap Rusia oleh para politisi Amerika bahwa "kita tidak tinggal di dunia yang unipolar".

"Isolasi penuh itu tidak mungkin, sedangkan isolasi parsial akan tidak berguna," kata ketua komisi ini Mikhail Margelov. "Sanksi juga sama sekali tidak produktif. Dengan segala hormat kami punya pengalaman dalam soal ini."

Setengah mencibir Margelov mengatakan jika AS menerapkan sanksi maka dampaknya akan tidak terasa pada ekonomi Rusia karena "hubungan dagang dan ekonomi kami dengan AS itu rendah" sehingga "dengan sangat menyesal tidak akan merusak ekonomi kami".

"Investasi mutual juga jarang. Investasi orang Amerika di Rusia di sektor ril tidak sebanyak spekulasi di sekuritas," kata dia. "Dan larangan penggunaan dolar AS, jika ini diterapkan, hanya akan menggerus kepercayaan pada institusi-institusi Amerika yang kenyataannya tidak tinggi-tinggi amat."

Margelov menyatakan Rusia mungkin akan berpaling ke China yang selama ini telah menjadi mitra politik dan ekonomi yang baik bagi negaranya.

"Lebih dari itu, ada indikasi bahwa menyangkut sanksi kepada Rusia, China mungkin menuntut Amerika Serikat untuk membayar utang Amerika Serikat yang luar biasa besar -1.169,9 miliar dolar AS-- dan mungkin dalam bentuk emas."

"Saya kira pemerintah AS tidak akan mengenakan sanksi yang serius kepada Rusia," kata dia.

Margelov juga tidak yakin pada ancaman penghentian negosiasi rezim bebas visa.  Dengan entengnya dia menepis kemungkinan ini tidak akan terjadi.

Senator Rusia ini bahkan melukiskan siapa yang lebih dirugikan jika negara-negara Uni Eropa membekukan proses penerbitan visa jangka panjang menjelang musim liburan nanti.

"Warga negara kami yang membelanjakan miliaran euro di tempat-tempat wisata teragung Eropa setiap tahun, pastinya akan kecewa," kata Margelov. "Mereka lalu membawa uang mereka ke Turki, Asia Tenggara, pantai Laut Merah dan India".

No comments:

Post a Comment