!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, December 26, 2014

Keliling dunia, tapi belum ke mekah dan madinah

Perjalanan yang belum selesai (169)

(Bagian ke seratus enam puluh Sembilan, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 27 Desember 2014, 01.43 WIB)

Keliling dunia, tapi belum ke mekah dan madinah

Pada waktu kecil, apalagi masa kanak-kanak saya terutama liburan sekolah, yang biasanya jatuh pada bulan Ramadhan, tahun 1965-1970 saya lebih banyak di hutan bersama nenek dan kakek saya di hutan hulu sungai Wain, Balikpapan , Kalimantan Timur.

Ketika itu pada masa liburan kadang saya ikut nenek berladang padi dan jagung, sambil sekali-kali ikut berburu kijang dan kancil ke hutan.
Kadang saya memancing ikan di sungai Wain yang terletak di samping rumah Nenek, air sungai Wain ketika itu bersih dan banyak ikannya.

Jadi, saya ketika itu karena asyiknya bermain dan bersenda gurau dengan lingkungan yang masih hutan perawan, yang masih banyak terdapat ular phyton yang jinak bergelantungan di atas dahan pohon, dan tentu saja maih terdapat banyak buah rambutan dan durian hutan (orang Kalimantan disebut Elai) yang kita petik saja dari hutan, karena tidak ada pemiliknya, memang sudah ada sejak ratusan tahun sebelumnya.

Pokoknya kami tidak akan kelaparan, tidak perlu ada uang banyak untuk membeli buah-buahan, atau makan daging (kijang), seperti orang kota. Jadi karena asyik dengan kesibukan ini tidak ada pikiran atau terbesit di pikiran akan cita-cita melihat kota atau desa lain atau perge ke negeri lainnya selain Indonesia.

Pertama kali saya ke luar negeri terjadi pada awal tahun 1982 lalu, setelah saya berhenti sebagai pegawai negeri di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1978-1982), saya berniat melanjutkan kuliah di California State University, Fresno,USA, setelah melalui transfer kredit selama tiga tahun kuliah dari Universitas Nasional (UNAS).

Saya diantar kedua orang tua dan seluruh keluarga kakak dan adik naik pesawat Japan Air Lines (JAL) dari Bandara Halim Perdakusumah, Jakarta Timur.

Inilah langkah pertama saya merasakan melihat negeri orang, dari Jakarta memang saya singgah di Singapura, namun saya hanya singgah di bandara selama tiga jam , sebelum ganti pesawat JAL lainnya yang akan membawa saya ke Tokyo, sebelum berangkat lagi ke San Francisco, California.
Setelah melihat suasana Bandara Changi, Singapura , itulah saya mulai tertegun betapa ketika itu Negara lain sudah begitu maju meninggalkan Indonesia, Changi yang besar dan serba berteknologi canggih dan banyak bertaburan toko-toko di dalamnya tentu saja meninggalkan Bandara Halim Perdana Kusuma yang tidak ada apa-apa. Ketika itu Halim Perdana Kusumah adalah Bandara Internasional di Jakarta, sedangkan bandara Kemayoran adalah bandara domestik






Setelah tiga jam di Bandara Changi dan puas melihat toko-toko di Bandara, saya kemudian terbang ke Tokyo, setelah beberapa jam saya sampai di bandara Narita, Jepang.

Karena harus menungu enam jam ganti pesawat JAL lainnya menuju San Francisco, kami diistrahatkan di Hotel Nikko Narita, dekat Bandara. Rupanya setiap penumpang JAL yang transit ke Negara lain dibebaskan tinggal (tanpa dipungut bayaran) menginap di Nikko Narita maksimal tiga hari. Maka saya putuskan untuk menunda keberangkatan saya ke San Francisco, agar saya bisa menikmati kota Tokyo.

Bulan Januari rupanya masih musim dingin di Jepang, makanya untung saya sudah bawa jaket untuk musim dingin dan sarung tangan, sehingga saya bisa menikmati keliling kota Tokyo, terutama kawasan wisatawan sepuasnya.
Disinilah kedua kalinya setelah melihat bandara Changi saya melihat kecanggihan dan kebersihan dan gedung-gedung pencakar langit di kota Tokyo, yang tentu saja ketika itu sudah jauh meninggalkan Indonesia (Jakarta) yang ketika itu kotor dan belum banyak pencakar langit dan mal-mal.

Setelah tiga hari di Jepang saya melanjutkan penerbangan ke San Francisco, setibanya di bandara San Francisco, saya ganti pesawat Air California, yang membawa saya ke kota Fresno, di Bandara ini saya sudah dijemput Mrs Dee dan Mr Bob Stump, forster Parent , Keluarga Di Fresno, yang akan menampung saya semacam rumah kos, selama saya kuliah di Fresno. Di rimah Bob Stump ini saya satu kamar dengan Noboru Furuya, pelajar asal Kyoto, Jepang yang mengambil jurusan Cinematografi di California State University, Fresno. Satu lagi Abdul Latief pelajar asal Kuwait , yang katanya akan mengambil sekolah pilot. Latief kemudian terbang ke London, Inggris untuk mengmbil sekolah pilot disana.

Nah, kuliah di Fresno biasanya terbagi dalam empat semester, dua semester rutin, satu semester pendek (musim dingin) dan semester musim Panas.
Pada saat semester musim panas ini kebanyakan mahasiswa memanfaatkannya untuk berlibur. Begitu juga saya. Dengan membeli tiket bis Grey Hound, tiket terusan yang berlaku selama dua bulan seharga sekitar US$ 200 (ketika itu kurs masih Rp 500 per 1 US$), saya keliling mengunjungi kota-kota di Amerika Serikat.

Saya awali dari Kota Fresno menuju Los Angeles, di kota Los Angeles, saya menyempatkan diri ke Disney Land, setelah puas di Los Angeles, saya berangkat lagi kekota Phoenic dan Tucson di Arizona, dari sini saya berangkat ke kota Albuqueque, New Mexico, dan turun ke kota El Paso, dari kota perbatasan dengan Mexico ini saya masuk ke kota Jiudad Juaraez, Mexico, memang kota di Mexico ini suasanya agak berbeda dibandingkan Amerika Serikat, di Mexico agak lebih kumuh.

Dari El Paso saya ke Texas, mampir ke kota Dallas, dan sempat melihat museum saat Presiden Kennedy di tembak di kota ini, sebelum melanjutkan ke kota Houston.

Dari Houston saya menuju Oklahoma city, Oklahoma sebelum melanjutkan kebeberapa kota lain antara lain kota Memphis, Tennesse, singgah dan mengunjungi Graceland, tempat kediaman penyanyi Elvis Presley, kemudian ke Ibukota Amerika Serikat , Washington DC.

Puas melihat berbagai lokasi wisatawan di Washington DC, seperti Minumen Nasional (seperti Monas di Jakarta), saya melanjutkan ke Philadelphia, ibukota pertama di Amerika Serikat, dan sempat singgah Ke Temple University dan melihat lonceng kemerdekaan di kota ini.

Dari sini saya berangkat ke New York, dan disinilah saya baru tidur (menginap) di Youths Hotel, satu kamar bisa sepuluh orang, paki dipan, hotel khusus pelajar ini semalam ketika itu US$10. Tapi tempatnya bersih dank arena satu kamar dihuni para pemuda dari manca Negara, maka kita menitipkan barang berharga di front office.

Selama perjalanan terakhir saya selalu tidur di dalam bis atau kalau mau mandi , mandi di setiap stasiun bis, yang memiliki locker (tempat penyimpanan barang) yang ada kuncinya, kita bayar pakai koin, dan kamar mandinya juga bersih.

Setelah beberapa hari, sudah melihat patung Libery, ketika itu kami bisa sampai ke puncak (kepala patung Liberty), dan juga menhunjungi World Trade Centre (WTC) yang ketika itu masih utuh, dan menjadi objek wisatawan.
Dari New York, saya melalui Negara bagian di Utara, dari mulai Indiana Polis, Chicagho, Settle, Washington, baru kembali turun ke Fresno, setelah beberapa hari singgah di San Fancisco, menikmati Golden Gate dan makan kepiting di kuliner kota itu di pinggir pantai.

Dari kota San Francisco ke kota Los Angeles kalau kita mengendarai mobil pribadi kita bisa menikmati keindahan pantai dan tebingnya di sepanjang perjalanan.

Akhir tahun 1983, kembali ke Indonesia, saya juga mengulangi rute yang sama kembali naik JAL, juga singgah di Tokyo selama tiga hari, ketika itu saya ke Jakarta masih ke bandara Halim Perda Kusumah.

Setelah istirahat sebulan di Jakarta saya melamar ke Majalah Tempo sebagai Korektor, ketika itu juga bersama saya ikut tes Edy Soetriono yang melamar jadi Copy Editor
.
Namun setelah beberapa bulan ada lowongan di Kantor Berita Antara menjadi reporter (wartawan), tahun 1984, dan setelah inilah saya terus bergulat selama 30 tahun menjadi reporter (editor), mulai dari Antara, Majalah Ekonomi Prospek, Harian Media Indonesia, Majalah D&R, Business Week, Radio Singapore Internasional (RSI), Beijing Oristar Media, Koran bahasa Inggris The Point sampai media online Asatunews, itulah saya meliput berbagai tempat si Indonesia dari Aceh sampai Papua, dari Benua Amerika, Australia, Asia, Jepang, Thailand, Singapura, Malaysia, Timur Tengah , Oman, sampai Benua Eropa, antara lain Austria, Belanda, Jerman, Hongaria, serta Spanyol
Secara duniawi, saya bersyukur Pada Allah maha pencipta, saya diberi kesempatan melihat kondisi bangsa sendiri dan bangsa lain, namun seperti kata sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik perjalanan adalah mengunjungi kota Madinah dan Mekah, Arab Saudi (ber Umrah dan naik Haji).

Inilah yang belum saya rasakan pengalamannya, walaupun ketika sya ke Muscat, Oman, saya sudah siap membawa baju ihrom (peninggalan mertua lelaki) dan dapat visa Umroh gratis dari kedutaan besar Arab Saudi di Jakarta, namun ketika itu saya kekurangan uang US$ 100 dolar, agar saya bisa terbang dari Muscat – Jeddah PP. Memang belum rezeki saya rupanya.





No comments:

Post a Comment