!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, March 7, 2014

Pemerintahan baru Ukraina rekrut konglomerat



Pemerintahan baru Ukraina rekrut konglomerat


Setelah kehilangan kendali di Krimea, pemerintahan baru Ukraina berpaling ke para oligarkis demi mencegah separatisme di wilayah bagian timur negeri itu yang umumnya berbahasa Rusia.

Mereka telah menunjuk dua konglomerat untuk memimpin Donetsk dan Dnipropetrovsk yang pernah menjadi basis dukungan bagi presiden terguling Viktor Yanukovych.

Bos Uni Industrik Donbass berusia 58 tahun, Sergiy Taruta, ditunjuk memimpin Donetsk yang bergolak sejak Yanukovych kabur ke Rusia.

Kekayaan bersih Taruta menurut perkiraan majalah Forbes mencapai 600 juta dolar AS. Pencalonan dia didukung Rinat Akhmetov yang adalah orang terkaya di Ukraina.

Akhmetov pernah menyokong Partai Kawasan pimpinan Yanukovych dan seperti Yanukovych dia asli Donetsk. Namun dia kemudian menjaga jarak dari presiden terguling tersebut.

Akhmetov menyebut penggunaan kekuatan dari luar di Ukraina sebagai tak bisa diterima.  Ucapannya ini merujuk pengambilalihan secara de facto Krimea oleh pasukan Rusia pekan lalu.

Di Dnipropetrovsk, gubernur baru adalah Igor Kolomoiski (51) yang adalah pemilik grup usaha perbankan dan pertambangan yang amat berkuasa di Ukraina.  Pemimpin komunitas Yahudi Ukraina ini memiliki kekayaan 2,4 miliar dolar AS.

"Para oligarkis sangat berkepentingan dalam menjaga kedaulatan Ukraina. Di bawah (Presiden Rusia Vladimir) Putin, mereka akan kehilangan kekuasaan dan bisnis mereka," kata Taras Berezovets, pengamat politik, kepada AFP.

Kedua konglomerat ini menyatakan menerima posisi gubernur demi menghadapi rencana Rusia menyebarkan pengaruhnya ke selatan dan timur Ukraina.

"Putin tidak normal.  Dia gila dengan misinya membangun kembali kekaisaran Rusia," kata Kolomoiski. "Separatisme tak akan terjadi di Dnipropetrovsk."

Putin membalas kata-kata Kolomoiski itu dengan menyebut dia "sampah" dan "bajingan".

Sedangkan Taruta menyebut keputusan parlemen Rusia mengizinkan Putin menggunakan kekuatan di Ukraina sebagai mengerikan dan menegaskan bahwa kelemahan ekonomi Ukraina membuatnya rentan dari ancaman semacam itu.

Pemerintahan baru Ukraina tidak mempunyai tuas yang efisein di wilayah timur dan selatan yang pro-Rusia, kata analis politik Volodymyr Fesenko.

"Para elite yang memiliki kaitan dengan Partai Kawasan (Yanukovych) terdemoralisasi, demikian juga pemerintahan daerah dan penegak hukum," sambung dia. "Mereka takut bertindak, tak tahu siapa yang nanti berkuasa".

Para oligarkis yang mengendalikan perekonomian Ukraina menampung ratusan ribu pekerja dan sudah lama membangun patronasen dengan elite daerah dan penegak hukum, sehingga membantu mereka mengendalikan daerah-daerah.

Namun bagi banyak warga Ukraina yang muak oleh korupsi, kekuasaan para oligarkis dipandang hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri.

"Mereka memiliki sumber administratif dan keuangan maha besar," tulis jurnal bisnis Ekonomichna Pravda.

Berezovets mengatakan kekuasaan para oligarkis akan menentukan presiden Ukraina mendatang yang akan dipilih 25 Mei nanti.

Para analis memperkirakan para konglomerat akan mempertahankan atau meningkatkan pengaruh mereka jika mantan petinju Vitali Klitschko yang memimpin gerakan demontrasi menang menjadi presiden Ukraina nanti, demikian AFP.

Sekelompok warga Tatar meninggalkan wilayah semenanjung yang lagi berbahaya itu dengan kereta guna menghindari pasukan Rusia.

"Saya mengkhawatirkan anak-anak saya selama tentara Rusia ada di Krimea," kata seorang ibu muda suku Tatar ditemani tiga anaknya yang berusia dua sampai lima tahun.

"Di sini saya merasa aman," kata dia yang adalah salah seorang dari 200 warga Krimea yang menerima undangan pemerintahan kota Lviv untuk datang dan tinggal di benteng nasionalisme Ukraina di barat negeri itu yang berbatasan dengan Polandia.

Krimea yang adalah wilayah otonomi berbahasa Rusia di Ukraina kini dikuasai pasukan Rusia dan DPRD-nya dengan suara bulat setuju bergabung dengan Rusia sehingga mengancam terpecahnya Ukraina.

Kebanyakan warga Krimea yang tiba di Lviv adalah orang Tatar yang adalah minoritas muslim di semenanjung itu dan dideportasi ke Siberia dan Asia Tengah di era pemimpin Soviet Joseph Stalin, lalu kembali setelah ambruknya Uni Soviet pada 1991.

Di Lviv, para pendatang ini disambut Petro Kolodiy, ketua DPRD setempat yang membangun saluran hotline untuk siapa pun yang ingin direlokasi ke kota ini.

"Seperti halnya semua warga Ukraina, Anda berada pada situasi yang sulit yang diciptakan oleh Kremlin. Lviv mengulurkan tangannya untuk Anda semua," kata Kolodiy kepada para pendatang.

Tak hanya pihak berwenang, penduduk juga membuka tangan mereka untuk 500 warga Krimea di mana para pemilik hotel dan spa menawari menginap gratis.

"Di masa kecil dulu, nenek saya bilang pada saya bahwa Lviv menyambut warga Ukraina timur selama kelaparan besar (1932-1933) dan berbagi roti terakhir dengan mereka (yang kelaparan)," kata Kolodiy.  "Hari ini kami mencoba menawari warga Krimea sebisa kami."

Selain orang Tatar, para anggota keluara tentara Ukraina di Krimea juga telah tiba di Lviv.

Sejak penggulingan Presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych bulan lalu, pasukan Rusia telah mengepung sejumlah markas tentara Ukraina di Krimea yang dibantah oleh Moskow.

Dalam sebuah pesan video, Walikota Lviv Andriy Sadovy meminta warga Krimea untuk tidak mempercayai propaganda Rusia bahwa Moskow membutuhkan rakyat untuk mempertahankan diri dari para ekstrimis Ukraina barat.

"Jika Anda semua mengira ada orang-orang bersenjata dari barat, saya bisa jamin kembali Anda bahwa kami ingin pembangunan yang damai untuk semua Ukraina," kata dia berbicara dalam bahasa Rusia yang adalah bahasa yang umum dipakai di Krimea.

Ukraina telah terpecah belah menjadi bagian timur yang pro-Moskow dan bagian barat yang pro-Barat termasuk Lviv dan ibukota Kiev.

Alim Aliyev, wakil warga Tatar Krimea di Lviv, mengaku optimistis mengenai masa depan wilayahnya. Para lelaki Tatar mengungsikan keluarga mereka sehingga mereka bisa membela tanah airnya, kata dia.

"Sepanjang Tatar di Krimea, Krimea akan tetap menjadi bagian Ukraina," kata dia.

Aliyev mengingatkan, warga Tatar akan melancarkan perang gerilya melawan pasukan Rusia jika Rusia tidak angkat kaki dari kawasan itu.

"Kami akan menarikan (tarian rakyat Tatar dan Ukraina) haytarma dan hopak di atas puing-puing ambisi pasca-imperialis Putin seperti dikutip AFP.

No comments:

Post a Comment