!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, September 8, 2014

Perjalanan yang belum selesai (53)

Raja Abdullah

Perjalanan yang belum selesai (53)

(Bagian ke lima puluh tiga, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 9 September 2014, 08.34 WIB)

Ada kabar di Riyadh, Ibukota Raja Arab Saudi, Raja Abdullah telah mengundang dan membiayai 1000 anggota keluarga Palestina asal Gaza, yang anggota keluarganya tewas akibat dibantai tentara zionis Israel untuk beribadah naik haji ke Mekah dan Madinah dan akan menjadi tamu Raja Abdullah.

1.000  keluarga para syuhada Palestina  menjadi tamu raja Arab Saudi Abdullah dalam menunaikan ibadah Haji

Raja-Abdullah-Bin-Abdulaziz Al-Saoud Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah akan mensponsori dan menanggung biaya naik haji bagi 1.000 warga Palestina yang anggota keluarganya tewas dalam serangan Israel di Gaza.
Hal ini membawa 12.000 jumlah warga Palestina, yang anggota keluarganya telah meninggal atau pergi ke penjara, yang telah secara pribadi disponsori oleh Raja Abdullah untuk menunaikan ibadah haji.
Saleh Al-Asheikh, menteri urusan Islam, wakaf, panggilan dan bimbingan, menghargai raja atas dukungannya untuk Palestina.
"Ini tampilan keramahan oleh pemimpin kami menekankan bahwa Kerajaan kami bertugas melayani Islam, umat Islam dan tempat-tempat suci," kata Al-Asheikh.
Menteri mengatakan hal ini adalah inisiatif  keenam berturut-turut dan merupakan bagian dari kelanjutan dukungan Saudi bagi rakyat Palestina.
"Kementerian telah datang dengan program khusus untuk menjadi tuan rumah jamaah Palestina dan membantu mereka melakukan ritual keagamaan dengan nyaman," katanya.
"Kementerian akan melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa mereka tetap nyaman dan ziarah mereka sukses."

Konflik Israel dan Palestina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Question book-4.svg
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.
Konflik Israel dan Palestina
Bagian dari Konflik Arab-Israel
West Bank & Gaza Map 2007 (Settlements).png
Pusat Israel sebelah Tepi Barat dan Jalur Gaza, 2007
Tanggal     Awal abad 20 - hari ini
Lokasi        Israel, wilayah Palestina
Hasil terus
Pihak yang terlibat





Peta Gaza


Flag of Palestine.svg
Palestinians
Flag of Israel.svg
Israelis
Proses Perdamaian
Perjanjian Perdamaian Camp David · Madrid Konferensi
Persetujuan Oslo / Oslo II · Hebron Protokol
Wye Sungai / Sharm el-Sheikh Memorandum
2000 Camp David kemuncak · Taba kemuncak
Road Map · Konferensi Annapolis
Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas, adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina.
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Akhir abad ke-19 - 1920: Asal konflik[sunting | sunting sumber]
Tahun 1897, Kongres Zionis Pertama diselenggarakan.
Deklarasi Balfour 1917
2 November 1917. Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.
1920-1948: Mandat Britania atas Palestina[sunting | sunting sumber]
Teks 1922: Mandat Palestina Liga Bangsa-bangsa
Mandat Britania atas Palestina
Revolusi Arab 1936-1939.
Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.
Rencana Pembagian Wilayah oleh PBB 1947
Deklarasi Pembentukan Negara Israel, 14 Mei 1948.
Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.
1948-1967[sunting | sunting sumber]
Perang Arab-Israel 1948
Persetujuan Gencatan Senjata 1949
3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.
Exodus bangsa Palestina
Perang Suez 1956
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri pada Mei 1964.
Perang Enam Hari 1967
Resolusi Khartoum
Pendudukan Jalur Gaza oleh Mesir
Pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Yordan
1967-1993[sunting | sunting sumber]
Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
1970 War of Attrition
Perang Yom Kippur 1973
Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978
Perang Lebanon 1982
Intifada pertama (1987 - 1991)
Perang Teluk 1990/1
1993-2000: Proses perdamaian Oslo[sunting | sunting sumber]

Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat berjabat tangan ,dipantau oleh Bill Clinton, pada penandatanganan Persetujuan Oslo pada 13 September 1993
Kesepakatan Damai Oslo antara Palestina dan Israel 1993
13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai".
28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.
Kerusuhan terowongan Al-Aqsa
September 1996. Kerusuhan terowongan Al-Aqsa. Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.
18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.
2000-sekarang: Intifada al-Aqsa[sunting | sunting sumber]

Peta wilayah Tembok Pemisah Israel.
Intifada al-Aqsa (2000-sekarang)
Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
Peta menuju perdamaian
Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan. [1]
Mei 2010 Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina
30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina
Berkas:Daily Life in Southern Israel under rocket fire.wmv.OGG
Klip video dari sebuah serangan roket di Israel Selatan, March 2009.



Sebuah roket Qassam ditembakkan dari sebuah daerah sipil di Gaza ke Israel selatan, Januari 2009.



Ledakan disebabkan oleh airstrike Israel di Gaza selama 2008-2009 Konflik Israel-Gaza, Januari 2009.

Situasi saat ini[sunting | sunting sumber]
Translation arrow icon
Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Konflik Israel dan Palestina di en.wikipedia.org. Isinya mungkin memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Pengguna yang mahir dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat)
Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
Keamanan Israel.
Keamanan Palestina.
Hakikat masa depan negara Palestina.
Nasib para pengungsi Palestina.
Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967.
Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan "kedua belah" pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.

PLO  Al-Fatah     Hamas       JIP
Plo emblem.png Fateh-logo.jpg    HamasLogo.jpg PIJ emblem.png
Lambang-lambang dari organisasi-organisasi utama Palestina termasuk peta wilayah Israel sekarang, Tepi Barat dan Jalur Gaza. (Sejumlah besar penduduk Palestina maupun Israel sama-sama mengklaim hak atas seluruh wilayah ini).
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.

Sebuah poster gerakan perdamaian: Bendera Israel dan bendera Palestina dan kata-kata Salaam dalam bahasa Arab dan Shalom dalam bahasa Ibrani. Gambar-gambar serupa telah digunakan oleh sejumlah kelompok yang menganjurkan solusi dua negara dalam konflik ini.
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer... yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini" [1] [2].
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud -- hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon -- kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
Korban[sunting | sunting sumber]
Korban sipil yang tewas akibat konflik Israel-Palestina, data berasal dari B'tselem dan Kementerian Luar Negeri Israel antara tahun 1987 hingga 2011[2][3][4][5]
(angka dalam tanda kurung merupakan korban yang berusia di bawah 18 tahun)
Tahun        Kematian
Palestina   Israel
2011 118 (13)     11 (5)
2010 81 (9)         8 (0)
2009 1034 (314) 9 (1)
2008 887 (128)   35 (4)
2007 385 (52)     13 (0)
2006 665 (140)   23 (1)
2005 190 (49)     51 (6)
2004 832 (181)   108 (8)
2003 588 (119)   185 (21)
2002 1032 (160) 419 (47)
2001 469 (80)     192 (36)
2000 282 (86)     41 (0)
1999 9 (0)  4 (0)
1998 28 (3)         12 (0)
1997 21 (5)         29 (3)
1996 74 (11)       75 (8)
1995 45 (5)         46 (0)
1994 152 (24)     74 (2)
1993 180 (41)     61 (0)
1992 138 (23)     34 (1)
1991 104 (27)     19 (0)
1990 145 (25)     22 (0)
1989 305 (83)     31 (1)
1988 310 (50)     12 (3)
1987 22 (5)         0 (0)
Total 7978 (1620)        1503 (142)
Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza berada di pusat konflik Israel-Palestina.
Etnisitas[sunting | sunting sumber]
Arab -- Yahudi -- Palestina
Agama[sunting | sunting sumber]
Islam -- Yudaisme -- Kristen
Geografi[sunting | sunting sumber]
Palestina (Tanah Israel)
Geografi Israel
Tepi Barat (Yudea dan Samaria)
Jalur Gaza
Tempat-tempat penting[sunting | sunting sumber]
Yerusalem -- Ma'alot -- Hebron -- Betlehem -- Gereja Kelahiran -- Kota Gaza -- Jenin -- Yerikho
Ideologi dan gagasan[sunting | sunting sumber]
Zionisme
Pan-Arabisme
Negara Yahudi
Usul-usul pembentukan negara Palestina
Laporan media[sunting | sunting sumber]
New Historians
Promises, sebuah film dokumenter yang dinominasi untuk Oscar
Laporan media tentang konflik Israel-Palestina
Charles Enderlin
Muhammed al-Dura
Organisasi dan angkatan bersenjata[sunting | sunting sumber]
Angkatan Pertahanan Israel
Gerakan anti Israel
Al-Fatah
Hamas
Hizbullah
Front Rakyat Pembebasan Palestina (FRPP)
Yayasan Bantuan dan Pembangunan Tanah Suci
Otoritas Palestina
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)
Jihad Islami Palestina
Tokoh[sunting | sunting sumber]
Israel
David Ben-Gurion -- Menachem Begin -- Shimon Peres -- Yitzhak Rabin -- Ariel Sharon -- Chaim Weizmann
Palestina

Konflik Arab-Israel
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
"Perang Arab-Israel" beralih ke halaman ini. Untuk perang tahun 1948, lihat 1948 Perang Arab-Israel.
Konflik Arab-Israel
Tanggal Mei 1948-sekarang
Fase utama: 1948-1973
Lokasi di Timur Tengah
hasil yang sedang berlangsung
Mesir-Israel Perjanjian Perdamaian
Kesepakatan Oslo
Perjanjian damai Israel-Yordania
DK PBB 1701
teritorial
perubahan pendudukan Israel dari Semenanjung Sinai (1956-1957; 1967-1982), Tepi Barat (1967-sekarang), Jalur Gaza (1967-2005), Golan Heights (1967-sekarang) dan Lebanon Selatan (1982-2000)
Pihak yang terlibat
  Israel Flag of Palestine.svg Palestina:
Flag of Hejaz 1917.svg AHW (1947-1949)
Flag of Hejaz 1917.svg Fedayeen (1949-1964)
Bendera Palestine.svg PLO (1964-2005)
  Jalur Gaza (2005-)
  Jordan (1948-1994)
  Mesir (1948-1979)
  Irak (1948)
  Suriah (1948)
  Lebanon (1948)
Rectangle.png emas Hizbullah (1982-)
Krisis Suez: (1956)
  Inggris Raya
Prancis
South Lebanon Konflik:
Bendera Pemerintah Panduan Lebanon.png SLA (1978-2000)
Perang Atrisi: (1967-1970)
  Uni Soviet
Didukung oleh: [show]
Didukung oleh: [show]
Komandan dan para pemimpin
Israel David Ben-Gurion
Israel Chaim Weizmann
Israel Yigael Yadin
Israel Yaakov Dori
Israel David Shaltiel
Israel Yitzhak Rabin
Israel Ariel Sharon
Israel Ehud Barak
Israel Isser Be'eri
Israel Moshe Dayan
Israel Yisrael Galili
Israel Yigal Allon
Israel Shimon Avidan
Israel Yitzhak Pundak
Israel Yisrael Amir
Jordan John Bagot Glubb
Jordan Habis al-Majali
Flag of Hejaz 1917.svg Abd al-Q. al-Husayni †
Flag of Hejaz 1917.svg Hasan Salama †
Tentara Pembebasan Arab (bb) .svg Fawzi Al-Qawuqji
Mesir Ahmed Ali al-Mwawi
Flag of Hejaz 1917.svg Haji Amin Al-Husseini
Mesir Raja Farouk I
Mesir Ahmad Ali al-Mwawi
Mesir Muhammad Naguib
Mesir Saad El Shazly
Korban dan kerugian
≈22,570 kematian militer [5]
≈1,723 kematian warga sipil [6]
90785 total kematian Arab [7]
Kedua belah pihak:
74,000 kematian militer
18.000 kematian warga sipil
(1945-1995) [8]
Palestina di bawah pendudukan Isrel









Konflik Arab-Israel (bahasa Arab: الصراع العربي الإسرائيلي Al-Sira'a Al'Arabi A'Israili; Ibrani: הסכסוך הישראלי-ערבי Ha'Sikhsukh Ha'Yisraeli-Aravi) mengacu pada ketegangan politik dan konflik militer antara tertentu negara-negara Arab dan Israel. Akar dari konflik Arab-Israel modern terikat dalam kebangkitan Zionisme dan nasionalisme Arab menjelang akhir abad ke-19. Wilayah dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai tanah air historis mereka juga dianggap oleh gerakan Pan-Arab sebagai historis dan saat ini milik orang-orang Arab Palestina, [9] dan dalam konteks Pan-Islam, seperti negeri-negeri Muslim. Konflik sektarian antara orang-orang Yahudi Palestina dan Arab muncul pada awal abad ke-20, memuncak menjadi perang saudara skala penuh pada tahun 1947 dan berubah menjadi Pertama Perang Arab-Israel Mei 1948 ini diikuti Deklarasi Pembentukan Negara Israel oleh David Ben-Gurion, Kepala Eksekutif Organisasi Zionis Dunia, yang menyatakan pembentukan sebuah negara Yahudi di Eretz-Israel dikenal sebagai negara Israel. [10]

Konflik telah bergeser selama bertahun-tahun dari konflik Arab-Israel kawasan skala besar untuk konflik Israel-Palestina lebih lokal, seperti permusuhan skala besar sebagian besar berakhir dengan perjanjian gencatan senjata, setelah 1973 Yom Kippur. Selanjutnya, kesepakatan damai ditandatangani antara Israel dan Mesir pada tahun 1979, dan Israel dan Yordania pada tahun 1994. Oslo Accords interim menyebabkan penciptaan Otoritas Nasional Palestina pada tahun 1994, meskipun perjanjian damai akhir belum dicapai. Sebuah gencatan senjata saat ini berdiri antara Israel dan Suriah, serta baru-baru ini dengan Lebanon (sejak 2006). Konflik antara Israel dan Hamas yang dikuasai Gaza, yang mengakibatkan 2.009 gencatan api (meskipun pertempuran terus sejak saat itu) biasanya juga dimasukkan sebagai bagian dari konflik Israel-Palestina dan karenanya konflik Arab-Israel. Meskipun perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania dan gencatan api umumnya ada, dunia Arab dan Israel umumnya tetap bertentangan satu sama lain atas wilayah tertentu, selain isu-isu lainnya.

Isi [hide]
1 Latar Belakang
1.1 Aspek Agama konflik
1.2 gerakan Nasional
1.3 Konflik Sektarian di Wajib Palestina
1.3.1 mandat tahun pertama dan perang Franco-Suriah
1.3.2 1929 peristiwa
1.3.3 1930-an dan 1940-an
Perang Saudara 1.4 di Wajib Palestina
2 Sejarah
Perang 2.1 1948 Arab-Israel
2.2 1949-1967
2.3 1967-1973
2.4 1974-2000
2.4.1 Mesir
2.4.2 Jordan
2.4.3 Irak
2.4.4 Lebanon
2.4.5 Palestina
2,5 2000-09
2.6 2010-sekarang
3 perang terkenal dan peristiwa kekerasan
4 Biaya konflik
5 Lihat juga
6 Referensi
7 Bacaan lebih lanjut
8 Pranala luar
8.1 Sumber-sumber pemerintah dan resmi
8.2 Media Regional
8.3 tank Pikirkan dan analisis strategis
Proposal Perdamaian 8.4
8.5 Maps
8.6 sumber Umum
Latar belakang [sunting]
Aspek religius konflik [sunting]
Beberapa kelompok yang menentang proses perdamaian memanggil argumen agama untuk posisi tanpa kompromi mereka. [11] Sejarah kontemporer konflik Arab-Israel sangat dipengaruhi oleh keyakinan agama dari berbagai sisi dan pandangan mereka tentang ide orang-orang terpilih di kebijakan mereka berkaitan dengan "Tanah yang Dijanjikan" dan "Terpilih Kota" Yerusalem. [12]

Tanah Kanaan atau Eretz Yisrael (Tanah Israel), menurut Alkitab Ibrani, yang dijanjikan oleh Allah untuk Bani Israel. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Pada tahun 1896 manifestonya, Negara Yahudi, Theodor Herzl berulang kali mengacu pada konsep Land Alkitab Perjanjian. [13] Likud saat ini partai politik Israel yang paling menonjol untuk menyertakan klaim Bibel ke Tanah Israel di platform. [14]

Muslim juga mengklaim hak atas tanah sesuai dengan Quran. [15] Bertentangan dengan klaim Yahudi bahwa tanah ini dijanjikan hanya untuk keturunan anak Abraham muda Isaac, mereka berpendapat bahwa Tanah Kanaan dijanjikan kepada apa yang mereka anggap anak sulung, Ismail, dari siapa Arab mengklaim keturunan. [15] Selain itu, umat Islam juga menghormati banyak situs suci bagi Alkitab Israel, seperti Gua para Leluhur dan Temple Mount. Dalam 1.400 tahun terakhir, umat Islam telah membangun landmark Islam di situs-situs Israel kuno, seperti Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsa di Temple Mount, situs paling suci dalam Yudaisme. Ini telah membawa dua kelompok ke dalam konflik atas kepemilikan sah Yerusalem. Ajaran Islam adalah bahwa Muhammad melewati Yerusalem dalam perjalanan pertamanya ke surga. Hamas, yang mengatur Jalur Gaza, mengklaim bahwa semua tanah Palestina (wilayah Israel dan Palestina saat ini) adalah wakaf Islam yang harus diatur oleh umat Islam. [16]

Kristen Zionis sering mendukung negara Israel karena leluhur hak orang-orang Yahudi ke Tanah Suci, seperti yang disarankan, misalnya, oleh Paulus dalam Roma 11 Zionisme Kristen mengajarkan bahwa kembalinya orang-orang Yahudi di Israel merupakan prasyarat untuk Kedatangan Kedua Kristus. [17] [18]

Gerakan Nasional [sunting]
Akar Arab-Israel kebohongan konflik modern di munculnya Zionisme dan nasionalisme Arab reaksioner yang muncul dalam menanggapi Zionisme menjelang akhir abad ke-19. Wilayah dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai tanah air historis mereka juga dianggap oleh gerakan Pan-Arab sebagai historis dan saat ini milik orang-orang Arab Palestina. Sebelum Perang Dunia I, Timur Tengah, termasuk Palestina (kemudian Wajib Palestina), telah berada di bawah kendali Kekaisaran Ottoman selama hampir 400 tahun. Selama tahun-tahun menutup kerajaan mereka, Ottoman mulai dukung identitas etnis Turki mereka, menegaskan keunggulan Turki dalam wilayah kerajaan, yang mengarah ke diskriminasi terhadap orang-orang Arab. [19] Janji pembebasan dari Ottoman dipimpin banyak orang Yahudi dan Arab untuk mendukung kekuatan sekutu selama Perang Dunia I, menyebabkan munculnya nasionalisme Arab meluas. Kedua nasionalisme Arab dan Zionisme memiliki awal formulative mereka di Eropa. The Kongres Zionis didirikan di Basel pada tahun 1897, sedangkan "Arab Club" didirikan di Paris pada tahun 1906.

Pada akhir abad ke-19 Eropa dan komunitas Yahudi Timur Tengah mulai semakin berimigrasi ke Palestina dan membeli tanah dari tuan tanah Ottoman lokal. Populasi akhir abad 19 di Palestina mencapai 600.000 - Arab sebagian besar Muslim, tapi juga minoritas yang signifikan dari orang-orang Yahudi, Kristen, Druze dan beberapa orang Samaria dan Bahai itu. Pada saat itu, Yerusalem tidak melampaui wilayah tembok dan memiliki populasi hanya beberapa puluh ribu. Pertanian kolektif, yang dikenal sebagai kibbutz, didirikan, seperti kota seluruhnya Yahudi pertama di zaman modern, Tel Aviv.

Selama 1915-1916, seperti Perang Dunia I sedang berlangsung, Komisaris Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon, diam-diam berhubungan dengan Husain bin 'Ali, patriark dari keluarga Hashemite dan gubernur Ottoman Mekkah dan Madinah. McMahon meyakinkan Husain untuk memimpin suatu pemberontakan Arab terhadap Kekaisaran Ottoman, yang selaras dengan Jerman melawan Inggris dan Perancis dalam perang. McMahon berjanji bahwa jika orang-orang Arab mendukung Inggris dalam perang, pemerintah Inggris akan mendukung pembentukan sebuah negara Arab merdeka di bawah kekuasaan Hashemite di provinsi Arab dari Kekaisaran Ottoman, termasuk Palestina. Pemberontakan Arab, dipimpin oleh TE Lawrence ("Lawrence of Arabia") dan anak Husein Faysal, berhasil mengalahkan Ottoman, dan Inggris mengambil kendali atas sebagian besar wilayah ini.

Konflik sektarian di Wajib Palestina [sunting]
Artikel utama: konflik sektarian di Wajib Palestina
Perang pertama mandat tahun dan Franco-Suriah [sunting]
Pada tahun 1917, Palestina ditaklukkan oleh pasukan Inggris (termasuk Legiun Yahudi). Pemerintah Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang menyatakan bahwa pemerintah dipandang menguntungkan "pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi", tetapi "tidak ada yang harus dilakukan yang dapat merugikan hak-hak sipil dan keagamaan dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina ". Deklarasi itu dikeluarkan sebagai hasil dari kepercayaan anggota kunci pemerintah, termasuk Perdana Menteri David Lloyd George, bahwa dukungan Yahudi penting untuk memenangkan perang; Namun, deklarasi menyebabkan keresahan besar di dunia Arab. [20] Setelah perang, wilayah berada di bawah kekuasaan Inggris sebagai Mandat Britania atas Palestina. Daerah diamanatkan kepada Inggris pada tahun 1923 termasuk apa yang saat ini Israel, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Yordan akhirnya diukir menjadi protektorat Inggris yang terpisah - Emirat Yordan, yang memperoleh status otonom pada tahun 1928 dan mencapai kemerdekaan penuh pada tahun 1946 dengan persetujuan oleh PBB akhir Mandat Britania.

Sebuah krisis besar di antara kaum nasionalis Arab berlangsung dengan pembentukan gagal Arab Kerajaan Suriah pada 1920 Dengan hasil bencana dari Perang Perancis-Suriah, yang memproklamirkan diri Hashemite kerajaan dengan ibukota di Damaskus dikalahkan dan penguasa Hashemite berlindung di Irak wajib. Krisis melihat konfrontasi pertama pasukan Arab dan Yahudi nasionalis, yang terjadi dalam Pertempuran Tel Hai Maret 1920, tetapi yang lebih penting runtuhnya kerajaan pan-Arabist menyebabkan pembentukan versi Palestina lokal nasionalisme Arab, dengan kembalinya haji Amin al-Husseini dari Damaskus ke Yerusalem pada akhir 1920.

Pada titik waktu ini imigrasi Yahudi ke Palestina Wajib melanjutkan, sementara beberapa pendapat serupa, tetapi kurang didokumentasikan, imigrasi juga terjadi di sektor Arab, membawa pekerja dari Suriah dan daerah tetangga lainnya. Arab Palestina melihat masuknya cepat ini imigran Yahudi sebagai ancaman ke tanah air mereka dan identitas mereka sebagai orang. Selain itu, kebijakan Yahudi pembelian tanah dan melarang kerja Arab di industri milik Yahudi dan peternakan sangat marah masyarakat Arab Palestina. [21] [verifikasi diperlukan] Demonstrasi diadakan pada awal 1920, memprotes apa yang orang-orang Arab merasa itu tidak adil preferensi untuk imigran Yahudi yang ditetapkan oleh mandat Inggris yang memerintah Palestina pada saat itu. Kebencian ini menyebabkan pecahnya kekerasan akhir tahun itu, sebagai al-Husseini menghasut kerusuhan pecah di Yerusalem. Winston Churchill 1922 White Paper mencoba meyakinkan penduduk Arab, menyangkal bahwa pembentukan negara Yahudi itu maksud dari Deklarasi Balfour.

1929 peristiwa [sunting]
Pada tahun 1929, setelah demonstrasi oleh kelompok politik Vladimir Jabotinsky Betar di Tembok Barat, kerusuhan dimulai di Yerusalem dan berkembang di seluruh Wajib Palestina; Arab dibunuh 67 orang Yahudi di kota Hebron, dalam apa yang dikenal sebagai pembantaian Hebron.


Sebuah bus Yahudi dilengkapi dengan layar kawat untuk melindungi terhadap batu, kaca, dan granat lempar, akhir 1930-an
Selama minggu dari 1.929 kerusuhan, setidaknya 116 orang Arab dan Yahudi 133 [22] tewas dan 339 terluka. [23]

1930-an dan 1940-an [sunting]
Oleh 1931, 17 persen dari populasi Wajib Palestina adalah orang Yahudi, meningkat dari enam persen sejak 1922 [24] imigrasi Yahudi memuncak segera setelah Nazi berkuasa di Jerman, menyebabkan penduduk Yahudi di Palestina Inggris untuk menggandakan. [25 ]

Pada pertengahan 1930-an Izz ad-Din al-Qassam tiba dari Suriah dan mendirikan Black Hand, sebuah organisasi militan anti-Zionis dan anti-Inggris. Dia direkrut dan mengatur pelatihan militer bagi petani dan oleh 1935 ia telah terdaftar antara 200 dan 800 orang. Sel-sel yang dilengkapi dengan bom dan senjata api, yang mereka gunakan untuk membunuh pemukim Yahudi di daerah, serta terlibat dalam kampanye vandalisme perkebunan pemukim Yahudi. [26] Pada tahun 1936, meningkatnya ketegangan menyebabkan 1936-1939 pemberontakan Arab di Palestina. [27]

Menanggapi tekanan Arab, [28] otoritas Mandat Inggris sangat mengurangi jumlah imigran Yahudi ke Palestina (lihat White Paper 1939 dan Keluaran SS). Pembatasan ini tetap berlaku sampai akhir mandat, periode yang bertepatan dengan Holocaust Nazi dan penerbangan pengungsi Yahudi dari Eropa. Akibatnya, sebagian besar pendatang Yahudi Wajib Palestina dianggap ilegal (lihat Aliyah Bet), menyebabkan ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut. Setelah beberapa kali gagal untuk memecahkan masalah diplomatik, Inggris meminta PBB yang baru dibentuk untuk membantu. Pada tanggal 15 Mei 1947, Majelis Umum menunjuk sebuah komite, yang UNSCOP, terdiri dari perwakilan dari sebelas negara. [29] [30] Setelah lima minggu in Untuk membuat panitia lebih netral, tidak ada negara besar diwakili. studi negara, Komite melaporkan kepada Majelis Umum pada tanggal 3 September 1947 [31] Laporan itu berisi mayoritas dan minoritas rencana. Mayoritas mengusulkan Rencana Pemisahan dengan Uni Ekonomi. Minoritas yang diusulkan The Independent State of Palestine. Dengan hanya sedikit modifikasi, Rencana Pemisahan dengan Uni Ekonomi adalah satu-satunya adopsi dan implementasi yang direkomendasikan dalam resolusi 181 (II) dari 29 November 1947 [32] Resolusi tersebut diadopsi oleh 33 suara untuk 13 dengan 10 abstain . Semua enam negara Arab yang UN-anggota memberikan suara menentang. Di tanah, Arab dan Yahudi Palestina berperang secara terbuka untuk mengontrol posisi strategis di wilayah tersebut. Beberapa kekejaman utama yang dilakukan oleh kedua belah pihak. [33]

Perang Saudara di Palestina Wajib [sunting]
Peta membandingkan perbatasan rencana partisi 1947 dan gencatan senjata tahun 1949.
Batas didefinisikan dalam rencana partisi PBB 1947:

   Daerah ditugaskan untuk negara Yahudi;
     Lokasi ditugaskan untuk negara Arab;
     Corpus separatum Yerusalem (tidak Yahudi atau Arab).
Gencatan Senjata Demarkasi Garis 1949:

     Wilayah Arab sampai 1967;
       Israel
Pada minggu-minggu sebelum akhir Mandat Haganah meluncurkan sejumlah serangan di mana mereka mendapatkan kontrol atas semua wilayah yang dialokasikan oleh PBB untuk Negara Yahudi, menciptakan sejumlah besar pengungsi dan menangkap kota-kota Tiberias, Haifa, Safad, Beisan dan, pada dasarnya, Jaffa.

Awal tahun 1948, Inggris mengumumkan niat perusahaan untuk mengakhiri mandatnya di Palestina pada 14 Mei [34] Sebagai tanggapan, Presiden AS Harry S. Truman membuat pernyataan pada tanggal 25 Maret mengusulkan perwalian PBB bukan partisi, yang menyatakan bahwa "sayangnya , telah menjadi jelas bahwa rencana partisi tidak dapat dilakukan saat ini dengan cara damai. ... kecuali tindakan darurat yang diambil, tidak akan ada otoritas publik di Palestina pada tanggal tersebut mampu menjaga hukum dan ketertiban. Kekerasan dan pertumpahan darah akan turun atas Tanah Suci. skala besar pertempuran antara orang-orang dari negara yang akan menjadi hasil yang tak terelakkan. "[35]

Sejarah [sunting]
Artikel utama: Sejarah konflik Arab-Israel
1948 Perang Arab-Israel [sunting]
Artikel utama: Perang Arab-Israel 1948
Pada tanggal 14 Mei 1948, hari di mana Mandat Inggris atas Palestina berakhir, Dewan Rakyat Yahudi berkumpul di Aviv Museum Tel, dan menyetujui proklamasi yang menyatakan pembentukan sebuah negara Yahudi di Eretz Israel, dikenal sebagai Negara Israel. [36] ada tidak menyebutkan perbatasan negara baru selain itu di Eretz Israel. Dalam sebuah telegram resmi dari Sekretaris Jenderal Liga Arab kepada Sekretaris Jenderal PBB pada tanggal 15 Mei 1948, Arab menyatakan secara terbuka bahwa Pemerintah Arab ditemukan "diri mereka dipaksa untuk campur tangan untuk tujuan tunggal untuk memulihkan perdamaian dan keamanan dan membangun hukum dan ketertiban di Palestina. "(Ayat 10 (e)). Selanjutnya dalam Pasal 10 (e) - "Pemerintah-pemerintah negara-negara Arab dengan ini mengkonfirmasi pada tahap ini pandangan yang telah berulang kali dinyatakan oleh mereka pada kesempatan sebelumnya, seperti Konferensi London dan sebelum PBB terutama, satu-satunya yang adil dan hanya solusi untuk masalah Palestina adalah penciptaan Amerika Negara Palestina berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi ... "

Hari itu, tentara Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Irak menginvasi / campur tangan dalam apa yang baru saja berhenti menjadi Mandat Inggris, menandai awal 1948 Perang Arab-Israel. Angkatan Pertahanan Israel yang baru lahir jijik negara-negara Arab dari bagian dari wilayah-wilayah pendudukan, sehingga memperluas perbatasannya di luar partisi UNSCOP asli. [37] Pada bulan Desember tahun 1948, Israel menguasai sebagian besar porsi Mandat Palestina di sebelah barat Sungai Yordan. Sisa dari Mandat terdiri dari Jordan, daerah yang kemudian disebut Tepi Barat (dikontrol oleh Jordan), dan Jalur Gaza (Mesir dikontrol oleh). Sebelum dan selama konflik ini, 713.000 orang Arab [38] Palestina melarikan diri tanah asli mereka untuk menjadi pengungsi Palestina, sebagian, karena janji dari para pemimpin Arab bahwa mereka akan dapat kembali ketika perang telah dimenangkan, dan juga di bagian karena serangan terhadap desa-desa Palestina dan kota-kota oleh pasukan Israel dan kelompok militan Yahudi. [39] Banyak warga Palestina melarikan diri dari wilayah yang sekarang Israel saat ini sebagai respon terhadap pembantaian kota-kota Arab oleh organisasi-organisasi Yahudi militan seperti Irgun dan Stern Gang (Lihat Deir Yassin). Perang berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Gencatan Senjata 1949 antara Israel dan masing-masing dari tetangga Arabnya.






Tentara Palestina-Israel


Sebelum adopsi oleh PBB Resolusi 181 pada bulan November 1947 dan deklarasi Negara Israel Mei 1948, beberapa negara Arab mengadopsi langkah-langkah diskriminatif terhadap populasi Yahudi lokal mereka. Status warga Yahudi di negara-negara Arab memburuk secara dramatis selama 1948 perang Israel-Arab. Mayor kerusuhan anti-Yahudi meletus di seluruh Dunia Arab pada bulan Desember 1947, dan komunitas Yahudi dipukul sangat sulit di Suriah dan Aden, dengan ratusan tewas dan terluka. Pada pertengahan 1948, hampir semua komunitas Yahudi di negara-negara Arab telah menderita serangan dan status mereka memburuk. Yahudi di bawah rezim Islam tumbang dari residensi lama atau menjadi sandera politik konflik Arab-Israel. Akibatnya, sejumlah besar orang Yahudi melarikan diri atau dipaksa untuk pindah dari negara-negara Arab dan negara-negara Muslim lainnya. Kekerasan anti-Yahudi dan penganiayaan memulai gelombang pertama eksodus, dengan banyak berikut. Di Libya, orang-orang Yahudi tidak diberi kewarganegaraan, dan di Irak, harta benda mereka dirampas. [40] Mesir diusir sebagian besar komunitas Yahudi pada tahun 1956, sementara Aljazair membantah orang-orang Yahudi yang kewarganegaraan, setelah kemerdekaannya pada tahun 1962 Sebagian besar melarikan diri karena memburuknya kondisi politik, meskipun beberapa beremigrasi karena alasan ideologis. [41]

1949-1967 [sunting]
Sebagai hasil dari kemenangan Israel dalam Perang Arab-Israel 1948, setiap orang Arab tertangkap di sisi yang salah dari garis gencatan senjata tidak dapat kembali ke rumah mereka dalam apa yang menjadi Israel. Demikian juga, setiap orang Yahudi di Tepi Barat atau di Gaza diasingkan dari properti dan rumah mereka untuk Israel. Pengungsi Palestina hari ini adalah keturunan dari orang-orang yang meninggalkan, tanggung jawab untuk eksodus mereka menjadi masalah sengketa antara Israel dan pihak Palestina. [42] [43] Lebih dari 700.000 orang Yahudi beremigrasi ke Israel antara tahun 1948 dan 1952, dengan sekitar 285.000 dari mereka dari negara-negara Arab. [44] [41]

Pada tahun 1956, Mesir menutup Selat Tiran untuk pengiriman Israel, dan memblokade Teluk Aqaba, bertentangan dengan Konvensi Konstantinopel dari tahun 1888 Banyak berpendapat bahwa ini juga merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Gencatan Senjata 1949. [45] [46] Pada 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasi Terusan Suez Perusahaan, dan menutup kanal untuk pengiriman Israel. [47] Israel menanggapi pada tanggal 29 Oktober 1956, dengan menginvasi Semenanjung Sinai dengan dukungan Inggris dan Perancis. Selama Krisis Suez, Israel merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai. Amerika Serikat dan PBB segera ditekan menjadi gencatan senjata. [47] [48] Israel setuju untuk mundur dari wilayah Mesir. Mesir setuju untuk kebebasan navigasi di kawasan ini dan demiliterisasi Sinai. PBB Darurat Force (UNEF) diciptakan dan digunakan untuk mengawasi demiliterisasi tersebut. [49] UNEF hanya digunakan di sisi Mesir perbatasan, karena Israel menolak untuk mengizinkan mereka di wilayahnya. [50]

Israel menyelesaikan pekerjaan pada pembawa air nasional, sebuah proyek rekayasa besar yang dirancang untuk mentransfer alokasi Israel perairan sungai Jordan menuju selatan negara itu dalam realisasi mimpi Ben-Gurion dari pemukiman Yahudi massa gurun Negev. Orang-orang Arab menanggapi dengan mencoba mengalihkan hulu sungai Yordan, yang mengarah ke konflik yang berkembang antara Israel dan Suriah. [51]

PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) pertama kali didirikan pada tahun 1964, di bawah piagam termasuk komitmen untuk "[t] ia pembebasan Palestina [yang] akan menghancurkan kehadiran Zionis dan imperialis ..." (PLO Charter, Pasal 22, 1968 ).

Pada tanggal 19 Mei 1967, Mesir mengusir pengamat UNEF, [52] dan disebarkan 100.000 tentara di Semenanjung Sinai. [53] Lagi menutup Selat Tiran untuk pengiriman Israel, [54] [55] kembali wilayah dengan cara itu adalah pada tahun 1956 ketika Israel memblokade.

Pada tanggal 30 Mei 1967, Jordan menandatangani pakta pertahanan bersama dengan Mesir. Mesir mengerahkan unit Sinai, melintasi garis PBB (setelah diusir monitor perbatasan PBB) dan dimobilisasi dan berkumpul di perbatasan selatan Israel. Pada tanggal 5 Juni, Israel melancarkan serangan terhadap Mesir. Angkatan Udara Israel (IAF) menghancurkan sebagian Angkatan Udara Mesir dalam serangan mendadak, kemudian berbelok ke timur untuk menghancurkan angkatan udara Yordania, Suriah dan Irak. [56] Pemogokan ini adalah elemen penting dalam kemenangan Israel di Enam Hari perang. [53] [55] pada akhir perang, Israel telah menguasai Semenanjung Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur), pertanian Shebaa, dan Dataran Tinggi Golan. Hasil perang mempengaruhi geopolitik daerah untuk hari ini.

1967-1973 [sunting]

Pasukan Mesir melintasi Terusan Suez pada 7 Oktober 1973
Pada akhir Agustus 1967, para pemimpin Arab bertemu di Khartoum dalam menanggapi perang, untuk membahas posisi Arab terhadap Israel. Mereka mencapai konsensus bahwa tidak boleh ada pengakuan, tidak ada perdamaian, dan tidak ada negosiasi dengan negara Israel, yang disebut "tiga no ini". [57]

Pada tahun 1969, Mesir memprakarsai Perang Atrisi, dengan tujuan melelahkan Israel untuk menyerahkan Semenanjung Sinai. [58] Perang berakhir setelah kematian Gamal Abdel Nasser pada tahun 1970.

Pada tanggal 6 Oktober 1973, Suriah dan Mesir mengadakan serangan mendadak Israel di Yom Kippur, hari paling suci dalam kalender Yahudi. Militer Israel tertangkap basah dan siap, dan butuh waktu sekitar tiga hari untuk sepenuhnya memobilisasi. [59] [60] Hal ini menyebabkan negara-negara Arab lain untuk mengirim pasukan untuk memperkuat Mesir dan Suriah. Selain itu, negara-negara Arab sepakat untuk menegakkan embargo minyak pada negara-negara industri termasuk Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Eropa Barat. Negara-negara OPEC menaikkan harga minyak empat kali lipat, dan digunakan sebagai senjata politik untuk memperoleh dukungan terhadap Israel. [61] The Yom Kippur ditampung konfrontasi langsung antara AS dan Uni Soviet. Ketika Israel telah mengubah gelombang perang, Uni Soviet mengancam intervensi militer. Amerika Serikat, waspada terhadap perang nuklir, dijamin gencatan senjata pada 25 Oktober [59] [60]

1974-2000 [sunting]
Mesir [sunting]
Informasi lebih lanjut: hubungan Mesir-Israel

Mulailah, Carter dan Sadat di Camp David
Setelah Camp David pada akhir 1970-an, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian perdamaian Maret 1979 Dalam ketentuan tersebut, Semenanjung Sinai kembali ke tangan Mesir, dan Jalur Gaza tetap berada di bawah kendali Israel, untuk dimasukkan dalam negara Palestina di masa depan . Perjanjian tersebut juga disediakan untuk masuknya kapal secara bebas Israel melalui Terusan Suez dan pengakuan dari Selat Tiran dan Teluk Aqaba sebagai jalur air internasional.

Jordan [sunting]
Informasi lebih lanjut: hubungan Israel-Yordania
Pada bulan Oktober tahun 1994, Israel dan Yordania menandatangani perjanjian perdamaian, yang ditetapkan gotong royong, mengakhiri permusuhan, penetapan perbatasan Israel-Yordania, dan resolusi isu-isu lainnya. Konflik di antara mereka memiliki biaya sekitar 18,3 miliar dolar. Penandatanganan juga terkait erat dengan upaya untuk menciptakan perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mewakili Otoritas Nasional Palestina (PNA). Itu ditandatangani di perbatasan selatan Araba pada tanggal 26 Oktober 1994 dan membuat Jordan hanya negara Arab kedua (setelah Mesir) untuk menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

Irak [sunting]
Informasi lebih lanjut: hubungan Irak-Israel
Israel dan Irak telah musuh bebuyutan sejak 1948 Irak mengirim pasukannya untuk berpartisipasi dalam 1948 Perang Arab-Israel, dan kemudian didukung Mesir dan Suriah pada tahun 1967 Perang Enam Hari dan di 1973 Perang Yom Kippur.

Pada bulan Juni 1981, Israel menyerang dan menghancurkan fasilitas nuklir baru dibangun Irak dalam Operasi Opera.

Selama Perang Teluk pada tahun 1991, Irak menembakkan 39 rudal Scud ke Israel, dengan harapan menyatukan dunia Arab terhadap koalisi yang berusaha untuk membebaskan Kuwait. Atas perintah dari Amerika Serikat, Israel tidak menanggapi serangan ini untuk mencegah wabah yang lebih besar dari perang.

Lebanon [sunting]
Informasi lebih lanjut: konflik Israel-Lebanon, hubungan Israel-Lebanon dan Palestina pemberontakan di Lebanon Selatan
Pada tahun 1970, menyusul perang sipil diperpanjang, Raja Hussein mengusir Organisasi Pembebasan Palestina dari Yordania. September 1970 dikenal sebagai Black September dalam sejarah Arab dan kadang-kadang disebut sebagai "era peristiwa disesalkan". Itu sebulan ketika Hashemite Raja Hussein dari Yordania pindah ke membatalkan otonomi organisasi Palestina dan mengembalikan kekuasaan monarki-nya seluruh negeri. [62] Kekerasan mengakibatkan kematian puluhan ribu orang, Palestina sebagian besar. [63 ] konflik bersenjata berlangsung sampai Juli 1971 dengan pengusiran PLO dan ribuan pejuang Palestina ke Libanon. PLO dimukimkan di Lebanon, dari yang dipentaskan serangan ke Israel. Pada tahun 1978, Israel melancarkan Operasi Litani, di mana ia bersama-sama dengan Tentara Lebanon Selatan memaksa PLO mundur utara sungai Litani. Pada tahun 1981 konflik lain antara Israel dan PLO pecah, yang berakhir dengan perjanjian gencatan senjata yang tidak memecahkan inti dari konflik. Pada bulan Juni 1982, Israel menginvasi Lebanon. Dalam waktu dua bulan PLO setuju untuk menarik situ.

Pada bulan Maret 1983, Israel dan Lebanon menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun, Suriah menekan Presiden Amine Gemayel ke meniadakan gencatan senjata Maret 1984 Pada tahun 1985, pasukan Israel mundur ke strip selatan 15 km lebar dari Lebanon, berikut ini yang konflik terus pada skala yang lebih rendah, dengan korban yang relatif rendah di kedua sisi. Pada tahun 1993 dan 1996, Israel melancarkan operasi besar-besaran terhadap milisi Syiah Hizbullah, yang telah menjadi ancaman yang muncul. Pada bulan Mei 2000, pemerintah yang baru terpilih Ehud Barak resmi penarikan dari Lebanon Selatan, memenuhi janji pemilu untuk melakukannya dengan baik menjelang tenggat waktu diumumkan. Penarikan memimpin tergesa-gesa untuk runtuhnya langsung dari Tentara Lebanon Selatan, dan banyak anggota baik ditangkap atau melarikan diri ke Israel.

Pada tahun 2006, sebagai tanggapan terhadap Hizbullah lintas batas serangan, Israel meluncurkan serangan udara pada Hizbullah benteng di Libanon Selatan, mulai Perang Libanon 2006. Perang meyakinkan berlangsung selama 34 hari, dan mengakibatkan pembentukan zona penyangga di Libanon Selatan dan penyebaran pasukan Libanon selatan sungai Litani untuk pertama kalinya sejak tahun 1960-an. Pemerintah Israel di bawah Ehud Olmert mendapat kecaman keras untuk penanganan perang di Komisi Winograd.

Palestina [sunting]
Informasi lebih lanjut: konflik Israel-Palestina
Tahun 1970-an ditandai oleh sejumlah besar, serangan teroris internasional utama, termasuk pembantaian Bandara Lod dan Olimpiade Munich Massacre tahun 1972, dan Penyanderaan Entebbe Mengambil pada tahun 1976, dengan lebih dari 100 sandera Yahudi kebangsaan yang berbeda diculik dan ditahan di Uganda.

Pada bulan Desember 1987, Intifadah Pertama dimulai. Pertama Intifada adalah pemberontakan Palestina massa terhadap pemerintah Israel di wilayah Palestina. [64] Pemberontakan dimulai di kamp pengungsi Jabalia dan dengan cepat menyebar ke seluruh Gaza dan Tepi Barat. Tindakan Palestina berkisar dari pembangkangan sipil dengan kekerasan. Selain pemogokan umum, boikot produk Israel, grafiti dan barikade, demonstrasi Palestina yang termasuk pelemparan batu oleh pemuda melawan Angkatan Pertahanan Israel membawa perhatian internasional Intifada. Tanggapan berat tangan Israel tentara untuk demonstrasi, dengan peluru tajam, pemukulan dan penangkapan massal, membawa kecaman internasional. PLO, yang sampai saat itu tidak pernah diakui sebagai pemimpin rakyat Palestina oleh Israel, diundang untuk perundingan perdamaian pada tahun berikutnya, setelah mengakui Israel dan meninggalkan terorisme.


Yitzhak Rabin, Bill Clinton, dan Yasser Arafat di Oslo Accords upacara penandatanganan pada September 13, 1993

Yitzhak Rabin, Bill Clinton, dan Yasser Arafat di Oslo Accords upacara penandatanganan pada September 13, 1993
Pada pertengahan 1993, perwakilan Israel dan Palestina terlibat dalam pembicaraan damai di Oslo, Norwegia. Akibatnya, pada bulan September 1993, Israel dan PLO menandatangani Persetujuan Oslo, yang dikenal sebagai Deklarasi Prinsip-prinsip atau Oslo I; dalam huruf sisi, Israel mengakui PLO sebagai wakil sah rakyat Palestina sementara PLO mengakui hak negara Israel untuk eksis dan meninggalkan terorisme, kekerasan dan keinginan untuk menghancurkan Israel.

Perjanjian Oslo II ditandatangani pada tahun 1995 dan rinci pembagian Tepi Barat ke Wilayah A, B, dan C. area adalah tanah di bawah kontrol sipil Palestina penuh. Di area, Palestina juga bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri. Perjanjian Oslo tetap dokumen penting dalam hubungan Israel-Palestina.







Pemimpin Israel dan palestina


2000-09 [sunting]
Kedua Intifada memaksa Israel untuk memikirkan kembali hubungan dan kebijakan terhadap Palestina. Setelah serangkaian pemboman bunuh diri dan serangan, tentara Israel melancarkan Operasi Defensive Shield. Itu adalah operasi militer terbesar yang dilakukan oleh Israel sejak Perang Enam Hari. [65]

Sebagai kekerasan antara tentara Israel dan militan Palestina intensif, Israel memperluas aparat keamanan di seluruh Tepi Barat dengan mengambil kembali banyak bagian tanah di area A. Israel mendirikan sebuah sistem yang rumit dari hambatan dan pos pemeriksaan di sekitar wilayah Palestina utama untuk mencegah kekerasan dan melindungi permukiman Israel. Namun, sejak tahun 2008, IDF telah perlahan-lahan mengalihkan kewenangan kepada pasukan keamanan Palestina. [66] [67] [68]

Perdana menteri Israel Ariel Sharon memulai kebijakan pelepasan dari Gaza dari Jalur Gaza pada tahun 2003 kebijakan ini sepenuhnya dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 [69] pengumuman Sharon untuk melepaskan diri dari Gaza datang sebagai kejutan besar untuk kritik baik di sebelah kiri dan di sebelah kanan. Setahun sebelumnya, ia telah berkomentar bahwa nasib pemukiman paling jauh melemparkan di Gaza, Netzararem dan Kfar Darom, dianggap dalam cahaya yang sama seperti yang dilakukan Tel Aviv. [70] pengumuman resmi untuk mengevakuasi tujuh belas pemukiman Gaza dan satu lagi empat di Tepi Barat pada bulan Februari 2004 merupakan pembalikan pertama bagi gerakan pemukim sejak 1968 ini membagi partainya. Hal ini sangat didukung oleh Menteri Perdagangan dan Industri Ehud Olmert dan Tzipi Livni, Menteri Imigrasi dan Penyerapan, namun Menteri Luar Negeri Silvan Shalom dan Menteri Keuangan Benjamin Netanyahu mengecam keras itu. Itu juga belum pasti apakah ini hanya awal evakuasi lebih lanjut. [71]


Aftermath dari Sbarro restoran pizza bom bunuh diri. 15 warga sipil Israel tewas dan lebih dari 130 terluka dalam serangan itu.
Pada tanggal 16 Maret 2003, Rachel Corrie, seorang aktivis perdamaian Amerika dihancurkan sampai mati oleh Angkatan Pertahanan (IDF) buldoser Israel di Rafah, Gaza, selama protes non-kekerasan pembongkaran rumah warga Palestina Israel. [72] Corrie berdiri dalam konfrontasi dengan buldoser selama tiga jam mengenakan jaket oranye cerah dan membawa megafon. [72] Meskipun pemerintah Israel telah membantah bertanggung jawab dalam insiden itu dan memerintah kematiannya sebagai kecelakaan, beberapa laporan saksi mata mengatakan bahwa operasi tentara Israel buldoser sengaja berlari hatinya. [72] [73]

Pada bulan Juni 2006, militan Hamas menyusup ke sebuah pos militer di dekat sisi Israel dari Jalur Gaza dan menculik tentara Israel Gilad Shalit. Dua tentara IDF tewas dalam serangan itu, sementara Shalit terluka setelah tanknya dipukul dengan RPG. Tiga hari kemudian Israel melancarkan Operasi Musim Panas Rains untuk menjamin pembebasan Shalit. [74] Ia disandera oleh Hamas, yang melarang Palang Merah Internasional dari melihat dia, sampai 18 Oktober 2011, ketika ia ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina. [75] [76]

Pada bulan Juli 2006, pejuang Hizbullah menyeberangi perbatasan dari Libanon ke Israel, menyerang dan menewaskan delapan tentara Israel, dan menculik dua orang lainnya sebagai sandera, berangkat 2006 Perang Libanon yang menyebabkan banyak kerusakan di Lebanon. [77] Sebuah gencatan senjata yang disponsori PBB pergi berlaku pada 14 Agustus 2006, secara resmi mengakhiri konflik. [78] konflik itu menewaskan lebih dari seribu Lebanon dan lebih dari 150 warga Israel, [79] [80] [81] [82] [83] [84] [85] parah rusak infrastruktur sipil Lebanon, dan pengungsi sekitar satu juta Lebanon [86] dan 300,000-500,000 Israel, meskipun sebagian besar dapat kembali ke rumah mereka. [87] [88] [89] Setelah gencatan senjata, beberapa bagian Lebanon Selatan tetap dihuni karena bom-bom cluster yang belum meledak Israel. [90]

Sebagai buntut dari Pertempuran Gaza, di mana Hamas menguasai Jalur Gaza dalam perang saudara kekerasan dengan Fatah, Israel menempatkan pembatasan di perbatasan dengan Gaza perbatasan dan berakhir kerjasama ekonomi dengan kepemimpinan Palestina berbasis di sana. Israel dan Mesir telah memberlakukan blokade atas Jalur Gaza sejak 2007 Israel mempertahankan blokade diperlukan untuk membatasi serangan roket Palestina dari Gaza dan untuk mencegah Hamas dari penyelundupan roket canggih dan senjata mampu memukul kota-kotanya. [72]

Pada tanggal 6 September 2007, dalam Operasi Orchard, Israel membom sebuah kompleks Suriah timur yang disinyalir reaktor nuklir yang dibangun dengan bantuan dari Korea Utara. [91] Israel juga membom Suriah pada tahun 2003.

Pada bulan April 2008, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada surat kabar Qatar bahwa Suriah dan Israel telah membahas perjanjian damai selama setahun, dengan Turki sebagai perantara. Hal ini diperkuat Mei 2008 oleh juru bicara Perdana Menteri Ehud Olmert. Serta perjanjian perdamaian, masa depan Golan Heights yang sedang dibahas. Presiden Assad mengatakan "tidak akan ada perundingan langsung dengan Israel sampai presiden baru AS mengambil kantor." [92]

Berbicara di Yerusalem pada tanggal 26 Agustus 2008, maka Amerika Serikat Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice mengkritik peningkatan pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat sebagai merugikan proses perdamaian. Komentar Rice datang di tengah laporan bahwa pembangunan Israel di wilayah sengketa telah meningkat dengan faktor 1,8 dari tahun 2007 tingkat. [93]

Sebuah rapuh enam bulan gencatan senjata antara Hamas dan Israel berakhir pada tanggal 19 Desember 2008; [94] upaya untuk memperluas gencatan senjata gagal di tengah tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak [95] [96] [97] [98] Setelah berakhirnya,. Israel melancarkan serangan di sebuah terowongan yang diduga digunakan untuk menculik tentara Israel yang menewaskan beberapa pejuang Hamas. [99] Setelah ini, Hamas kembali roket dan mortir serangan terhadap kota-kota Israel, terutama menembakkan lebih dari 60 roket pada tanggal 24 Desember pada tanggal 27 Desember 2008, Israel melancarkan Operasi Cast Lead terhadap Hamas. Banyak organisasi hak asasi manusia menuduh Israel dan Hamas melakukan kejahatan perang. [100]

Pada tahun 2009 Israel menempatkan 10 bulan pembekuan pemukiman di Tepi Barat. Hillary Clinton memuji pembekuan sebagai sikap "belum pernah terjadi sebelumnya" yang bisa "membantu menghidupkan kembali perundingan Timur Tengah." [101] [102]

Sebuah serangan dilakukan oleh angkatan laut Israel di enam kapal armada Kebebasan Gaza Mei 2010 [103] setelah kapal menolak untuk berlabuh di Pelabuhan Ashdod. Di MV Mavi Marmara, aktivis bentrok dengan pihak asrama Israel. Selama pertempuran, sembilan aktivis tewas oleh pasukan khusus Israel. Kecaman internasional yang luas dan reaksi terhadap serangan itu diikuti, Israel-Turki hubungan yang tegang, dan Israel kemudian melonggarkan blokade di Jalur Gaza. [104] [105] [106] [107] Beberapa lusin penumpang lain dan tujuh tentara Israel yang terluka, [105] dengan beberapa komando menderita luka tembak. [108] [109]

2010-sekarang [sunting]
Setelah putaran terakhir pembicaraan damai antara Israel dan Otoritas Palestina, 13 gerakan militan Palestina yang dipimpin oleh Hamas memulai kampanye teror yang dirancang untuk menggagalkan dan mengganggu negosiasi. [110] Serangan terhadap Israel telah meningkat sejak Agustus 2010, setelah 4 warga sipil Israel yang dibunuh oleh militan Hamas. Militan Palestina telah meningkatkan frekuensi serangan roket yang ditujukan untuk Israel. Pada tanggal 2 Agustus, militan Hamas meluncurkan tujuh roket Katyusha di Eilat dan Aqaba, Yordania menewaskan satu warga sipil dan melukai 4 lainnya. [111]

Pertempuran Intermittent terus sejak saat itu, termasuk 680 serangan roket ke Israel pada tahun 2011 [112] Pada tanggal 14 November 2012, Israel membunuh Ahmed Jabari, pemimpin sayap militer Hamas, meluncurkan Operasi Pilar Cloud. [113] Hamas dan Israel sepakat untuk gencatan senjata yang ditengahi Mesir pada 21 November [114]

Pusat Palestina untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa 158 warga Palestina tewas selama operasi, yang: 102 adalah warga sipil, 55 adalah gerilyawan dan satu polisi; 30 anak-anak dan 13 adalah perempuan. [115] [116] B'Tselem menyatakan bahwa berdasarkan temuan awal, yang hanya mencakup periode antara 14 dan 19 November, 102 warga Palestina tewas di Jalur Gaza, 40 dari mereka warga sipil. Menurut angka Israel, 120 gerilyawan dan 57 warga sipil tewas. [117] Kecaman internasional pun terjadi, dengan banyak mengkritik Israel untuk apa banyak masyarakat internasional dianggap sebagai respon proporsional kekerasan. [118] Protes berlangsung pada ratusan kampus di seluruh Amerika Serikat, dan di depan konsulat Israel di New York. [119] protes lain terjadi di seluruh Timur Tengah, di seluruh Eropa, dan di beberapa bagian Amerika Selatan. [119]


Namun, pemerintah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, dan Belanda menyatakan dukungan untuk hak Israel untuk mempertahankan diri, dan / atau mengutuk serangan roket Hamas terhadap Israel (Bersambung)

No comments:

Post a Comment