!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Sunday, December 14, 2014

Makna Bendera yang Digunakan ISIS

Bendera ISIS
Makna Bendera yang Digunakan ISIS 

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin redaksi harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, Meidyatama Suryodiningrat, menjadi tersangka kasus dugaan penistaan agama. Kasus ini terkait dengan pemuatan karikatur tentang kelompok yang menamakan diri Negara Islam yang sebelumnya dikenal dengan ISIS pada 3 Juli 2014. Lalu, apa makna bendera tersebut?

Ketua Jamaah Ansharut Tauhid--lembaga Islam bentukan Abu Bakar Baasyir--Nanang Ainur Rofiq mengatakan bendera yang disebut dengan Al-Liwa atau Ar-Rayah itu hanya sekadar simbol atau status.

Menurut Nanang, bendera yang bertuliskan kalimat tauhid itu biasa dibawa ke medan tempur untuk menunjukkan arah pasukan. "Pasukan harus maju atau mundur itu biasanya komandan yang mengarahkan dengan bendera," ujar Nanang ketika dihubungi, Senin, 15 Desember 2014.

Karena bendera itu bertuliskan kalimat tauhid, kata Nanang, maka tidak boleh diperlakukan semena-mena. Bendera tersebut juga tidak boleh dipuja dengan sikap yang berlebihan. (Baca: Mabes Polri Akan Kaji Ulang Kasus The Jakarta Post)

Nanang mencontohkan karikatur di harian The Jakarta Post yang menyandingkan kalimat laa ilaha illallah dengan gambar tengkorak. Menurut Nanang, kalimat baik yang memuja Tuhan itu disandingkan dengan simbol perompak atau bajak laut. "Ya termasuk kategori melakukan pelecehan pada simbol-simbol Islam."

Jika ingin menyindir ISIS, Nanang menyarankan sebaiknya bendera tersebut bertuliskan ISIS dengan gambar tengkorak saja. "Meski sekedar simbol, kita tidak boleh memujanya atau melecehkannya." (Baca: Karikatur ISIS, Polisi Abai Keterangan Dewan Pers)

Polda Metro Jaya menetapkan pemimpin redaksi The Jakarta Post, Meidyatama Suryodiningrat, sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama. Dalam karikatur ini ada bendera hitam dengan gambar tengkorak dengan kalimat berbahasa Arab yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.
The Jakarta Post sudah mengeluarkan pernyataan maaf di situs mereka pada 7 Juli lalu. Mereka menyatakan karikatur tersebut ditarik karena berpotensi melecehkan pihak-pihak tertentu. Mereka juga sudah menyatakan tak berniat untuk menistakan agama tertentu.

Mabes Polri Akan Kaji Ulang Kasus The Jakarta Post 


TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian akan mengkaji ulang penetapan tersangka kasus dugaan penistaan agama terhadap Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Meidyatama Suryodiningrat.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Mabes Polri akan mengkaji lagi pendapat unsur-unsur terkait dalam satu-dua hari ini. Salah satunya Dewan Pers.

"Rencananya, kami akan meng-clear-kan kembali," ujar Boy saat dihubungi, Senin, 15 Desember 2014. Menurut Boy, seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka belum tentu bersalah. (Karikatur ISIS, Polisi Abai Keterangan Dewan Pers)

Karena itu, kata Boy, penyidik harus berusaha membuktikan pasal-pasal yang disangkakan. Proses pembuktian itu mencakup pemeriksaan saksi-saksi, termasuk Dewan Pers sebagai saksi ahli. "Sekarang ini sedang dikaji, karya jurnalistik atau di luar tindak pidana," ujar Boy.

Ia mengatakan dasar penetapan Meidyatama sebagai tersangka adalah pasal penistaan agama di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Pasal sangkaan itu, ia menambahkan, merujuk pada gambar tengkorak dengan kalimat tauhid yang dianggap menista agama Islam. "Posisi tengkorak itu, arahnya ke sana."

Kepolisian Daerah Metro Jaya menetapkan pemimpin redaksi harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, Meidyatama Suryodiningrat, sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama.

Kasus ini terkait dengan pemuatan karikatur tentang kelompok yang menamakan diri Negara Islam, yang sebelumnya dikenal dengan ISIS, pada 3 Juli lalu. Dalam karikatur ini terdapat bendera hitam dengan gambar tengkorak dan kalimat berbahasa Arab yang bermakna "tiada Tuhan selain Allah".


The Jakarta Post sudah mengeluarkan pernyataan maaf di situs mereka pada 7 Juli lalu. Mereka menyatakan karikatur tersebut ditarik karena berpotensi melecehkan pihak-pihak tertentu. Mereka juga sudah menyatakan tidak berniat menista agama tertentu.

No comments:

Post a Comment