!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, September 12, 2013

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono resmikan Sail Komodo 2013



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono  resmikan Sail Komodo 2013


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono dan rombongan akan melakukan kunjungan ke Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/9/2013).


Presiden akan bertolak ke Bandara Komodo, Labuan Bajo, dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pukul 07.30 WIB,. Dari sana, Presiden dan rombongan akan menuju Pulau Komodo menggunakan KRI Beladu.


 Sejumlah kapal berlabuh di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Barat, Senin (4/6/2012). Dari sinilah para wisatawan akan dibawa menggunakan kapal menuju sejumlah pulau yang menjadi habitat alami satwa endemik Komodo, seperti Pulau Rinca, Pulau Komodo, Nusa Kode, dan Gili Motang.

Mengutip Situs Sekretariat Kabinet, Presiden akan melihat Komodo dan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK). Presiden juga dijadwalkan menandatangani prasasti sebagai tanda dimulainya pengoperasian Kantor Pelayanan Bersama Tim CIQP (Custom, Immigration, Quarantine, and Port) dan Taman Nasional Komodo.

Presiden juga akan menyaksikan penyerahan plakat Taman Nasional Komodo sebagai The New 7 Wonder of Nature dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada Gubernur NTT Frans Lebu Raya.

Setelah itu, Presiden akan bermalam di Hotel Jayakarta Labuan Bajo. Pada Sabtu (14/9/2013), Presiden akan menghadiri puncak Sail Komodo 2013. Berbagai atraksi akan digelar.

Sebelumnya, landasan Bandara Komodo Labuan Bajo sudah diperpanjang dari 1.850 meter menjadi 2.150 meter. Dengan demikian, pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737 sudah bisa mendarat di bandara itu.

Sebelum diperpanjang, jika ingin ke Pulau Komodo, Presiden harus terlebih dulu menuju Tambolaka, Sumba Barat Daya dan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo dengan pesawat jenis Foker.

Sekitar 2.000 personel TNI AD, TNI AL, dan TNI AU diturunkan untuk mengamankan penyelenggaraan Sail Komodo yang puncaknya berlangsung pada 14 September 2013.

Hal itu dijelaskan Dandim 1612 Manggarai, Letkol Inf Jacky Ariestanto saat ditemui Kompas.com di Hotel Jayakarta, Labuhan Bajo, Jumat (6/9/2013) di sela-sela seminar yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi.

Letkol Ariestanto menjelaskan, pasukan TNI siapkan mengamankan penyelenggaraan Sail Komodo dan pada puncaknya dan juga pasukan akan mengamankan beberapa tempat di pulau-pulau di Kabupaten Manggarai Barat.

“Ini jumlah pasukan yang disiapkan dari TNI, belum termasuk dari pasukan kepolisiaan. Kita sama-sama menyukseskan penyelenggaraan Sail Komodo yang puncaknya 14 September 2013.

 Kedatangan para peserta Sail Komodo 2013 yang berasal dari Eropa, di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, disambut dengan suguhan atraksi tradisional khas TTU yakni Mana’tika.

Mana’tika adalah kesenian adu tendangan yang dilakukan oleh dua orang pria dewasa dengan posisi saling membelakangi. Suguhan unik Mana’tika yang tak pernah ada disaksikan para turis, membuat para turis asing yang berjumlah belasan orang tersebut terpukau dan ikut menikmatinya.

Ketua rombongan peserta Sail Komodo yang berasal dari Jerman, Mark, Selasa (6/8/2013), mengaku kagum dengan budaya tradisional asli TTU, yang menurutnya di dunia ini hanya terdapat di Kabupaten TTU.

“Saya baru pertama kali melihat olahraga adu fisik dengan cara menendang, tapi posisi saling membelakangi. Ini tontonan yang menarik dan menghibur selain itu gerakannya agak sedikit lucu,” kata Mark.

Mark mengatakan Indonesia adalah negara yang besar dan kaya akan budaya serta tradisi yang beragam terutama di pulau Timor. ”Saya baru pertama kali ini datang ke Indonesia. Saya lihat Pulau Timor begitu indah dan warga di sini ramah-ramah dalam menyambut kedatangan kami, apalagi suguhan atraksi-atraksi tradisional yang bagus seperti Manatika,” ujar Mark.

Selain menghibur para turis, Mana'tika juga menghibur warga sekitar, karena duel Mana'tika disajikan pada waktu-waktu tertentu saja. Di Kabupaten TTU, hanya dua kecamatan yang masih memupuk tradisi Mana'tika yakni Kecamatan Bikomi Utara dan Miomafo Timur, yang setiap tahunnya terus menggelar pertandingan Manatika, dalam mengisi kegiatan 17 Agustus.

Mana’tika sendiri adalah suatu olah raga tradisional Atoni Meto di TTU. Sepintas Mana’tika menyerupai Kick Boxing di Thailand, tetapi bedanya, Mana'tika hanya menggunakan kaki saja.

Dari aspek waktu Mana’tika biasanya dilakukan saat pengusungan jenazah ke makam atau bagi kalangan muda Mana’tika digelar pada saat tertentu untuk menguji ketangkasan adu otot.

 Pelaksanaan Sail Komodo 2013 dinilai mampu mempromosikan potensi pariwisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, mengatakan hal itu dalam sambutannya pada pembukaan ajang yacht rally sebagai kegiatan inti dari Sail Komodo 2013, di Pantai Koapan, Kota Kupang, NTT, Minggu (4/8/2013).

"Penyelenggaraan Sail Komodo 2013 akan mampu mempromosikan NTT sebagai destinasi utama pariwisata dunia dan mengembangkan rute pelayaran kapal-kapal dan yacht ke perairan Indonesia," ujarnya.

Ia menambahkan, Kupang merupakan titik masuk yang tepat untuk ajang yacht rally karena menjadi gerbang selatan perairan Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo pada kesempatan yang sama menambahkan, NTT memiliki potensi besar sebagai "The Best Sailing Passage" atau jalur perlintasan terbaik.

Penyelenggaraan Sail Komodo 2013, ujar Sharif, merupakan momentum untuk menjadikan Provinsi NTT sebagai destinasi wisata nasional dan internasional. Ia juga berharap potensi kelautan dan perikanan di NTT dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sebagai sumber penghidupan rakyat dan sumber pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Saat ini jumlah peserta yacht rally yang telah memasuki perairan laut Indonesia tercatat 106 yacht, yang berasal dari 26 negara. Dari jumlah tersebut, 87 yacht masuk melalui Kupang. Sementara sisanya masuk melalui Saumlaki, Sangihe, dan Tarakan.

Keikutsertaan para yachters tahun ini dikelola oleh 3 operator, yakni Sail Indonesia, Back to Down Under Rally, dan Darwin Ambon Yacht Race.

Para peserta yacht rally ini akan masuk melalui 4 pintu masuk, yaitu Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, Tarakan Provinsi Kalimantan Timur dan Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam 3 hingga 4 bulan pelayaran ke depan, para yachter diharapkan dapat menyinggahi 21 kabupaten/kota dan menikmati eksotisme alam NTT sehingga dapat memberikan dampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir yang tinggal di wilayah setempat.

Puncak acara Sail Komodo dijadwalkan berlangsung tanggal 14 September 2013 di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, NTT yang akan dihadiri oleh Presiden RI.


KEFAMENANU, KOMPAS.com — Penyelenggaran Sail Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dimulai sejak 27 juli 2013 sampai 14 September 2013 mendatang, ditanggapi secara pesimistis oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT.

Direktur Walhi NTT Heribertus Naif kepada Kompas.com, Jumat (2/8/2013) pagi mengatakan, event Sail Komodo kali ini tidak terlihat jelas adanya peranan rakyat NTT. Bahkan, menurut Heribertus, rakyat hanya sebatas jadi penonton saja.

Heribertus menggarisbawahai, model dan proses yang dilakukan dalam kampanye pariwisata yang terurai dalam Sail Komodo ini adalah pilihan antara industri pariwisata yang didorong oleh kekuatan-kekuatan pasar dan pembangunan pariwisata yang dipimpin oleh negara dalam kerja samanya dengan pihak swasta.

Pilihan ini, menurutnya, dipengaruhi oleh paradigma pembangunan yang diadopsi oleh suatu negara, akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh konfigurasi yang melingkupinya, khususnya kecenderungan globalisasi dan liberalisasi yang agaknya menjadi alur pikir dominan pada saat ini.

“Karena itu, semestinya pariwisata NTT dilandasi pada sebuah kajian yang komprehensif dalam mewujudkan pariwisata yang prorakyat dan lingkungan. Model pariwisata yang hendak dikembangkan di NTT semestinya diawali dengan kajian dan disosialisasikan kepada publik agar kemudian tidak saling mempersalahkan antar ,” sambung Heribertus.

Menurutnya, pariwisata NTT mestinya belajar dari pariwisata di Pulau Bali yang hampir sebagian besar aset pariwisata dikuasai oleh asing. Bila tidak, NTT pun akan dililit pada permasalahan yang sama. Artinya gurita kapitalisme pariwisata terus menyebar ke NTT.

Dia menilai, kecenderungan pariwisata di banyak tempat pada umumnya adalah mengacu pada pemikiran konvensional yang mana menyerahkan pembangunan pariwisata pada mekanisme pasar dan dengan demikian memberi peranan yang lebih besar pada sektor swasta.

"Lalu pertanyaaan dimanakah peranan rakyat NTT dalam sektor pariwisata? Apakah mereka hanya sebatas menjadi penonton terhadap berbagai aktivitas pariwisata. Bila dari awalnya saja, peranan rakyat tidak terlihat, tidak heran pula kalau rakyat Indonesia dan NTT menjadi penonton pariwisata,” beber Heribertus.

Heribertus juga mempertanyakan jika Sail Komodo ini sudah dilandasi pada sebuah kajian yang komprehensif untuk melihat seberapa jauh daya dukung lingkungan dan fasilitas. Karena tentunya pariwisata membutuhkan kapasitas air yang banyak, lahan yang luas agar bisa mendukung efektifitas pariwisata itu sendiri.

"Apabila tidak dikendalikan dan dikuasai, industri pariwisata akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial,” katanya.

Heribertus menambahkan, interaksi yang tidak terkendali di dalam mekanisme pasar pada akhirnya akan dapat melampaui batas daya dukung kawasan wisata sehingga akan mengganggu keberlanjutan wisata, karena timbulnya posisi monopolistik swasta maupun negara dalam dunia pariwisata.

“Dalam pariwisata, Pulau Dewata ada suatu nilai yang kuat di sana bahwa budaya Bali tetap dipertahankan sekalipun budaya dan kearifan itu dimobilisasi untuk sekadar mendukung pariwisata yang ada. Dalam konteks NTT, kami khawatir bahwa hadirnya pariwisata akan perlahan-lahan mengikis habis budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat NTT,” terangnya.

Karena itu, lanjut Heribertus, bisnis pariwisata hendakya diawali dengan pembangkitan kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai dan budaya lokal yang dimiliki warga NTT. Agar dengan masuknya nilai-nilai dan budaya luar yang dibawa wisatawan, tidak mengikis pergi budaya dan nilai yang dimiliki di NTT.

No comments:

Post a Comment